Happy Reading♡
Langit kota Jakarta siang ini terlihat begitu cerah. Sinar cahaya matahari seolah menyoroti kota Jakarta tanpa ampun. Membuat beberapa orang sedikit resah dan menyumpah serapahi kondisi mereka yang kepanasan kala itu.
Tapi bukankah itu sama saja dengan tidak mensyukuri nikmat Tuhan?
Bahkan sekalipun hari ini akan turun hujan, mungkin mereka tidak akan bersyukur juga, bisa saja diantara mereka ada yang tidak suka hujan bukan? Tidak suka kebasahan, misalnya?
Ah, sudahlah. Dasar manusia. Mau panas, mau hujan itu tetap salah.
Tapi justru dengan cuaca seperti ini, tidak sedikit pun mematahkan semangat Band The Gangbang. Yeah. Mengetahui mereka akan tampil pada konser sore ini.
Sebenarnya, mereka sudah latihan sejak satu jam yang lalu. Tapi atas permintaan leader Band The Gangbang, mereka harus tetap menetap disini.
Leader The Gangbang adalah Coklat. Ia meminta seluruh teman-teman Band nya itu membantu nya untuk mengecek beberapa perlengkapan yang akan mereka pakai ketika manggung nanti. Mengetahui acara ini di sponsori oleh perusahaan milik orang tua nya, Radit, dan beberapa teman-temannya yang lain.
Jadi sebagai leader, Coklat tidak ingin membuat para orang tua itu kecewa sekaligus usaha nya dan teman-teman nya pun sia-sia dalam membangun Band ini. Yang membutuhkan kerja keras dengan menguras tenaga, waktu, pikiran, dan uang mereka.
Memang tidak mudah. Tapi mereka dengan senang hati melakukan ini. Karena merupakan kegemaran mereka. Kegiatan yang menyalurkan hobi dan bakat mereka.
Tentu saja menyalurkan hobi dan bakat kalian sungguh menyenangkan bukan?
"Woy! Ini taro dimana jancok?!"
Lelaki berdarah Amerika itu berteriak ke arah Coklat yang masih di sibukan dengan pekerjaannya itu.
"Situ." Singkat Coklat.
Jari telunjuknya menunjuk ke arah seberang sana. Sambil acuh tak acuh pada teman lelakinya. Sungguh, Coklat sedang malas meladeni Gibran yang menatapnya aneh sekarang ini.
Sedangkan Gibran hanya mengagguk mengerti kemudian meletakkan kursi tersebut sesuai arahan Coklat.
Tadi Gibran sama sekali tidak mengumpat. Tapi itu merupakan panggilannya kepada Coklat.
Hmm. 'Jancok-lat'
Tidak aneh sih. Karena bukan Gibran namanya jika tidak toxic atau membuat ulah sehari saja. Tapi Band ini jadi terasa lebih hidup dengan adanya lelaki berdarah Amerika tersebut. Dengan selera humornya yang rendah, lawakan nya, yang selalu mengundang tawa teman-temannya yang lain. Hidupnya bisa di bilang 99% candaan. Ia jarang bisa di ajak serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Coklat dan Vanila
Teen Fiction❝Kamu adalah pemberi luka. Sekaligus penyembuh yang aku suka.❞ Vanila Aurellia, gadis pecinta sajak dan hujan. Gadis yang hidup dengan setiap bait puisi nya. Gadis yang hidup bagai temaram. Hatinya seakan kehilangan arah pulang. Gadis yang kehilanga...