Wedding 😘😘

4.6K 170 3
                                    

"Weihh.... selamat bro. Udah nikah aja, mana cantik lagi istrinya, boleh gue tikung nggak ?" Dika menendang tulang kering sepupu gilanya. Ia juga melotot ke arah sepupunya itu. Reno yang di tendang dan di pelototi hanya meringis sambil mengusap ngusap tulang keringnya. Sedangkan Dita, ia tersenyum melihat mereka. Entah mengapa ketika ia melihat respon Dika itu yang seakan mempertahankannnya membuatnya bahagia.

    "Ya nggak lah broo, masak gue beneran mau nikung lo, gue udah punya calon tunangan kok. Jangan lupa dateng ke Madiun buat acara tunangan gue. Acaranya pas liburan semester 1 kok, lo pasti datang kan?" Reno bermaksud mengundang Dika dan Dita datang ke acara pertunangannya. Dika yang mendapat tawaran itu menjawab dengan santai "Iya kalau nggak repot".

    "Idih gaya lo. Sok sibuk. Emang liburan mau ngapain, mau pacaran sama sepupu ipar ?" dika menonyor kepala sepupunya. dita blusing mendengar itu. Dika menatap ke arah Dita bermaksud untuk meminta pendapat, Dita yang mengerti akan maksud laki laki di sampingnya ia mengangguk tanda setuju.

    "Iya gue bakal dateng"

    "Yes.. jangan lupa sepupu ipar cecan ajak kesana" kata Reno sampil menepuk pundak Dika "Ya udah gue ke sana dulu ya" kata re1no sambil berlalu dari sana menuju ke arah keluarga besar mereka.

    Hari ini adalah hari resepsi Dika dan Dita. Dika menggunakan setelan jas lengkap dengan dasi yang berwarna abu dan rambut di model classy haircut. Sedangkan Dita ia memakai gaun putih yang terlihat sangat cantik di tbuhnha. Rambut Dita di urai dengan hiasan berupa mahkota berwarna silver. mereka terlihat sangat serasi.

    Acara ini berjalan dengan lancar. Semua undangan datang tak terkecuali sahabat sahabat Dita. Mereka juga datang dan mengucapkan selamat pada keduanya. Namun, Dita merasakan ada sesuatu yang aneh dengan salah satu wajah sahabatnya.
                                                                                ----
    Pagi ini keluarga Dika dan Dita berkumpul di ruang makan. Mereka sedang sarapan bersama. Mereka makan dengan tenang tanpa adanya sepatah kata. Hari ini Dika dan Dita izin tidak masuk sekolah. Rencananya Dika akan pindah ke rumah Dita.

    "Pah, Mah.." Dika memecah keheningan yang ada di meja itu.

    "Iya, ada apa nak?" tanya Nikita pada putra semata wayangnya itu.

    "Dika minta izin pindah ke rumah Dita. Dika mau Dika sama Dita bisa mandiri" Papa dan Mama dika tampak berpikir. Orang tua Dika bukan tipikal orang tua yang suka mengatur pilihan anaknya. Mereka akan menyetujui kenginan Dika asal itu baik untuknya

    "Iya nggak papa nak, kalau itu mau mu" kata Mama Dika. Dika beralih menatap ayahnya. Ayahnya hanya mengangguk tanda setuju dengan pilihan Dika.
                                                                                  ----
    Di kamar Dika hanya ada mereka berdua. Dika tengah sibuk mengemasi barang barang nya yang akan di bawa ketika pindahan." Dik, masih lama?" tanya Dita yang mulai jenuh menunggui laki laki itu.

    "Nggak ini udah selesai" jawab Dika sambil menenteng kopernya berjalan mendekat ke arah Dita. laki laki itu mengulurkan tangannnya yang tidak memegang apa apa pada Dita. Gadis itu tampak bingung. Mengerti kebungungan gadisnya, Dika langsung meraih tangan gadis itu. Ia membawanya keluar dari kamanya. Dita syok plus heran mendapatkan perlakuan seperti itu. Apalagi dari seorang Dika yang terkenal sifat dinginnya. Namun, tak dapat dipungkiri bahwa ia merasa nyaman di perlakukan seperti itu.

