PROLOG

184K 4.8K 410
                                    

Rian Reynaldi Akbar

Gue nggak bisa fokus sama cewek yang sekarang ada di bawah gue. Pikiran gue ke mana-mana, tapi tubuh gue masih sibuk naik turun demi mencari kenikmatan yang gue mau. Gue coba buat fokus, tapi nggak bisa. Pikiran gue melayang ke ucapan Mama yang sampai sekarang terngiang-ngiang di kepala gue.

"Mama sama almarhum Papa kamu udah kenal banget sama perempuannya. Dia baik, sopan, dan ramah ke semua orang, Yan."

Gue masih berusaha untuk fokus sama tujuan gue. Mencari kenikmatan dari cewek yang sekarang tangannya udah mengalung ke leher gue dan kakinya melingkar di pinggang gue. Kedua kakinya menekan bokong gue, meminta agar gue bisa lebih dalam mendesaknya.

"Dari awal ketemu, Papa mau kamu nikah sama dia."

Fuck!

Mata gue terpejam. Sedangkan bokong gue masih bergerak maju mundur dan semakin cepat. Sesekali gue melihat cewek di bawah gue yang mulutnya megap-megap kayak ikan lohan kekurangan air. Cewek itu menikmati setiap desakan yang gue kasih, sedangkan gue nggak bisa menikmati apa yang gue lakukan karena pikiran gue masih ke mana-mana.

"Yan..." desahan dan erangan cewek itu malah membuat gue kembali menutup mata.

Bukannya fokus mencari kenikmatan dari cewek yang ada di bawah gue, gue malah memutar memori ketika gue ONS sama banyak cewek.

"Oh God... Yan... Faster, Yan..." Cewek itu semakin erat memeluk pinggang dan leher gue. Membuat gerakan gue semakin nggak terkendali.

Suara decitan dari ranjang membuktikan betapa cepatnya gue mendesak cewek itu.

"Fuck!" gue mengumpat karena nggak kunjung dapat kenikmatan yang gue cari. Gimana pun caranya, gue mesti orgasme.

Entah itu dari cewek ini atau pikiran gue yang ngebayangin saat gue ONS sama cewek lain.

"Sebentar lagi, Yan..." Pinggul cewek di bawah gue ikut naik turun. Harusnya gue bisa menikmati semua yang dia kasih, tapi nggak bisa.

Perjodohan gue sama cewek kenalan Mama dan Papa bener-bener ganggu pikiran gue.

"Sebelum Papa meninggal, Papa mau kamu kenalan sama perempuan itu, Yan. Nggak mesti langsung nikah juga nggak apa-apa. Asal kamu mau menjalankan semua wasiat yang Papa kasih ke kamu."

Selang lima belas menit kemudian, gue bisa mengerang begitu orgasme yang gue cari dapat dari hasil pikiran gue yang ngebayangin ONS sama cewek lain. Gue langsung turun dari cewek itu dan berbaring di sampingnya. Sambil mengatur napas gue yang nggak teratur, tangan gue membuka kondom dan mengikatnya, terus gue buang ke tempat sampah yang ada di samping ranjang. Sedikit kecewa sih karena gue bener-bener nggak bisa menikmati yang biasa gue dapat.

"Gue pulang," kata gue sambil memakai pakaian gue.

Cewek itu terperangah dengar perkataan gue. Dia pun bertanya, "Pulang sekarang? Kok tumben banget sih, Yan? Kan biasanya juga kita make love sampai pagi."

"Bukan make love, tapi gue sama lo itu cuma have sex doang."

"Ya terserah lah apa kata kamu, Yan." Dia mengibaskan sebelah tangannya. "Tapi, masa kamu nggak mau main lagi sama aku, sih? Nggak biasanya juga kamu cepet keluar kayak tadi."

Gue emang sengaja buat cepet-cepet orgasme, bego!

"Besok main lagi-"

"Nggak," potong gue. "Ini terakhir kali gue sama lo have sex. Nggak akan ada have sex lagi ke depannya. Dan satu lagi, lo nggak usah ketemuan lagi sama gue."

My Hottest Husband [Hottest Series#2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang