"Ternyata awan dimalam hari diam-diam selalu memelukku,"
^^Happy reading^^
Tubuh Jena masih lemas. Dokter bilang Jena sudah boleh pulang, hanya saja tidak boleh melakukan aktivitas yang berlebihan. Tapi mana mungkin Jena akan seperti itu? Ia harus bekerja lagi. Mengganti uang Mark. Padahal Jena belum begitu kenal dengan Mark, tapi Mark mau membayar semua biaya rumah sakitnya. Jena merasa sangat bersalah.
Jena pulang ke rumah jalan kaki. Jaemin sudah pulang, tadi ia ditelepon bunda katanya. Jadi Jena tidak apa-apa pulang sendiri.
Obat yang ia tenteng terasa sangat menyedihkan. Dulu jika Jena sakit bunda selalu menggerus obatnya lalu di kasih gula, Jena tidak suka obat yang pahit sampai sekarang. Sekarang Jena harus melakukan semuannya sendiri.
"Bunda, Jena nggak suka obat. Pahit,"
Jena pun mendengus, hari sudah malam. Tidak ada bintang, sepertinya mendung. Ia dapat melihat awan hitam yang menutupi bulan dan bintang.
Saat melihat jalanan yang ramai, ia teringat Mark yang menggendongnya ke rumah sakit. Bayangkan saja dia habis jatuh dari sepeda harus menggendong Jena. Ya walaupun tubuh Jena kurus tetap saja kasihan. Jena juga belum sempat mengucapkan terimakasih kepada Mark.
Jena semakin merasa bersalah.
Nana-jaemin
|Jen, udh sampe rumah?Seketika mood Jena membaik. Memikirkan Jaemin memang membuatnya merasa senang.
iya sebentar lagi sampai|
|Maaf ya, gue nggak bisa nganter lo
iya na, bunda lebih penting||Ntar kalo udh sampai rumah makan yang banyak ya😡. Gue nggak mau ngeliat lo sakit lagi!!
iya na, kamu juga makan yang |banyak. Biar sehat
|Yaudah, pokoknya lo makan yang banyak. Biar nggak kerempeng oke? Gue nggak mau Jena yang cantik kerempeng. Masa cantik-cantik gepeng?:(
Jena pun tertawa membaca chating dari Jaemin. Nana-nya itu memang bisa membuat Jena senang seketika.
iya Na, bawel ih. Aku nanti makan| kok. Nggak usah khawatir. Yaudah aku mau jalan pulang lagi ya
|Iya:3
Jena pun tertawa. Baru kali ini ada yang perhatian dengannya. Bahkan menyuruhnya untuk makan yang banyak.
Entahlah, mungkin seperti inikah rasanya memiliki teman?
Sesampainya di dekat perumahan. Jena melihat seorang laki-laki sedang menuntun sepeda sendirian. Sepertinya Jena kenal. Jena pun berlari menghampiri, walaupun tubuhnya masih sangat lemas.
"Mark?!"
Laki-laki sedang menuntun sepeda itupun menoleh.
"Habis ngambil sepeda ya?" tanya Jena lalu membantu Mark menuntun sepeda.
"Iya, lo udah boleh pulang?" tanya Mark tetapi pandangannya lurus ke depan. Tidak menatap Jena.
"Iya udah boleh pulang"
"Kok jalan kaki, lo kan masih belum sembuh" tutur Mark yang masih memandang lurus ke depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sirius
Fantasy❝Apa kamu harus menyesal dulu, baru kamu sadar aku selalu didekatmu?❞ Dia, dia yang kau abaikan. Cerita antara Sirius, Engkau, dan Awan. Bahasa, -au ©ayshllll,2020