Part 20

392 16 0
                                    

Ji Yi hingga kini memang masih sangat mencintai Taehyung. Walaupun sudah beberapa bulan tidak bersama, tidak mengurangi sedikitpun rasa cinta terhadap suaminya itu. Tapi kini, Jimin mencoba untuk masuk kedalam kehidupan Ji Yi. Mencoba untuk membahagiakan sahabat kecilnya, walaupun begitu Jimin tidak pernah memaksakan kehendaknya untuk bisa memiliki Ji Yi.

Jimin menyadari bahwa Ji Yi adalah wanita yang setia dan sangat mencintai suaminya, jadi tidak mungkin baginya, untuk bisa menggantikan posisi tertinggi Taehyung dihati Ji Yi.

***

Pagi itu Ji Yi sedang membuatkan Jimin sarapan, sebelum berangkat ke kantor. Tidak seperti biasanya, Ji Yi merasakan ada yang aneh pada area perutnya dari tengah malam tadi, tapi semakin terasa ketika Dia bangun pagi ini.

"Awwhhh perutku" rintih Ji Yi yang merasakan sakit diperut bagian bawahnya.

Asisten rumah tangga yang bekerja di apartemen Jimin pun kaget, ketika mendengar rintihan Ji Yi dan segera berlari menghampiri Ji Yi.

"Nyonya kenapa?" tanya ahjumma Hwang.

"Perut saya sakit ahjumma, bisa tidak ahjumma panggilkan Jimin" pinta Ji Yi yang berusaha menahan sakit.

"Bi-bisa nyonya, nyonya tunggu sebentar" ahjumma Hwang pun pergi ke atas untuk menemui Jimin.

Tok tok tok

"Tuan..tuan.." panggil ahjumma dari luar kamar Jimin, namun Jimin tidak merespon.

"Tuan..tuan.." panggil ahjumma sekali lagi dengan ketukan pintu yang kuat, membuat Jimin terbangun.

"Ada apa ahjumma?" tanya Jimin ketika membuka pintu.

"Nyonya Ji Yi tuan, nyonya kesakitan dibawah" ucap ahjumma yang membuat mata Jimin terbelalak lebar, padahal sebelumnya ia masih enggan membuka matanya.

Tanpa fikir panjang lagi, Jimin langsung turun ke bawah menemui Ji Yi yang sudah sangat kesakitan.

"Kamu kenapa?" tanya Jimin panik, yang melihat Ji Yi sangat kesakitan.

"Sakit" satu kata terakhir sebelum akhirnya Ji Yi pingsan dalam pelukan Jimin.

"Ji Yi..Ji Yi.." panggil Jimin pelan, sambil menepuk nepuk pipi Ji Yi.

Segera Jimin menggendong Ji Yi untuk di bawa kerumah sakit, sesampainya disana Ji Yi langsung ditangani oleh dokter yang merupakan teman Jimin, yaitu dokter Hoseok. Dengan cekatan dokter Hoseok, membawa Ji Yi masuk kedalam ruangan untuk segera diperiksa.

30 menit kemudian, dokter Hoseok keluar dari ruang periksa dan disambut dengan wajah Jimin, yang siap memberikan beribu pertanyaan pada dokter manis itu.

"Bagaimana keadaannya dok?" tanya Jimin khawatir.

"Begini Jim, sepertinya kanker rahim yang diderita nona Ji Yi itu sudah cukup lama, dan sekarang penyakitnya itu sudah memasuki stadium akhir" tutur dokter Hoseok.

"Kanker? Bagaimana bisa?" tanya Jimin kaget dan penasaran.

"Iya, waktu saya memeriksakan kandungan nya beberapa waktu lalu. Saya sudah melihat sel kanker itu menyebar cukup luas,  tapi saya tidak enak hati untuk mengatakannya, karna yang saya lihat nona Ji Yi sangat senang dengan hasil pemeriksaan bayi kembarnya" jelas dokter.

"Jadi apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Jimin lagi, berharap orang yang sangat dicintainya itu bisa sehat kembali.

"Jalan satu satunya adalah dengan operasi pengangkatan rahim, tapi konsekuensinya nona Ji Yi tidak akan bisa mengandung lagi untuk selamanya, dan saya juga tidak bisa memastikan apakah operasinya berjalan lancar atau tidak" tutur dokter Hoseok memberikan peringatan dan saran, Jimin bingung apakah ia harus mengambil langkah ini atau tidak.

Setelah beberapa waktu berfikir, akhirnya Jimin memutuskan untuk melakukan operasi pada Ji Yi. Dia tidak tahu respon apa yang akan diberikan Ji Yi nanti setelah Dia sadar, dan tahu bahwa Dia tidak akan bisa hamil lagi karna operasi ini. Yang ada difikiran Jimin kini hanyalah kesembuhan Ji Yi, Ibu dari Haneul dan Hyeon. Walaupun suatu hari nanti cintanya pada Ji Yi tak berbalas, setidaknya Jimin harus memastikan bahwa Ji Yi tetap harus bahagia.

***

Operasi pun dimulai, dokter Hoseok selaku dokter yang menangani Ji Yi pun sudah siap dengan peralatan medis yang dibutuhkan. Beberapa suster yang membantu pun, juga sudah siap dengan pakaian serba hijau dan siap untuk melakukan tugasnya.

4 jam berlalu, Jimin dengan harap harap cemasnya diluar, dan Jimin tak berhenti untuk berdoa semoga operasinya berjalan dengan lancar, dan membuat Ji Yi bisa sehat seperti semula.

"Sembuhkan Dia Tuhan, Kumohon" sebait doa lirih dari Jimin.

Setelah itu dokter Hoseok pun keluar dari ruang operasi, Jimin yang melihat pintu terbuka pun langsung menghampiri dokter.

"Bagaimana dokter, dengan operasinya?" tanya Jimin penasaran.

"Hmm, semuanya baik baik saja Jim. Operasinya berjalan dengan lancar, dan kondisi tubuh pasien juga sangat kuat. Maka dari itu sedikit meringankan beban kami saat melakukan operasinya" tutur dokter yang membuat raut wajah Jimin berubah menjadi senang.

"Terimakasih dokter" jawab Jimin senang.

"Sama sama Jim, itu sudah menjadi tugasku"  balas dokter Hoseok sambil menepuk pundak Jimin dan berlalu.

Setelah operasinya berhasil, Ji Yi pun dipindahkan keruang rawat. Ji Yi masih belum sadarkan diri hingga sekarang, karna efek obat bius yang disuntikan pada nya belum habis.

Jimin masuk kedalam ruang rawat Ji Yi dengan tatapan sedih, sedih melihat orang yang dicintainya merasakan sakit yang sangat banyak. Dari dikhianati, ditinggal pergi selamanya oleh Ayahnya, bahkan kini menderita sakit yang hampir saja merenggut nyawanya. Sungguh miris jalan hidup yang harus dilalui Ji Yi.

Jimin masih dengan setia menunggu Ji Yi hingga sadar, dan akan memberitahukan kondisinya saat Ji Yi sadar nanti. Tak lupa Jimin menelpon mamanya untuk datang ke apartemennya menemani ahjumma menjaga si kembar.

In the call ~

"Hallo ma" sapa Jimin.

"Iya sayang" sahut mamanya.

"Ma, Jimin mau minta tolong. Bisa tidak mama ke apartmen Jimin, menemani ahjumma menjaga sikembar" pinta Jimin pada mamanya.

"Ada apa?" tanya mama penasaran.

"Aku sedang di rumah sakit, menemani Ji Yi yang baru saja habis operasi" jawab Jimin.

"Baiklah nak, mama akan ke apartmen mu sekarang. Jangan khawatir, jagalah Ji Yi" titah mama Jimin dan akhirnya telpon pun terputus.

***

"Jimin" kata pertama yang diucapkan Ji Yi ketika ia membuka mata dengan perlahan.

"Ji Yi, kamu sudah sadar? Apa masih sakit?" tanya Jimin.

"Ani" jawabnya singkat.

"Kenapa aku disini? Ada apa denganku?" tanyanya lagi.

"Kamu..kamu.." jawab Jimin gugup untuk memberitahukan kenyataannya pada Ji Yi.

"Aku kenapa Jim?" tanya Ji Yi penasaran.

"Ah..Kamu..Kamu" Jimin masih gugup untuk mengatakannya.

"Aku apa? Cepat katakan Jimin?" tanya Ji Yi dengan nada agak tinggi.

"Kamu habis di operasi Ji Yi" jawab Jimin dengan cepat.

"Operasi?" tanya nya lagi.

"Jangan bilang operasi pengangkatan rahim" tanya Ji Yi dengan nada mengintimidasi Jimin.

"Ah..anu..itu.." jawab Jimin gagap.

"Katakan!" ucap Ji Yi geram.

"Iya, maafkan aku Ji Yi. Sungguh maafkan aku yang terlalu lancang, aku hanya ingin kamu sembuh dan sehat, itu saja!" jelas Jimin.

Ji Yi hanya diam mendengar penjelasan dari Jimin tentang operasi yang baru saja dijalaninya. Akankah Ji Yi marah dengan keputusan yang diambil Jimin, atau malah sebaliknya. Oke next part..

Bersambung..

Forced Love (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang