Sebelum Kak Fina memasuki ruang operasi, aku menatap wajahnya. Aku tak pernah tahu kau begitu menderita dengan rasa bersalah itu. Dan aku? Aku tak pernah menyangka aku benar-benar semalang ini.
Satu per satu aku lihat foto-fotoku yang Kak Fina pajang di kamar inapnya. Ia benar-benar paparazzi handal. Setiap hari ia pasti memikirkanku. Sedang aku sama sekali tak mengingatnya.
"Elang."
Tress datang dari belakangku. Aku tersenyum padanya. Aku menatapnya lama. Matanya mulai berkaca.
"Makasih yah, berkat kamu aku gak usah pergi dari Bandung."
"Aku sudah bilang, aku akan menyelesaikannya. Kamu percaya kan sekarang?"
Ia mengangguk.
"O iya, ini hadiahku buat Kak Fina. Aku baru tahu kamu punya kakak, aku bahkan tak sempat berkenalan dengannya. Ayah pasti akan berusaha sekeras mungkin untuk menyelamatkan Kak Fina."
Aku mengangguk dan tersenyum. Tahukah kamu, Tress? Meski kamu tak pernah mengenalnya, ia sudah mengenalmu sejak aku menyukaimu. Ia kakak yang begitu luar biasa.
***
Seumur hidupku, aku selalu meminta ingatanku kembali. Setidaknya aku tahu siapa aku, dari keluarga seperti apa aku dilahirkan. Aku selalu berharap, dengan mengingat keluarga kandungku, aku dapat tersenyum dan bangga memilikinya. Aku terus ingin mencari tahu siapa keluarga kandungku. Siapa mereka? Seperti apa mereka?
Teddy, kau tahu? Semua ingatan itu tak seperti yang aku harapkan. Ternyata aku adalah bayi kecil yang dibuang depan pintu sebuah keluarga. Aku merasa membuang waktu, selama ini selalu ingin mengetahui siapa orangtua kandungku. Sekarang, apa gunanya? Semua tidak berguna. Aku telah memiliki seorang Ayah hebat yang senantiasa mengurusku belasan tahun. Juga seorang Ibu yang penyayang.
Aku sudah mengingat semuanya, aku akan menjahit lenganmu, Teddy. Kau pasti terluka dalam kecelakaan itu. Kecelakaan yang Kak Fina buat. Tentu ia adalah Kakak yang sangat buruk ketika itu. Tapi aku tak ingin peduli lagi. Apapun yang terjadi di masa lalu, akan kulepaskan. Aku hanya ingin memegang kehidupanku sekarang. Kehidupanku yang hanya mengenal Kak Fina yang baik hati dan manis. Juga kedua orangtua yang penyayang. Aku akan menjalani hidup seolah tak pernah membaca hasil tes DNAku dan tak pernah membaca surat-surat Kak Fina.
Kak, diriku yang sekarang hanya mengenal Kak Fina yang suka membuatkanku Kangkung. Kak Fina kecil yang buruk sudah hilang. Teddy membisikkan padaku bahwa ia rindu padamu. Oh iya, maaf ya Kak, aku merebut Teddy darimu. Aku harus bertanggung jawab dengan kerusakan Teddy. Cepatlah sadar, aku dan Teddy akan ada didepan matamu di detik pertama kau sadarkan diri.
Halo kau yang melahirkanku, yang entah dimana, aku berterimakasih karena kau sudah melahirkanku. Jika hingga detik ini kau tak mencariku, tak apa. Jangan khawatirkan aku. Dan, halo Ayah Kak Fina dan Ibu, aku harap kalian masih bersabar untuk berjumpa dengan Kak Fina. Aku masih ingin memilikinya di dunia ini. Kak Fina mengatakan bahwa kalian adalah orangtua yang baik. Tentunya kalian akan mengizinkan Kak Fina menjagaku disini kan? Tenang saja, aku sudah tumbuh dewasa sekarang. Aku sudah bisa menjaganya juga.
Tuhan, jika boleh aku pinta ia selamat dalam operasi itu. Kemudian hilangkan ingatannya tentang kecelakaan itu. Aku tak ingin Kak Fina tersiksa dengan ingatan itu. Ia harus berhenti merasa bersalah denganku. Ia tak boleh lagi memiliki hari-hari yang menyusahkan. Kumohon. Tak apa, taka pa jika ia tak mengingatku. Tak apa, asal ia tak terluka lagi.
"Elang."
"Iya dok."
Ayah Tress menghampiriku dengan baju operasinya.
"Fina selamat."
"Alhamdulillah, terimakasih banyak dok."
"Beneran Yah?" tanya Tress yang sejak tadi menemaniku. Ayah Tress mengangguk namun wajahnya tidak sebahagia aku dan Tress.
"Tapi.."
"Kenapa dok?"
"Ada kemungkinan besar ia akan kehilangan ingatannya."
Aku terdiam. Baiklah, tak apa. Itulah yang terbaik untuk Kak Fina.
"Iya Dok, yang penting ia selamat. Terimakasih banyak atas kerja kerasnya Dok." Kataku menegarkan diri. Tress khawatir dengan perasaanku.
"Saya juga berterimakasih. Berkat kamu, saya masih bisa memasuki ruang operasi ini." Katanya sambil tersenyum dan meninggalkan kami berdua saja.
Tak lama Ayah datang menghampiriku.
"Ayah?"
"Biaya operasi Fina sudah ditangani oleh walinya."
"Wali?" Tanyaku bingung.
Ayah hanya mengangguk.
"Apa dia punya keluarga lain?"
"Hm, bukankah kita keluarganya?"
Aku diam sejenak memikirkan perkataan Ayah. Kemudian aku tersenyum terharu.
"Ayah akan membawa Kak Fina pulang?"
"Tentu saja."
Hap! Aku langsung memeluknya tanpa pikir. Terimakasih Ayah, kelak dirumah itu aku akan dikelilingi oleh orang-orang yang aku sayangi.
***
YOU ARE READING
Kisah Elang dan Kak Fina
Novela JuvenilElang tahu bahwa ayah dan ibunya yang selama ini tinggal dengannya bukanlah orangtua kandungnya. Meski mereka selalu menutupi kebenarannya, Elang tak pernah bersedih akan hal itu. Elang berpikir ia sudah tak memiliki lagi keluarga kandung. Sampai ti...