Bab 1 Part 6

35 7 0
                                    

Aku memasuki rumah dengan suasana seperti biasanya. Ayah yang duduk tegak dengan kacamata minusnya dan sahabat terbaiknya-laptop. Kemudian Ibu? Dimana Ibu? Seperti biasa pula.

TIDIIIIIT

Suara klakson mobil Chevrolet warna coklat tua milik ibuku mengagetkan Bi Dewi, hingga berlari terbirit-birit dari dapur untuk membuka gerbang. Setelah mobil ibuku berhasil masuk dengan selamat, Bi Dewi akan menutup gerbang dan berlari kecil menghampiri Ibu, untuk membantunya membawakan barang-barang yang tak pernah kutahu apa itu. Bisa tas, bisa bahan makanan, bisa juga tas, maksudku tas baru. Dan hal-hal baru lainnya.

"Elang lihat Ibu beli ini untukmu," katanya sambil mengacungkan sweater biru-abu model ter-update. Bibirnya terangkat sumringah mengharap respon terbaik dariku. Baiklah, akan kuberikan.

"Yes, model baru banget nih Mom."

"Iya, pakai ke sekolah ya."

"Siap bos!"

"Oke, Ibu langsung istirahat ya. Cape nih seharian di luar. Kamu jangan lupa belajar oke?"

Aku mengangguk sambil berpura-pura mencoba sweater itu agar terlihat sangat tertarik. Meski sebenarnya ukurannya terlalu kecil. Ia tidak hapal ukuranku kan? Sweater ini hanya formalitas saja.

Ibuku langsung memasuki kamarnya. Aku masih dengan seragam juga langsung beranjak ke kamarku namun terhenti ketika Ayah memanggilku.

"Belajar yang baik. Setidaknya kamu harus dapat nilai 7. Kamu ingat kan kamu harus bisa tembus PTN?"

"Iya, tapi.."

"Jika kamu kesulitan, daftar bimbingan belajar saja biar belajarmu jelas."

"Gak usah Yah, aku belajar sendiri aja."

"Jika nilaimu semester ini masih dibawah 7, mau tidak mau kamu harus mengikuti Bimbel. Ayah sudah pilihkan tempatnya untukmu."

"Oke."

Oke Yah, apapun rencanamu mari ikuti saja. Memangnya aku bisa apa? Bagaimana aku bisa menolak semua yang kau katakan? Aku takut menjadi orang yang tidak tahu diri. Sudah 11 tahun numpang dirumah gedong ini. Sudah makan makanan yang bahkan mungkin tak bisa dibayangkan teman-temanku yang lain. Kamu sungguh ayah yang keren. Juga suami yang super setia. Kamu mampu masih mempertahankan istri yang tak bisa memberimu keturunan. Dan untuk bertahan kalian memilihku sebagai anak angkat kalian. Aku tak tahu apakah aku beruntung atau sebaliknya. Mari lupakan dan jalani saja. Jika terus kupikirkan bisa-bisa otakku yang super kosong tiba-tiba meluap bagai bak mandi yang kerannya lupa dimatikan.

Baiklah, mari kita coba. Aku membuka bukuku untuk belajar. Setelah kubaca, aku tidak mengerti. Kubaca ulang, belum juga mengerti. Kubaca untuk ketiga kalinya aku masih belum juga mengerti. Akhirnya ku tutup saja dan kubuka sketchbookku. Melanjutkan komik mahakaryaku. Wess.

Sebelum aku tertidur, Kak Fina mengirimiku chat.

Sudah mau ujian kan? Besok jangan bolos ya. Kalau nilainya naik, nanti Kakak traktir. Gnight.

***

Kisah Elang dan Kak FinaWhere stories live. Discover now