Kondisi kelas Ara saat ini hening, karena sedang ada guru mapel yang menjelaskan. Teman-teman Ara sangat memperhatikan, mengingat jika guru itu killer jadi anak-anak memilih untuk tidak mencari masalah.
Ara justru tidak memperhatikan, ia malah tersenyum-senyum sedari tadi karena memikirkan nanti ia akan dinner bersama Jidan.
Sedangkan Sasa yang duduk tepat di sebelah Ara, mengerutkan kening bingung. Pagi pagi udah sinting, pikirnya.
Walaupun bukan pertama kali, tetapi tetap saja rasa gugup tak pernah hilang.
"ARA!, JIKA KAMU TIDAK SERIUS DALAM MENGIKUTI PELAJARAN SAYA SILAHKAN KELUAR!". Lamunan Ara terbuyar ketika Bu Ismi yang mengajar di kelasnya mengomel padanya, membuat seisi kelas menatap Ara seolah-olah berkata mati lo."A-a-nu B-bu, maaf".
"Jam istirahat nanti kamu ke ruang guru temui saya". Ara hanya pasrah, Sasa yang di sebelahnya ingin membantu namun apalah daya nyalinya ciut.
Pelajaran pun berlanjut hingga sampai jam istirahat, Bu Ismi pun keluar.
"Lo kenapa si Ra?". Tanya Sasa."Ha?, gu-gue gapapa". Jawab Ara agak gugup.
Sasa menatap intens Ara seolah tak percaya, membuat Ara memalingkan pandangannya.
"Bohong ya lo?". Sasa memincingkan mata."Kepo banget sih lo!, gue mau ke ruang guru dulu". Ara langsung meninggalkan Sasa yang sedang mencak-mencak.
Di perjalanan menuju ruang guru, Ara berpapasan dengan Jidan yang tengah bersama Rio.
"Mau kemana lo Ra?". Tanya Jidan.
"Ruang guru". Jawab Ara.
"Pasti di hukum kan lo?!". Cibir Jidan.
Kemudian Jidan mendekatkan mukanya ke arah kuping Ara dan membisikkan sesuatu.
"Sukurin". Setelah itu Jidan berlari sambil terbahak."Sinting banget!". Desisnya, namun lagi-lagi ia munafik padahal di dalam hatinya ingin sekali ia berteriak.
....
"Bu, hukuman saya apa?". Tanya Ara to the point.
"Kamu ini tidak ada basa-basinya sama sekali". Bu Ismi memandang Ara tajam.
"Kamu nanti abis jam istirahat, tolong ke perpustakaan ajarin siswa yang bernama Danilo pratama". Ara yang mendengarkannya merasa tak asing dengan namanya.
"Loh kenapa di ajarin Bu?, emangnya dia ga bisa sendiri apa?". Ara menutup mulutnya ketika sehabis mengucapkan itu, bodoh sekali dirinya berbicara seenaknya di depan guru killer.
"Ara!, kalo kamu membantah saya tidak akan memberi nilai di raport kamu!". Bentak Bu Ismi.
"I-iya Bu maaf, nanti saya ajarin". Mau tak mau Ara hanya pasrah.
"Kalo kamu tidak datang, ingat ancaman saya tadi".
"Iya Bu, yaudah saya permisi Bu". Ara menyalami tangan Bu Ismi, kemudian keluar dari ruang guru.
"Argh!". Geramnya. Karena perutnya lapar, ia berlari menuju kantin yang saat ini ia melihat ada Jidan, Rio, Sasa di satu meja.
Ara langsung menghampiri mereka, ia melihat jus mangga di meja mereka. Tak perduli punya siapa yang penting sekarang ia butuh minum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aldara
Teen FictionBersama-sama sejak kecil, membuat Ara secara tak sadar memiliki perasaan yang lebih dari seorang sahabat kepada Jidan. Namun Ara tak berani mengungkapkan karena takut Jidan menjauh. Titik terendah nya di mana ia mengetahui Jidan mempunyai kekasih. M...