    "Mah, Pah, Dika pamit dulu " Dika berpamitan pada Mama dan Papanya yang tengah duduk di halaman belakang rumah. " Iya Dik, hati hati jangan lupa sering main main ke sini. Dita juga jangan lupa jaga kesehatan ya sering hubungin Mama" kata Nikita pada putra dan menantunya. Ia mencium pipi kedua anak itu.

    "Hati hati. jaga kesehatan" kata Surya a.k.a Papa Dika sambil mengambil uluran tangan yang diberikan Dika dan Dita.

    " Iya Pa. Ma Dika berangkat dulu" Dika dan Dita berlalu dari sana menuju ke mobil Dika.

Mobil itu melaju membelah jalanan. Siang itu jalanan terlihat sangan padat, karena merupan waktu saat saat jam istirahat makan siang kantor.

    "Dik.." panggil Dita mencoba memecah keheningan yang terjadi di antara mereka. Ia sebenarnya tak terlalu suka dengan keheningan.

    "Hmmmm" jawab Dika dengan wajah datarnya.

    "Bentar lagi kan ujian semester satu. Lo bentar lagi fokus ujian nasional. Lo udah kelas dua belaskan?" Dika hanya mengangguk menanggapi Dita

 
" Truss lo kapan sertijap OSIS nya? "
 

    "Habis semesteran"

    "Oooo berati lo bisa fokus UN habis itu " Dika mengangguk lagi, keheningan tercipta kembali di antara mereka, namun itu hanya bertahan beberapa saat. Hingga mobil Dika berhenti di depan super market.

    Dahi Dita menyerengit tidak tahu maksud cowok itu berhenti di sana. Seingatnya ia tidak meminta cowok itu untuk berhenti.

    "Turun.." perintah Dika pada Dita.

    "Ngapain ?" tanya Dita yang masih tampak bingung. Namun ia tetap beranjak turun dari mobil dan berjalan mengikuti Dika " Belanja bahan makanan sama perlengkapan sehari hari" jawab Dika sambil berjalan menuju area bahan makanan. disana mereka mengambil bahan bahan makanan yang di butuhkan. Setelah semua bahan yang mereka butuhkan berada di keranjang belanjaan, mereka beranjak menuju tempat perlengkapan mandi. dit2a ragu apakan dia harus mengambil pembalut atau tidak, masalahnya adalah di rumahn pembalutnya habis dan kalau ia mau mengambil sekarang. Disini ada dika, ia malu jika harus mengambil di depan Dika.

Dika yang mengerti gelagat Dita, langsung mengambil benda yang di inginkan gadis itu. mata Dita membelalak melihat Dika mengambil pembalut. Dan kalian tahu yang di ambil laki laki itu tepat sepetri yang di inginkan Dita. Dita menunduk malu. Ia berjalan mengekori Dika menuju kasir. Sampai tanpa sadar ia telah menabrak dada bidang seorang laki laki, Dita mendongakkan wajahnya mencari tahu siapakan laki laki yag di tabraknya. Dita nyengir mendapati dika tengah menatapnya dengan sebelah alis di naikkan.
                                                                                               ---
    "Dik kita tidur berpisah ya, kamu di kamar sebelah kiri aku sebelah kanan" kata Dita sambil menunjuan dua kamar yang bersebrangan. Dika hanya berdeham menanggapi dita

    " Nanti kalau butuh apa apa kamu, tinggal panggil gue aja" dika berjalan memasuki kamarnya
    kamar yang luas batin Dika, kamar itu didominasi warna hitam dan putih membuat kesan nyaman untuk dika. laki laki itu merebahkan tubuhnya dan mulai terlelap terbuai oleh mimpi
                                                                         ---
JANGAN LUPA FOLLOW SAMA VOTE AKU YA GAIS 😊😊

YOUNG MARRIAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang