abang

921 148 0
                                        

Libur panjang bukan berarti leha-leha everytime. Bimbel harus tetep dicek dan dibersihin.

Makanya sekarang Rose mau berangkat. Hari ini gilirannya piket bareng Dio.

Rose udah siap sama kaos oblongnya. Mau nyapu doang elah bukan mau ke puncak ya gausah bagus bagus bajunya.

"Eh, Kak lo mau ke mana?" tanya Jeno pas Rose nglewatin dia di ruang tamu.

"Bimbel, ada piket. Bilangin ke Mama, ya?"

"Nebeng sabi kali, ke rumah Renjun kok. Motor gue lagi diservice ternyata sama Papa," pinta Jeno.

"Lah jauh rumahnya si Injun."

"Gue aja yang bawa motor, ntar lo kalo kelar telpon gue minta jemput," bujuk Jeno.

Oh no, No. Jeno omdo -omong doang. Tekor Rose kalo ngojek terus.

"Kagak. Mending gue anter lo aja deh. Ntar dibawa kabur lagi motor gue," tolak Rose.

"Yaudah buru."

"Heleh ngegas. Numpang kaga tau diri!"

Semenjak lahir, Jeno ada kelainan. Bukan kelainan seperti pada umumnya.

Ya mana ada kelainan tapi umum anjir! Hehe.

Pas kecil, Jeno gemesinnya minta ampun. Rose aja sampe punya panggilan kesayangan ke Jeno, Nono.

Makin gede gemesnya lebur. Sobat jangan keseringan mandi, ya? Ntar gemesnya jadi luntur juga ke bawa air kayak Jeno.

Dan sekarang kelainan Jeno udah ganti. Depan orang lain sok friendly abis, bobroknya mbleber ke mana mana. Giliran di rumah seakan mulutnya ketinggalan sepulang main.

Sabarkan Rose yang harus muter dulu tadi. Untung pulsa listrik bimbelnya masih jadi buru-buru Rose nyalain ac.

"Anjir mana sih ni si Dio udah siang juga," gerutu Rose tak kunjung bertemu si cimol.

Rose masih asik menyapu sembari bersenandung. Sampai tak menyadari deru mobil yang hadir di depan.

"Selamat pagi, Rose?"

"Pagi, eh, Mas Jae? Emang piket juga?"

Sepertinya gadis itu sudah lupa ingatan. Melepas memori menjengkelkan bersama pria itu waktu lampau. Dengan santainya memberi sambutan yang cukup welkam.

"Gue ngga lepas tanggung jawab, ya?! Lo sendirian? Mana si Dio?" Jae mengedarkan pandangan ke sekeliling. Kali saja Dio sedang main petak umpet.

"Belum dateng."

"Serius? Wah minta potong gaji tuh orang," ujar Jae menyiratkan keseriusan.

Jae lalu mengambil sapu juga. Membersihkan bagian lain yang masih nampaknya belum tersentuh oleh Rose.

Hal itu membuat Rose tertegun. Tidak sopan sekali membiarkan atasannya mengerjakan tugas yang harusnya diemban oleh ob?

"Mas Jae ngurusin yang lain aja. Bjar gue yang bersih-bersih," kata Rose menjeda pekerjaan Jae.

"Santai aja kali. Piket kemaren juga gue ambil bagian," jawaban Jae membuat Rose menyesali perkatannya barusan.

Anjir! Tau gitu mending suruh ngepel aja sekalian!

"Maaf bruh telat. Ngga sengaja sumpah!" datang-datang melontar sumpah.

"Lo siap-siap aja, Mas. Setengah gaji lo ngalir ke rekening gue soalnya," balas Rose sadis.

"What the— telat lima menit doang kejam!"

"Lima menit palalu!"

Dio pasrah. Ngomong sama Rose, 11 12 ngomong sama penjual sayur di pasar. Nyenyenye.

Takut beneran potong gaji, si Dio mendadak kerjanya gercep. Pencitraan.

Satu jam panjang telah lewat. Tugas udah selesai jadi mereka segera meninggalkan bimbel.

Kecuali Rose. Rose sengaja ngulur waktu. Fakta kalau pak bosnya itu kakak dari temen adiknya, bikin Rose waspada.

Sekarang kalau mau ke rumah si Injun harus pasang mata yang banyak.

Satu lagu telah usai sembari menunggu pak bosnya menjauh. Rose ngga mau ya dikira stalker.

Tin! Tin!

"Mbak oje masuk aja Jeno belum kelar katanya bentar lagi!" Jisung berteriak membalas klaksonan kakak temannya itu.

"Lele panggilin Jeno! Injun! Usir Jeno deh!" Rose balik berteriak.

Harap-harap adiknya keluar dan menyumpal mulutnya. Yang terpenting, Rose harus segera meninggalkan tempat ini.

Sempat Rose melirik, tak ada tanda kehidupan Pak Bos Jae. Soalnya halaman rumahnya hanya ada tiga motor si kurcaci.

"JENO WOY BALIK!"

TIN! TIN!

Rose semakin brutal meneriakki adiknya. Ngga tau malu di perumahan orang.

Tin! Tin!

Rose terlonjak saat klakson mobil nyaring di pendengarannya. Segera ia memundurkan motornya mempersilakan kendaraan itu masuk ke pekarangan.

Mampus! Bukan Jae kan nih?

"Masuk aja, Dek. Panas di sini," kata si pemilik kendaraan.

Bukan Jae. Ini mas albino dengan berkah ketampanannya yang sempurna. Rose jadi meleleh dipanggil 'dek' tadi.

Bodohnya Rose yang dengan enteng menginjakkan kakinya ke rumah itu. Melupakan hal lain yang sedari tadi diwantinya.

"Abang lo beneran udah ada pacar, Njun?"

Renjun yang tadi sedang berceloteh dengan yang lain menoleh, "Udah calon, mbak. Bentaran juga nikah paling."

Lah udah mau nikah aja? Susah dong nikung.

Bukannya membujuk Jeno, Rose malah ikut asik menonton pertandingan ps Jeno vs Jaemin.

Seru katanya.

"Udahlah capek gue," Jaemin nyerah dari tadi Jeno mainnya ngga fair.

Ceklek.

"Nah ini abang gue, Kak. Bang Jepri? Ini mbak Rose yang pengin kenalan sama lo maap gue lupa baru ngasih tau hehe."

Alamak. Rose lupa bungkem congornya si Renjun. Matilah Rose.

Rose masih setia menunduk. Menenggelamkan seluruh wajahnya pada bantal.

"Kenalan?" suara Jae sudah launching.

"Iyanih. Katanya pengin jadi kakak ipar gue tapi bang sehun kan udah ada calon, bang."

Tolong ini yang mau bantu main simsalabim prok prok prok sama Rose siapa?

"Gajelas lo, Jun," jawab Jae acuh.

Yah sad gurl dibuang sama malaikat.

Tiba-tiba Renjun menarik bantal Rose membuat dahi Rose terantuk lantai. Jadi tanpa sadar Rose akhirnya mengangkat wajahnya.

"Anjir sakit bego!" Rose balas menjambak rambut gondrong Renjun.

"Cantik bang, gamau? Kalo ngg mau buat gua aja," kata Renjun.

Rose baru tersadar. Aduh mau minjem mukanya siapa ya?

.

Yah kepergok beneran

Yok vote komen yok serang aja si injun dah.

Jahe+mawar = sehat!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang