Dua minggu akhirnya berlalu setelah libur panjang yang terasa singkat. Kegiatan sekolah dengan semester genap pun sudah menanti. Hari ini, tepat hari senin dimana para Siswa dan Siswi SMA Permata memulai kembali aktifitas bangun pagi untuk menuntut ilmu di sekolah elit tersebut.
Tak terkecuali adalah Geng Prince yang terlihat sudah berjalan beriringan melewati tengah lapangan basket untuk memasuki kelas masing-masing. Setelah liburan singkat mereka di puncak waktu itu, dua malam camping, tak ada lagi yang dilakukan mereka. Paling-paling hanya nge-gym atau mabar game di warung kopi Arvin.
"Eh, Ver. Dicariin tuh." perkataan Kael seketika memecah lamunan Alvero. Dengan segera Alvero pun menoleh ke arah yang ditunjukkan oleh Kael.
Kelas 10 Ips 1, di depan pintu ada gadis yang tengah memperhatikannya dari kejauhan seraya tersenyum manis."Astaghfirullah,"
Alvero segera mengalihkan pandangannya. Kembali berjalan bersama teman-temannya yang beberapa asyik tebar pesona dengan adik kelas. Hingga tiba-tiba,
"WOI!"
Panggilan itu seketika membuat seluruh anggota Geng Prince menolehkan kepala. Dan terlihatlah ditengah lapangan, Geng Shiner dengan Bruno yang memimpin di depan, tengah menatap mereka dengan tatapan seolah ingin menantang.
"Mereka manggil kita ya?" bisik Theo kepada Kael. Kael pun hanya mengendikan bahu tanda tak tahu.
"Lo manggil kita?" Alan mulai mengajukan tanya. Nampak bingung karena ia dan teman-temannya sama sekali tak mengenal Bruno meskipun satu angkatan.
"Pakai nanya lagi. Sini maju lo semua!" jawab Bruno seraya berkacak pinggang.
Alan dan Alvero saling berpandangan. Mereka berdua sudah berniat akan maju namun segera di cegah oleh Rava.
"Pergi aja yuk, nggak usah cari masalah.""Mereka nggak bakalan biarin kita pergi." bisik Alvero. Perlahan, lelaki itu mengulurkan tangan ke depan tubuh Alan sekedar untuk memberi isyarat agar kakaknya itu diam di tempat. Kemudian, Alvero pun mulai berjalan sendiri mendekati Bruno dan gerombolannya.
Kejadian itu membuat semua Siswa dan Siswi terkejut lalu mulai berlari menuju pinggir lapangan untuk melihat apa yang terjadi. Tak terkecuali adalah Sea, gadis itu segera menarik Ochi menuju pinggir lapangan. Namun karena pinggir lapangan sudah hampir penuh, ia tak bisa melihat apapun karena terhalang oleh Siswa dan Siswi lain yang lebih tinggi.
"Mau apa kalian?" tanya Alvero dengan lantang. Membuat Bruno berdecih karena lelaki itu berani maju sendiri.
Karena khawatir, Alan dan Geng Prince lainnya pun segera ikut maju. Mereka takut jika Alvero salah ngomong atau melakukan tindakan diluar kendali dan malah menimbulkan pertengkaran dengan Bruno dan gengnya. Mengingat, beberapa waktu yang lalu Alvero sempat ada masalah dengan geng itu.
"Huh." Bruno melihat jam tangannya sejenak. "Sayang banget sebentar lagi upacara dimulai."
"Ngomong aja, ada urusan apa lo manggil kita?" seru Alvero mencoba setenang mungkin.
Bruno terkekeh pelan lalu kembali menatap Alvero tajam.
"Pulang sekolah gue tunggu lo di lapangan deket gudang pembuangan. Lo inget kan? Urusan kita belum selesai." jawabnya lalu menoleh kearah teman-temannya. "Cabut."Alvero terdiam ditempat. Membiarkan Bruno yang menabrak bahunya dengan sengaja. Selepas geng berandal itu pergi, Alvero segera mengacak rambutnya frustasi lalu menoleh kearah teman-temannya yang sudah menatapnya heran.
"Jadi mereka masih dendam sama masalah yang lo ceritain waktu itu?" Theo mengajukan tanya. Dan Alvero menganggukan kepala sebagai jawaban.
"Dih. Bocah banget sih mereka. Bisa nggak sih sekali aja nggak usah bikin masalah?" gerutu Alan mulai pusing.