Allahuakbar..
Allahuakbar...
Suara adzan subuh menggema di telinga Hanin.
Selama ini ia telah mengabaikan panggilan itu.Tapi kali ini,ia tergerak untuk memenuhi panggilan itu setelah sekian lama tak pernah mengerjakannya.
Usai sholat,Hanin bergegas mandi dan bersiap-siap ke sekolah.
Walau hari ini ia tak semangat pergi ke sekolah,tetapi ia harus menepis rasa itu.
Ia harus terus menuntut ilmu,agar suatu saat bisa membanggakan mamanya.Tiba di sekolah,Hanin langsung menuju ke kelasnya dan ia duduk di bangkunya.
Sikap Bella masih sama seperti kemarin ia masih cuek padanya.Usai pelajaran Fisika selesai,Hanin segera menuju ke kantin sendirian karena Bella masih cuek padanya.
Hanin masih mendengar bisikan dari mulut teman-temanya yang membicarakan tentang dirinya.
Tapi Hanin mengabaikan semua itu,ia langsung menuju rofftop untuk menenangkan diri.Bella pun baru saja balik dari kantin sendirian tanpa Hanin.
Tiba-tiba ia ditarik oleh seseorang,dan ternyata itu adalah Raffa.
Ada apa Raffa menarik dirinya."Ada apa sih Raff,narik-narik gue"ujar Bella kesal.
"Kenapa lo jauhin Hanin?"tanya Raffa singkat.
"Bukan urusan lo"balas Bella ketus.
"Hanin kan sahabat lo,seharusnya lo disamping dia saat ini bukan ngejauhin kaya gini"kata Raffa.
"Iya emang,Hanin sahabat gue tapi setelah gue tau tentang keluarga Hanin,gue berhak dong ngejauhin dia gue nggak mau terpengaruh buruk sama dia dan keluarganya"tukas Bella."Dan lo percaya sama omongan orang tanpa lo tanya sama Hanin sendiri,toh kalau keluarga Hanin kaya gitu,bukan berarti Hanin sama sama kan"ujar Raffa tegas.
"Apa maksud lo?"tanya Bella.
"Gue tau lo udah sahabatan lama sama Hanin,dan lo pasti lebih mengenalnya di banding gue"balas Raffa.Bella mencerna apa yang di katakan Raffa.
Ia telah lama bersahabat Hanin, dan baru kali ini ia marah pada Hanin.
Kenapa ia tak menanyakan dulu apa yang terjadi sebenarnya pada Hanin."Gue yakin kalo Hanin itu nggak seperti yang lo kira"ujar Raffa lirih.
Lalu ia pergi meninggalkan Bella.Bella termenung sejenak,satu air matanya lolos di pipinya.
Ia lari menyusul Hanin,yang ia lihat tadi menuju rofftop."Hanin,maafin gue"ujar Bella lirih seraya memeluk Hanin dengan erat.
Lalu ia melepaskan pelukkannya."Bella kamu kenapa?"tanya Hanin bingung.
"Maafin gue nin,gue udah cuek sama lo bahkan gue udah menghina sahabat gue sendiri,gue lebih percaya sama orang lain dari pada sahabat gue sendiri hiks hiks,"balas Bella seraya memegang kedua tangan Hanin."Emm,Bell gue udah maafin lo kok huaaa sahabat gue udah balik"ujar Hanin lalu memeluk Bella.
"Udah dong,jangan nangis mulu terhura aku tuh, jadi laper lagi kan"ujar Hanin dengan pipi menggembung."Ihhh,apaan dah baru aja baikan gilanya udah muncul"tukas Bella kesal.
"Hehe,kuy ke kelas keburu masuk nanti"ajak Hanin.Kemudian mereka masuk ke kelas bersama.
Raffa yang tak sengaja melihat mereka berdua ikut senang,akhirnya mereka baikan.Hari ini jam pelajaran tak seperti biasanya.
Karena hari ini ada rapat pemilihan ketua OSIS yang baru.
Jadi para guru dan anggota OSIS yang lama mempersiapkan untuk pemilihan ketua OSIS.Hari ini Hanin pulang lebih awal.
Karena ada rapat,jadi para siswa dipulangkan.Keesokkan paginya Hanin berangkat agak siang.
Karena ia tahu pasti hari ini tidak pelajaran kan ada pemilihan OSIS.
Setelah sampai di sekolah,seperti biasa Hanin menuju ke kelasnya dan menghampiri Bella."Woy,dasar lo mentang-mentang nggak pelajaran, jam segini baru berangkat"ujar Bella.
"Iyalah,kan gue murid teladan di sekolah ini"balas Hanin menyengir.
"Dasar lo emang" balas Bella kesal."Eh,mau pilih siapa lo?"tanya Bella.
"Emm,emang kandidatnya siapa aja sih?"tukas Hanin."Dasar lo emang kurang update,ya pastinya tiga cowok most wanted sekolah kita ini lah"ujar Bella.
"Siapa aja sih emang,gue kagak tau"balas Hanin santai.Demi soto hangat di kantin mbak Titi,kenapa sahabatnya ini tidak tau cowok paling famous di sekolah ini.
Apa ia terlalu setia sama pacarnya David itu,gumam Bella dalam hati seraya menelan salivanya."Oke deh lo dengerin gue,kandidat ketua OSIS di sekolah kita yang pertama adalah Joe anak kelas sebelas Mipa 1 yang terkenal dengan kepandaiannya itu,yang kedua adalah Vito anak sebelas Mipa 7 yang terkenal dengan debatnya yang jago itu"jelas Bella panjang lebar.
Hanin hanya mendengar santai penjelasan Bella.
Entah dia mengerti atau tidak."Woy nin,lo dengerin gue nggak sih"ujar Bella.
"Ehh,gue dengerin kok,terus siapa yang ketiga?"tanya Hanin."Oke,jadi yang ketiga adalah Raffa cowok sekelas kita"lanjut Bella.
"Raffa??"ujar Hanin membelalakkan kedua bola matanya."Iya,walaupun tu cowok pendiam dia juga cukup pintar kan ditambah ia cukup tampan juga"tambah Bella.
Hanin terdiam mendengarnya.
Entah,ada apa dengan dirinya kenapa ia merasa gelisah mendengar nama itu.
Apa ia menyukai Raffa,tapi ahh nggak mungkinlah."Woy,bengong aja lo inget katanya lo mau setia sama si David"ujar Bella.
"Gue udah putus sama David"ucap Hanin lirih."Whatt?kapan lo putus sama dia?"tanya Bella penasaran.
"Kemarin malam,dia yang putusin gue"balas Hanin."David yang putusin lo,emang kenapa sih,setau gue dia selalu bersikap manis sama lo"ujar Bella heran.
"Karena gue udah miskin sekarang,jadi gue udah nggak di butuhin lagi sama dia"tukas Hanin."Ohh,baru tau gue sekarang,tu cowok cuma manfaatin lo doang,udahlah buang aja cowok kaya gitu mah"ujar Bella.
"Iya,gue bakal lupain dia"ucap Hanin."Nahh,ini baru sahabat gue"ujar Bella seraya mengangkat kedua jempolnya.
Hanin tersenyum tipis dengan ucapan Bella.
Ia senang sahabatnya Bella telah kembali seperti dulu,itu yang terpenting.
Perihal David,ia yakin bisa melupakannya."Sahabat yang sebenarnya,selalu ada di sampingmu dikala semua orang menjauhimu,mendukung dikala yang lain mencela,mengusap air mata dikala yang lain membuat air mata"
Assalamu'alaikum guys...
Gimana sama part ini...??
Semoga kalian suka yaa..💕
Maaf masih banyak kekurangan🙏
Oh ya aku mau kasih cast Hanin dan Raffa nih..
Gimana pada mau nggak..?
Coment yaaa..
Jangan lupa follow dan votenya ya.
Hehe...
Thank's for reading❤
Wassalamu'alaikum..
KAMU SEDANG MEMBACA
God's Scenario
SpiritualBeranjak dari masa lalu menyakitkan tak semudah membalikkan telapak tangan. Mencoba berubah untuk jadi lebih baik tak cukup dalam hitungan detik. Alasanku pergi bukan karena ku tak lagi mencintai,karena aku sadar jika ku terus bersamamu akan selalu...