Part 21

361 18 0
                                    

Kini baik Jimin maupun Ji Yi sama sama saling terdiam, Jimin yang takut akan kemarahan Ji Yi karna sudah mengambil keputusan tanpa sepertujuan Ji Yi lebih dulu. Sedangkan Ji Yi hanya berfikir, apa gunanya hidup jika suaminya saja, kini sudah tak lagi memikirkannya, jangankan memikirkan untuk mencarinya pun sampai detik ini belum ada tanda tandanya.

Fikiran buruk Ji Yi terhadap Taehyung membuatnya jadi patah semangat untuk sembuh, rasanya Ji Yi ingin marah pada Jimin karna sudah membuat Dia, harus merasakan penderitaan lebih lama lagi sekarang. Ji Yi beranggapan jika dirinya mati,  membuatnya tidak akan pernah merasakan penderitaan lagi.

Tapi Dia masih belum berfikir bahwa dirinya kini sudah memiliki 2 malaikat, yang seharusnya Dia jaga. Yang harus diberikan kasih sayang penuh olehnya, Ji Yi terlalu egois akan kehidupannya sendiri. Karna terlalu banyak beban, ia sampai melupakan bayi kembarnya yang kini sudah semakin membesar.

"Kenapa kau melakukannya? Kenapa kau tidak biarkan aku mati saja Jim?" respon itulah yang pertama kali keluar dari mulut Ji Yi.

"Apa maksudmu? Apa kau gila?" bentak Jimin yang kesal mendengar respon dari sahabatnya itu.

"Ya, aku memang sudah gila Jim. Aku gila!" bentak Ji Yi tak kalah keras.

"Kenapa kau jadi egois? Apa kau tidak memikirkan bagaimana nasih Haneul dan Hyeon jika Ibu mereka tiada? Haah?" emosi Jimin memuncak mendengar jawaban Ibu dua anak itu.

Seketika Ji Yi terdiam, ketika mendengar Jimin menyebutkan nama kedua buah hatinya bersama Taehyung. Air mata Ji Yi pun tumpah saat itu juga, ia menangis sesegukan disana. Mencoba untuk menumpahkan segala rasa sakit dan beban yang selama ini menghampirinya.

"Maafkan aku Jim, maaf" ucap Ji Yi lirih pada sahabatnya, yang kini sedang mencoba untuk menahan emosinya.

"Sudahlah sebaiknya kau istirahat" suruh Jimin dengan nada dinginnya.

"Aku tidak akan istirahat jika kau marah padaku" ucap Ji Yi mencoba meraih jemari tangan Jimin.

Jimin hanya bisa menghela nafasnya dengan kasar, sejatinya memang Jimin tidak pernah bisa marah berlebihan pada sahabatnya itu. Dengan senyuman nya pun Jimin mendekati Ji Yi yang sedang duduk bersandar dibangkar, untuk memeluknya pertanda lelaki ini sudah tidak marah lagi pada sahabatnya.

"Kau tau? Aku hanya ingin kau bahagia bersama kedua anakmu, aku tidak menyuruh mu untuk melupakannya, tapi setidaknya sekarang fikirkan juga kebahagiaanmu dan juga sikembar, oke?" tutur Jimin lembut sambil mengelus elus rambut pirang Ji Yi.

"Akan aku coba, tapi Jim" ucapannya terhenti.

"Tapi apa?" tanya Jimin.

"Tentang pernyataanmu waktu itu, apa kau sungguh sungguh" tanya Ji Yi lagi.

"Ya, aku bersungguh sungguh, aku sangat mencintaimu. Tapi aku tidak akan memaksamu Ji Yi" jawab Jimin sambil perlahan melepaskan pelukannya.

"Jim" panggil Ji Yi lembut.

"Hmm" jawab Jimin sambil menatap dekat wajah Ji Yi.

"Jika kau bersungguh sungguh, maukah kau menungguku agar aku bisa belajar mencintaimu. Seperti kau yang sudah mencintai aku selama ini" tanya Ji Yi sambil tersenyum melihat Jimin dari tatapan dekat.

"Apa aku bermimpi?" tanya Jimin lagi.

Cupp

Satu kecupan mendarat di pipi Jimin, dan yang pasti itu kecupan dari Ji Yi.

"Apa masih mau menyebut ini mimpi?" tanya Ji Yi.

"Ani" jawab Jimin singkat dan cepat sambil menggelengkan kepalanya.

Ji Yi hanya tersenyum melihat tingkah lucu Jimin, yang dengan senangnya ketika mendengar Ji Yi memberikan kesempatan untuknya.

"Apa aku boleh?" tanya Jimin memegang dagu Ji Yi, dan Ji Yi hanya menganggukan kepalanya menandakan ia membolehkan itu.

Dengan perlahan Jimin mendekatkan wajahnya ke wajah Ji Yi, bibir mereka saling bersentuhan cukup lama, hingga akhirnya Jimin melumat lembut bibir itu. Jimin melumatnya dengan sangat lembut, mampu memberikan kehangatan pada lawan nya. Cukup lama bibir mereka saling berpagutan hingga akhirnya Jimin menyudahi lumatan itu.

Jimin menempelkan keningnya di kening Ji Yi, merasakan hembusan nafas dari masing masing. Jimin menggesekan pelan hidungnya pada hidung Ji Yi, membuat wanita itu tersenyum simpul merasakan kembali kehangatan dari seorang laki laki walaupun kini, datang  bukan dari suaminya.

"Gomawo" ucap Jimin mencium kening Ji Yi.

"Sama sama Jim" ucap Ji Yi lembut sebelum ia berbaring untuk beristirahat.

Semenjak Ji Yi mengatakan bahwa ia ingin belajar mencintai Jimin, Jimin pun tak hentinya menebar senyum diwajah tampannya itu. Kini ia merasa sangat senang, tatkala Ji Yi kini menerimanya walaupun masih harus belajar. Belajar dari awal untuk mencintainya, tapi itu bukanlah suatu masalah untuk Jimin.

Lalu bagaimana hubungan Ji Yi dan Taehyung, akankah ada titik terang dari hubungan mereka. Dan bagaimana cara Jimin untuk mengajari Ji Yi supaya bisa mencintainya..

Bersambung..

Forced Love (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang