Conffeti

68 25 109
                                    

"Menjadi gadis yang lemah bukanlah suatu pilihanku. Jika itu takdir tuhan, apakah aku bisa mengelak nya?"

^Happy reading^

Gadis itu berusaha mencari sosok laki-laki yang ia cari. Tubuh mungilnya ini terkadang sangat merepotkan. Karena saking mungilnya ia tertutupi oleh punggung tamu yang lain.

Ia berusaha menerobos.

"Permisi, permisi"

Setelah dapat melewati kerumunan tamu, ia langsung menuju tempat semula. Dimana tempat awal Mark dan Jena datang.

Jena bernapas lega, Mark masih ada di sana. Namun, di sampingnya ada Nancy. Tetapi Mark hanya diam saja, dia terlihat sangat tidak nyaman.

Saat itu juga Jena langsung membalikkan badan mungilnya dan bersembunyi di balik guci bunga besar . Berharap jangan sampai Nancy tau dia ada disini, bisa bahaya. Ia bisa mengacaukan pesta yang sangat berarti bagi keluarga Jaemin.

Jena menahan napas, mungkin saja ia bisa mimikri.

"Jena dari mana aja?"

"Aduh, ketahuan kan!!!" batin Jena sambil memejamkan mata.

Jena pun membalikkan tubuhnya dan keluar dari tempat persembunyian dengan canggung. Ia pun tersenyum kaku.

"Habis nemuin Bunda Irene," jawab Jena jujur.

Mark pun tersenyum, tetapi muka Nancy masih sama, dingin, jutek, dan tatapannya sangat tajam.

"Oh, gue kira tadi lupa kalo berangkatnya sama gue," ujar Mark sambil tersenyum.

"Maksudnya?"

"Enggak. Nggak papa," jawab Mark lalu menggenggam tangan Jena.

"Idih, kok mau sama gembel. Ntar ketularan panu loh," cetus Nancy lalu menatap Jena dengan tatapan mengintimidasi.

"Gembel? bukannya yang gembel mulut lo ya?" timpal Mark lalu mengeratkan genggaman tangannya.

Jena sadar, ia menatap Mark.

"Pembawa sial. Gatau malu"

"Kayaknya mulut lo butuh sekolah. Percuma orang kaya, attitude nol besar," timpal Mark lagi.

Nancy tersenyum miring.

"Asal lo tau, gelandangan kaya lo nggak pantes di sini. Terus satu lagi, Mark juga nggak pantes sama lo," ujar Nancy sambil menunjuk Jena.

Jena hanya diam seribu bahasa. Ia mengeratkan genggaman tangannya dengan Mark. Tangan Jena mulai dingin.

"Terus? Gue sama lo gitu? Dih ngarep jadi orang," ujar Mark lalu menarik Jena untuk segera pergi dari posisi itu.

----oOo----

Akhirnya sampai dipuncak acara, yaitu tiup lilin. Dimana acara yang paling ditunggu-tunggu.

Irene sudah sangat siap. Ia mulai memejamkan matanya dan make a wish. Setelah selesai make a wish, Irene langsung meniup lilin.

"Selamat ulang tahun Bunda. Ini hadiah ulang tahun dari Jaemin," ujarnya lalu mengeluarkan kotak berwarna merah maroon itu.

"Selamat ulang tahun istriku. Aku cinta kamu selamanya," tutur Suho lalu memeluk Irene.

"Selamat ulang tahun Bunda Irene, ini hadiah dari Jeona. Dan Jeona mau berterimakasih, karena bunda sudah melahirkan anak ganteng seperti Jaemin," ujar Jeona lalu memberikan sebuah cicin berlian.

SiriusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang