"Itu bukannya Rio temennya Jidan?". Tanya nya memastikan.
"Iya Ra, is masa dia baperin gue Ra".
"Terus kenapa kalo dia ngebaperin?". Tanyanya sembari mendudukkan diri di meja nya.
"Ya gue- gue baper Ra". Gugupnya.
"Gembel si gampang baper". Cibirnya.
"Ya wajar dong Ra, gue normal! emangnya elo!". Kesal Sasa.
"YEE GUE MAH KALO ADA ORANG KAYA GITU GUE KETUSIN BODO AMAT MAU NGEJAUHIN KEK, ILFIL KEK, BODO AMAT DARIPADA MENYE-MENYE". Sindir Ara dengan sinis.
"Ara!, lo tuh ya emang bener-bener apa-apa emosian banget ih".
Tiba-tiba Ara merasakan tangan besar di pundak merangkulnya, ia sudah menebak pasti Jidan.
"IHH LO APA-APAAN SI KAMPRET!". Ara langsung melepaskan rangkulannya dengan kasar tak lupa ia menatap Jidan sinis.
"Ssst". Telunjuk Jidan di arahkan di depan mulut Ara membuat Ara membelalakkan matanya.
Bugh
Ara menonjok perut Jidan membuat Jidan mengaduh kesakitan, sementara Sasa memaki Ara.
"Lo tuh ya Ra!, jangan emosian nanti ga ada yang mau mampus lo". Kesal Sasa karena merasa prihatin melihat Jidan.
Meskipun Ara Cewek pukulan itu tak main-main, mengingat Ara jago bela diri Jidan sampai lupa.
"Bego!". Sinis Jidan menatap Ara.Sementara Ara memasang wajah konyol se akan merasa tak bersalah, kemudian berlari menuju kantin.
"EH RA! WOI!". Jidan memanggil Ara dengan kencang, kemudian beranjak pergi mengikuti Ara.
"IHH KO GUE DI TINGGAL!". Pekik Salsa, juga langsung beranjak pergi mengikuti kedua orang tadi.
Siswa/siswi tak merasa terganggu karena bagi mereka itu sudah biasa, toh hampir setiap hari ketiga orang tadi membuat ulah dengan suaranya yang tak bisa di kontrol.
Jidan mencari Ara di sekitar kantin, kemudian matanya mantap satu objek. Ara sedang duduk di kursi kantin sendirian dengan santai meminum jus jeruk.
"Aduh, sakit bego!". Maki Ara karena keningnya yang baru saja di jitak oleh Jidan.
"Mana ban gue?!". Tagih Jidan.
"Yaelah udah gue pasang kali daritadi pagi".
"Ko gue ga liat".
"Jelaslah kan lo ga bisa liat". Pedasnya.
"Sialan bener".
"Eh Ra, pulang bareng gue ya nanti".
"Eh, eh gue ga bisa". Sahut Ara cepat.
"Kenapa?". Tanya Jidan.
"Gue mau jalan-jalan sama Sasa".
"Yah gue ikut dong". Melas Jidan.
"IHH ENGGAK!, ENGGAK LO MASA MAIN SAMA CEWE SI!". Tolak Ara dengan suara yang mampu menarik perhatian sekitar.
"Biasanya juga gitu". Gumam Jidan dengan suara kecil.
"Yaudah pulangnya gue jemput deh". Bujuk Jidan.
"Nah boleh-boleh". Cengir Ara sambil menepuk pipi Jidan berkali-kali dengan kencang.
"Enak ya berduaan sementara gue di tinggal". Cibir Sasa yang baru datang.
"Baperan". Sinis Ara.
"Eh Dan, bilangin tuh bestfriend lo jangan kebanyakan makan cabe! Pedes banget mulutnya".
Jidan dan Ara tak menghiraukan omongan Sasa malah mereka asik mengobrol sendiri, sedangkan Sasa membela nafas kesal dan duduk di depan Meraka berdua.
"Woi Dan".
"Eh yo, duduk sini aja kan ada cemewew lo". Ledek Jidan sambil menatap menggoda ke arah Sasa.
"Pasangan menye-menye lagi macul". Ucap Ara. Sasa yang mendengarnya hanya menatap sinis Ara.
"Sa, udah makan?". Tanya Rio di sebelahnya.
"Oh udah ko, Sasa udah makan". Celetuk Ara.
"Makan Harapan palsu". Lanjut Ara dengan terbahak.
"Ra!, mending lo diem deh. Kita lagi liatin drakor". Ucap Jidan sambil merangkul Ara, namun kali ini tidak di tepis oleh Ara malah Ara diam saja sambil menatap pasangan di depannya.
....
Jam pulang sekolah sudah berbunyi, Ara dan Sasa sedang berjalan di koridor menuju parkiran untuk pergi menggunakan mobil Ara.
"Ra, nanti kayanya gue gabisa jemput lo". Suara Jidan membuat Ara mengerutkan keningnya.
"Tumben kenapa?". Tanyanya.
"Gue mau ikut tawuran dulu".
"IH LO YA! GUE BILANGIN BUNDA BODO!". Delik Ara.
"Yah jangan dong Ra, sekali ini aja terakhir sumpah". Jidan mengancungkan jari telunjuk dan tengah membentuk huruf V.
"Kuping gue budek". Ara berlalu dari hadapan Jidan, namun lengannya di tahan oleh Jidan.
"Ra, plis ya Ra ini genting banget. Nanti gue janji deh bakal ganti stik PS lo". Ara menimang-nimang tawaran Jidan, boleh juga pikirnya.
"Oke, tapi harus hari ini!. Kalo besok gue aduin ke Bunda".
"Iya deh gue janji, makasi Ara". Jidan sontak langsung mencium kening Ara, membuat Ara mematung seketika.
"IHH APANSI LO CIUM-CIUM". Ara langsung mengelap keningnya menggunakan lengannya tak lupa tatapan sinis yang amat menakutkan ia lontarkan untuk Jidan.
"Lebay lo ah, gue cabut!". Jidan pun langsung beranjak menuju belakang sekolah.
Ara senyum-senyum sendiri di dalam mobil, mengingat bagaimana Jidan mencium keningnya. Sasa yang memperhatikan tampak bingung, kesambet kali pikirnya.
Next ga ni?
Jangan lupa vote dan komen ya!
Maaf kalo absurd hehe.Ig
@anandaaaarw
@Wul.a.nJangan lupa di follow ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Aldara
Teen FictionBersama-sama sejak kecil, membuat Ara secara tak sadar memiliki perasaan yang lebih dari seorang sahabat kepada Jidan. Namun Ara tak berani mengungkapkan karena takut Jidan menjauh. Titik terendah nya di mana ia mengetahui Jidan mempunyai kekasih. M...