Kamu tau? aku bagaikan awan dimalam hari. Tak terlihat namun selalu ada.
^^Happy reading^^
Hari ini Jena tidak bekerja. Tubuhnya belum kuat untuk melakukan hal yang berat. Sepulang sekolah Jena mampir dulu ke taman bintang. Walaupun suasanannya tak seindah seperti disaat malam hari, tetapi untuk menghilangkan bebannya ia pergi ke sana.
Padahal tadi Jaemin mau mengantarkannya pulang, tapi lagi-lagi ia membatalkannya. Jena tidak tau alasannya.
Jujur Jena kecewa. Tetapi manusia tidak boleh egois kan? lagipula Jena sudah terbiasa jalan kaki. Walaupun menyusahkan jalan kaki disaat kondisi tubuhnya seperti ini.
Jena pun duduk di ayunan. Tidak terlalu panas, cerah berawan. Mungkin matahari malu menyapa Jena dengan kondisinya saat ini.
Saat Jena ingin membuka tasnya, yang berniat ingin meminum air dari botolnya pun terkagetkan dengan suara yang sangat keras.
BRAKK!!
ADUH, MAMA!!!!
Jena pun mengedarkan pandangannya, dilihatnya ada seorang anak laki-laki yang berseragam sama dengannya jatuh dari sepeda.
Ia pun lari, berniat ingin menolong lelaki itu.
Lelaki itu masih tertidur di jalanan dengan posisi tubuhnya tertindih sepeda. Celananya sobek dibagian lutut. Lutut dan sikunya juga berdarah. Jena pun mengangkat sepeda itu lalu menolongnya yang masih merintih kesakitan.
"Kamu nggak papa?" bodoh, jelas-jelas lelaki itu mengaduh kesakitan tetapi Jena malah bertanya yang jawabanya bisa ia lihat. Maklum, ia belum pernah memiliki teman.
"Sakit," rintihnya.
Jena pun memapahnya untuk duduk di bangku taman bintang. Ia pun membuka tasnya dan mengeluarkan handsaplast, lalu memasangkannya.
"Aku cuma punya handsaplast. Nanti sampai dirumah bersihkan dulu ya," ujar Jena.
"Dan sekali lagi maaf, handsaplast-nya gambar Anna," tambah Jena.
"Iya nggak papa. Makasih banyak ya. Kalo nggak ada lo, pasti sekarang gue masih tiduran di jalanan," jawabnya sambil tersenyum ke Jena.
Jena pun mengangguk sembari tersenyum.
"Eh kita satu sekolahan ya?" tanya laki-laki itu penasaran.
"Iya"
"Kok gue belum pernah liat lo sih?" tanyanya sambil mencari name tag Jena. Tetapi name tag Jena kan sudah patah waktu Nancy memukulnya. Jena belum sempat memperbaikinya.
Jena pun tersenyum.
"Iya aku juga belum pernah liat kamu"
"Kenalin, gue Mark Lee. Panggil aja Mark," ujarnya lalu mengajak Jena berjabat tangan. Jena pun menerima jabat tangan Mark.
"Aku Jena Park, panggil aja Jena," ujar Jena lalu tersenyum.
"Kelas berapa lo?" tanya Mark sambil mengusap sikunya yang masih terasa sakit.
"Kelas 11-1, sekelas sama Nana," jawab Jena.
"Jaemin maksud lo?"
"Iya"
"Kalo gue kelas 11-2, ternyata nggak jauh kita," ujar Mark sambil tersenyum.
Jena pun ikut tersenyum. Bagaimana bisa ia belum pernah melihat Mark. Padahal kelas mereka bersebelahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sirius
Fantasy❝Apa kamu harus menyesal dulu, baru kamu sadar aku selalu didekatmu?❞ Dia, dia yang kau abaikan. Cerita antara Sirius, Engkau, dan Awan. Bahasa, -au ©ayshllll,2020