Selama tiga hari menjalankan MOS, akhirnya selesai sudah hari ini. Hari dimana mita tidak akan di kerjai oleh kakak tingkatannya, siapa lagi kalo bukan Rival.
Saat ini mita duduk di taman yang berada di ujung jalan dekat kampusnya, ia sedang menikmati sejuknya udara.
Walaupun Jakarta terkenal dengan sebutan kota polusi tapi bagi mita tidak semua tempat yang berada di Jakarta tercemar oleh polusi. contonya tempat ini, Tempat yang sedang ia duduki.
R i v a l, satu nama itu yang sekarang ada di pikirannya. Ia bingung harus bagaimana, keadaan saat ini benar benar rumit untuknya.
"Pokonya aku pasti bisa! Bisa! Bisaaa!!!." teriaknya frustasi.
Untuk saja tempat ini lumayan sepi, jika ramai pasti mita sudah di anggap orang gila.
"Sok cantik banget lo!ngerasa paling sempurna?." teriak seseorang di belakang mita.
"Perasaan gue biasa aja deh, lo nya aja yang baperan. Emang dasarnya cewek manja kaya lo tuh sirik terus kalo liat orang maju." jawab wanita itu dengan berani tanpa rasa takut sedikit pun, padahal dirinya sedang di kepung oleh tiga orang.
"Punya mulut jaga ya!" ucap salah satunya dengan wajah emosi.
"Tingkah lo yang harusnya di jaga! Cara apaan kayak gini, ngepung gue segala. Lo pikir gue takut? Engga! Yang ada lo semua di mata gue NORAK." lagi lagi wanita itu berani menjawab.
Saat ini mita hanya diam memperhatikan, Ia tidak mau terlalu ikut campur urusan mereka.
"Gak berpendidikan lo ya! Harus gue kasih pelajaran." tiba tiba ketua dari Geng itu mengeluarkan pisau dari tas kecilnya dan langsung menusuk wanita yang dikepung tadi.
Dua wanita lainya kaget saat melihat pemandangan di depannya,Yang mungkin di luar rencana mereka.
Dengan langkah takut takut mereka langsung pergi meninggalkan wanita itu yang tergeletak begitu saja di jalan.
Tanpa berfikir panjang mita langsung menghampiri wanita itu, terlihat dari wajah wanita itu sedang menahan sakit, sambil memegangi perutnya yang terus mengeluarkan darah.
"Ya ampun darahnya..." ucap mita panik.
Tiba tiba sebuah mobil melintas di hadapan mereka.
"Stop."
Seorang pria kira kira dua tahun lebih tua darinya keluar dari mobilnya dengan wajah kebingungan menatap mita.
"Egh itu.. Tolong, aduhh.." kepanikan mita bertambah ketika wanita itu tidak sadarkan diri.
"Tolo..ngin kak.." ucap mita panik.
Aduh, aku kalo udah panik gini nih, batinya.
Pria itu mengerti apa yang di maksud oleh mita langsung mengangkat wanita itu ke dalam mobilnya.
"Lo mau ikut gak?" tanya laki laki itu.
Mita hanya mengangguk dan ikut masuk ke dalam mobil, menuju rumah sakit terdekat untuk menyelamati wanita itu.
Dalam hati mita terus berdo'a agar wanita itu selamat.
***
Sekitar satu jam menunggu, akhirnya seorang dokter keluar dari ruang dimana wanita itu di tangani, setelah itu mita langsung bangkit dari duduknya menghampiri dokter tersebut.
"Gimana dokter, keadannya?." tanya mita dengan raut wajah khawatir.
"Keadaannya sudah membaik dan tidak terlalu serius, hanya butuh sedikit jahitan ringan.".
Mita hanya menganggukan kepala mengerti, setelah mengucapkan terima kasih Dokter tersebut meninggalkan mita.
Saat ingin masuk ke ruangan dimana wanita itu di rawat, tiba tiba tangannya di tahan oleh seseorang.
"Nih buat lo." karna masih bingung mita enggan langsung mengambil minuman yang di berikan oleh pria yang tadi menolongnya.
"Ambil elah." gerutunya.
"Eh, makasih kak." ucap mita sopan.
"Gue yang makasih."
"Kok?.". Tanya mita bingung.
Tiba tiba ia menarik mita "ikut gue." setelah itu pria mengajak mita ke arah taman rumah sakit.
"Gue Ikmal, yang lagi di rawat itu Livia." ucapnya tiba tiba.
Mita menatap pria yang bernama ikmal itu bingung " maaf ?terus kenapa ya kak?."
"Sebenernya gue males ya ngakuiin dia tunangan gue, tapi ya gimana lagi. Gue di jodohin." ucap ikmal dengan raut wajah datarnya.
Ya terus?!
"Gue mau minta tolong sama lo." ucap ikmal seolah bisa membaca isi hati dan pikiran mita.
"Minta tolong apa kak?".
"Gue minta tolong banget ya, lo anterin tuh cewek ke rumahnya. Nih alamatnya." ucap ikmal sambil memberi kertas yang berisikan alamat rumah.
"Eh-eh gak bisa, kamu dong yang anter. Kamu kan tunangannya, gak gantle banget jadi cowok." putus mita agak kesal.
"Gue minta tolong cil."
Cil?,batin mita bingung.
"BOCIl." jelas ikmal.
"Gak sopan banget ya, aku tuh gini gini mahasiswa ya."
Tiba tiba ikmal tertawa sangat lepas," eh lo.. ngeHalu aja kerjaannya, Mending lo pulang cuci kaki,tangan,makan deh, terus bobo." ledeknya.
"Nyebelin banget sii." ucap mita kesal dan langsung menginjak kaki ikmal.
"Gak kerasa cill." ledek ikmal lagi.
Malas meladeni ikmal mita pun berlalu hendak pergi.
Tapi lagi lagi di tahan oleh ikmal,
" mau kemana?"."Bukan urusan kamu!" ucap mita ketus.
"Gue mohon bantuiin gue.." kali ini suara ikmal merendah.
"Gue mohon ya.." ucapnya lagi.
Mita melihat itu entah mengapa tidak tega.
"Iya deh iya, aku bantu." ucap mita pasrah.
"Beneran nih?." tanya ikmal tersenyum bahagia, mita hanya mengangguk.
"Yaudah nih alamatnya." setelah itu mita mengambil kertas yang di sodorkan oleh ikmal kepadanya.
"Makasih ya, lo tenang aja gue bakal bales kebaikan lo."
"Gue boleh minta nomer lo?." tanyanya.
"Buat apa?." tanya mita balik dengan tatapan curiga.
"Yaelah biasa aja tuh muka, ya buat koling koling lo lah. Gue gak mau punya utang sama lo, jadi gue bakal bales kebaikan lo ya walaupun gak sekarang." jelas ikmal.
"Yaudah nih,Tapi awas yaa jangan teror nomer aku, Bilangnya mamah minta pulsa." ucap mita dan di balas kekehan oleh ikmal.
"Lucu banget si lo, pantesan.." tiba tiba ikmal tak melanjutkan ucapannya.
"Pentesan kenapa kak?." tanya mita penasaran.
"Eh engga, udah lupaiin." ucap ikmal salah tingkah.
Aneh.
"Yaudah, gue duluan ya. Oh iya, pokonya nanti lo gak usah ngomong apa apa yaa tentang gue ke dia." jelas ikmal.
"Iya."
"Janji lo!".
"Iya iya."
"Yaudah bye,bye bocilll." ucapnya sambil dadah dadah tidak jelas.
Mita menantap kepergian ikmal dengan tatapan bergidik ngeri.
Jangan lupa pencet bintang yang ada di bawah ya. ( sekedar ngingetin:v)
'Thank you'TheBestAuthor
KAMU SEDANG MEMBACA
Believe√
General FictionJangan Di buka sekarang.nanti bakal ada saat nya,dan lo bakal tau semua. •Dari gue yang huruf belakang nya L• Mita bingung dengan isi surat itu tapi setelah nya ia tersenyum sangat bahagia. "Kak Rival dari dulu emang paling bisa buat jantung aku ga...