Party

80 29 148
                                    

"Bukan satu-satunya"

^^Happy reading^^

Laki-laki bertubuh tinggi itu kewalahan. Ia merasa sangat—argghh sulit untuk diungkapkan. Dia ingin menghilang sekarang juga, atau kalo bisa ia ingin dikutuk menjadi bangku saja.

Sudah 5 jam Bundanya itu berdandan. Jadi ia bisa menyimpulkan, bahwa perempuan itu sangat rempong dan ribet. Padahal udah bener, masih aja ditambahin. Dikira nambal ban apa.

Jaemin sudah sangat lelah ketika ditanya soal warna gaun yang akan Irene pakai dipestanya. Dari warna gelap sampai yang nggak masuk akal.

"Bunda ini tamu udah pada dateng, yakali bunda masih milih-milih gaun," ujar Jaemin gelisah. Ia sesekali menepuk-tepuk kepalanya, kebiasaannya jika dilanda gelisah.

"Sabar ih, orang sabar pantat lebar," ujar Irene yang berganti memilih anting yang akan ia pakai.

"Pantatnya Bunda kali!!!" cetus Jaemin lalu mendaratkan bokong gantengnya ke sofa.

"Enak aja kamu, anak siapa sih?! perasaan Bunda kelakuannya nggak kaya kamu!!" balas Irene lalu memoles bibirnya dengan
cuture beauty diamond lipstick.

"Anak Ayah Suho lah, enak aja" tukas Jaemin sambil menatap Bundanya dengan tatapan kesal.

"Iya bawel. Bentar lagi Bunda selesai nih. Tinggal pakai heels aja," tutur Irene membujuk Jaemin.

Jaemin mendengus kasar.

"Satu jam yang lalu juga bilang gitu," cetus Jaemin lagi.

"Mau kamu dikutuk jadi ganjelan pintu?!" jawab Irene lalu mengenakan heels berwarna hitam.

"Mau aja, nggak nolak. Lagian udah males jadi manusia," ujar Jaemin lagi.

Irene sudah pasrah. Jika menanggapi anak laki-lakinya itu memang membuatnya naik pitam. Lebih baik ia segera diam, dari pada terjadi keributan dihari bahagianya.

Irene pun mengaca sekali lagi, memastikan ia benar-benar terlihat cantik hari ini.

"Bener kan, masih ngaca lagi," cetus Jaemin lalu berdiri. Ia terlihat sangat kesal, tetapi tetap saja tampan.

"Iya udah ayo keluar," ajak Irene lalu menggandeng tangan anaknya.

Mereka berdua menuju ketempat acara. Memang di sana sudah banyak tamu penting dan teman-teman Jaemin. Irene jadi merasa bersalah harus menyeret anaknya untuk menemaninya berdandan, padahal mungkin ia ingin nimbrung dengan teman-temannya.

"Bae Irene, cantik banget istriku ini," ujar Suho, Ayahnya Jaemin lalu tersenyum lebar.

Yang dipuji pun tersipu malu. Pipinya benar-benar merah, semerah gaun yang ia kenakan sekarang.

"Ini beneran mamahnya Jaemin?"

"Bukan mamah kali, tapi bunda!!"

"Aduh camerku, cantik banget insecure mantumu ini"

"Syalan cantik, pantes anaknya ganteng"

"Papanya juga ganteng gila"

"Keluarga visual ini mah"

"Fix, gue kentang!!!"

"Kalo gue nikahin Jaemin, garis keturunannya mungkin bakalan rusak"

"Halu"

Bisik-bisik dari teman-temannya itu membuat Jaemin tertawa. Padahal Ayah dan Bundanya itu tak sekalem mukanya.

SiriusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang