*23

3K 339 32
                                    

Fam[Ily]!!

Haikyuu!! © Furudate Haruichi

Warning : OOC, typo, Sho-ai dan lain sebagainya.

Happy Reading~

Sugawara menatap lama wajah sang anak, sudah lama Ia tak melihat wajah anaknya ini.

“Setampan ini kau sekarang ya. Perasaan dulu masih imut-imut.” gumam Sugawara mengelus surai hitam abu sang anak.

“Maafkan Kaa-chan karena Kaa-chan tidak bisa menjadi Kaa-chan yang baik untukmu.” ucapnya lagi.

“Kaa-chan janji, mulai sekarang.. Kaa-chan akan menjadi Kaa-chan yang baik untukmu dan yang lainnya. Jangan pergi lagi dari Kaa-chan nee, Shoyo.” Sugawara tersenyum, kemudian mencium pipi anaknya itu dengan penuh sayang.

***

Natsu duduk di kursi meja makan, Ia tengah menunggu Kaa-channya menyiapkan sarapan seperti biasa.

“Astaga anak ini, kenapa tidak membantu Kaa-chan.” ucap Kageyama mendudukkan dirinya.

“Mou, Nii-chan juga tidak membantu Kaa-chan!”

“Aish anak ini, pagi-pagi sudah teriak-teriak saja.” keluh Tsukishima yang baru memasuki ruang makan.

“Ish apasih.” kesal Natsu.

“Sudahlah jangan bertengkar, ini makan sarapan kalian.” lerai Sugawara meletakkan sepiring nasi goreng yang baru Ia masak.

“Kaa-chan, Kei juga mau.” ucap Tsukishima ketika melihat sarapan sang adik.

“Iya iya, sabar. Oh iya Shoyo belum bangun?” ucap Sugawara meletakkan makanan didepan Tsukishima dan Kageyama.

“Sudah, mungkin sekarang sedang berpakaian. Sebentar lagi juga pasti kemari.” ucap Kageyama. Mendengar sebentar lagi Hinata turun ke ruang makan, Natsu sontak memperbaiki penampilannya.

“Kau kenapa?” tanya Tsukishima heran.

“Seperti tak tau saja. Dia kan pernah naksir Shoyo.” celetuk Kageyama santai.

“Benarkah itu?” ucap Sugawara agak kaget, “Tentu saja benar, Kaa-chan.” ucap Kageyama menyahuti.

“Jangan bilang selama ini yang Natsu maksud kakak tampan itu Shoyo.”

“Huu... Kenapa sih Tobio-nii kayak ember pecah.” kesal Natsu.

“Biar kau sadar kalau kau tidak bisa bersamanya.”

“Tobio!” tegur Sugawara. Kageyama acuh, Ia lebih memilih untuk menikmati sarapannya.

“Natsu-chan.. Begini, Shoyo itu kakak kandungmu. Jadi, Kaa-chan harap kamu jangan menaruh hati. Suka boleh asal dalam batas wajar. Bukan menyukai seperti pasangan.”

Natsu terlihat murung, tapi mau bagaimana pun kenyataan tak bisa dirubah bukan?

“Baik, Kaa-chan.”

***

Hinata berjalan perlahan menuju salah satu ruangan. Matanya menatap awas, memeriksa apakah ada orang didekatnya atau tidak.

Tangannya terulur memegang kenop pintu ruangan tersebut, lalu membukanya perlahan agar tak menimbulkan suara.

Berjalan masuk Ia lagi-lagi memeriksa sekitarnya, menatap jeli setiap sisi.

“Baiklah.. Kurasa aman, tidak ada cctv.” ucapnya kemudian bergerak membuka laci meja kerja yang ada disana.

“Seharusnya ada disini.” gumamnya masih mencari-cari sesuatu.

Lama Ia berjalan kesana kemari membuka setiap laci serta lemari. Hingga suatu kardus di lemari ruangan itu menarik perhatiannya.

Diambilnya kardus tersebut, dan menaruhnya dilantai. Membuka kardus tersebut, dan mulai memeriksanya.

“Are, Shoyo? Apa yang kau lakukan di ruang kerja Tou-chan.” ucap Daichi yang baru memasuki ruang kerjanya.

‘Sial!’ rutuk Hinata dalam hati.

Hinata tentunya terdiam sebentar, didalam pikirannya Ia mencoba mencari alasan agar Tou-channya tidak curiga padanya.

“Ah.. Shoyo cuma mau mencari berkas-berkas Perusahaan Tou-chan. Kan Tou-chan ingin aku mengambil alih perusahaan. Masa aku tidak mengecek bagaimana perusahaan Tou-chan selama ini.” ucapnya.

“Oh begitu, harusnya kau bilang pada Tou-chan. Berkasnya tak ada disini. Berkas penting perusahaan ada di kantor. Nanti Tou-chan ambilkan.” sahut Daichi menatap Hinata.

“Baiklah.” ucap Hinata, melirik isi kardus.

“Ah.. Tou-chan, bisakah Tou-chan mengecek kamar mandiku? Kurasa ada yang salah.” ucap Hinata berdiri.

“Ada yang rusak kah?”

“Sepertinya, soalnya tadi Shoyo mau mandi pakai air hangat. Yang keluar malah air dingin.”

“Ah.. Ada yang salah. Sebentar Tou-chan akan panggilkan tukang ledeng untuk memperbaikinya. Kau cepatlah sarapan, sudah hampir jam masuk sekolah.” ucap Daichi sembari berjalan keluar ruangan.

“Siap, Tou-chan.” seru Hinata. Kemudian mengambil sesuatu dari dalam kardus tadi dan mengembalikannya ke tempatnya semula.

***

Iwaizumi menyesap teh hangat yang baru dibuat oleh kekasih tercintanya, Ia ingin menenangkan pikiran setelah beberapa hari lalu dibuat stress oleh pekerjaannya yang bagai gunung.

“Hari ini tidak kerja?” tanya Oikawa menatap Iwaizumi yang masih menyesap tehnya dengan santai. Terlihat dari jari kelingkinnya yang terangkat ketika minum teh.

“Tidak.” sahutnya singkat.

“Kenapa? Kau mau makan gaji buta? Mau gajimu dipotong?” ucap Oikawa dengan nada sedikit naik.

“Yak, jangan mulai berdrama. Siapa yang mau memotong gajiku, siapa hm? Akukan pemilik perusahaan. Aku mendirikannya sendiri dari nol hingga sekarang. Kau saksinya bukan.” sahut Iwaizumi.

“Oh iya. Maap, lupa pak.” ucap Oikawa terkekeh.

“Jadi, mau melakukan apa hari ini? Rebahan didepan TV?” tanya Oikawa.

“Tidak.”

“Lalu?”

“Menikmati waktu berdua denganmu.” ucap Iwaizumi.

“Hoo.. Baiklah. Sudah lama kita tidak ber-” ucapan Oikawa terpotong oleh nada dering ponsel milik Iwaizumi.

Iwaizumi menatap bingung nama yang tertera di layar ponselnya, “Siapa?” tanya Oikawa penasaran.

“Shoyo.”



















*TBC

Hayoloh, kenapa itu Shoyo nelfon Iwaizumi. Ada apa gerangan?

Tunggu saja di next chapt huahahaha // *digeplak

Selasa, 07 April 2k20
Pukul 21.43 Wita

Fam[Ily]! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang