Sirius

354 60 164
                                    

Aku yang selalu bersinar terang, jarak kita tak terlalu jauh.

Tapi tetap saja, kau lebih memilih bulan.

Walaupun begitu adanya, aku akan selalu menerangimu.

^happy reading^

"Jena!!!!!"

"Jena Park!!!!"

"JENAAA!!"

"WOI BUDEK!!"

Akhirnya yang dipanggil itu pun menoleh kesumber suara. Benar dugaannya, sang ketua kelas. Pasti akhir-akhirnya ingin menagih uang SPP yang belum ia bayar. Perasaanya sudah tidak enak.

"Lo dipanggil dari tadi juga? budek?" ujar Lucas sang ketua kelas.

"Iya, aku minta maaf. Ada apa?" jawabnya sambil menghela napas.

"Lo belum bayar SPP bulan lalu sama ini. Mau bayar kapan? bendahara udah pusing ngurusin nasib lo," cetusnya dengan penuh penekanan.

"Iya, besok ya," jawab Jena sambil tersenyum.

"Sampe besok lo belum bayar, gue nggak sudi ngebela lo lagi," ujarnya lalu berjalan sambil menabrak pundak Jena.

Jena yang merasa kurang nyaman dengan perkataan dan perlakuan Lucas pun akhirnya memilih untuk pergi ke kelas.

Di pikirannya sekarang ia harus segera mencari pekerjaan tambahan lagi, agar ia dapat membayar SPP-nya. Ia tidak tau harus bekerja kemana lagi, pasalnya akhir-akhir ini ia sangat disibukkan dengan pekerjaan rumah. Jangan tanya orang tua Jena dimana, mereka sudah meninggal dunia. Saat umur Jena 5 tahun. Mereka meninggal karena kecelakaan, Jena mengalami trauma saat itu. Bayangkan saja, anak umur 5 tahun sudah kehilangan kedua orang tuanya. Bukankah masih sangat muda? bukankah iya juga butuh kasih sayang? Dan malangnya lagi, Jena adalah anak tunggal.

Tapi, Jena kuat. Ia hidup sendirian, ia mandiri. Ia bekerja setelah pulang sekolah untuk menyambung hidupnya. Sebenarnya ia orang yang berada, tetapi atas kekejaman Paman dan bibinya yang tega merampas uang tabungan bunda dan ayahnya untuk sekolah Jena. Tetapi sungguh Jena tidak benci mereka.

Langit mendung, sebentar lagi akan turun hujan. Namun, gadis berambut sepunggung itu malah berada dipinggir jalan. Membagikan brosur kedai makanan. Iya, Jena sedang bekerja paruh waktu.

"Silahkan pak, kedainya baru buka. Ada diskon kok," ujarnya ke orang-orang yang berlalu lalang di depan kedai itu.

Namun yang ditawari hanya diam, sambil menarik brosur yang Jena berikan. Malah yang lebih parah, ada yang menerima lalu dibuang begitu saja.

"Jena?"

"Iya?"

"Lo kerja disini?" tanya sosok laki-laki itu.

"Iya," jawabnya lalu membagikan brosur kedai kesosok laki-laki itu.

"Silahkan, kedainya baru buka kok. Dan ada diskon juga," ujarnya sambil tersenyum.

"Lo nggak kenal gue?"

"Maaf, tapi aku benar-benar lupa siapa kamu," jawabnya sambil mengerutkan kening.

SiriusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang