24. Closer

110 27 30
                                    

“Aduh gimana dong ini gimana dong gimana dong??!?”

Sea mengacak rambutnya pusing. Gadis itu mulai berlari kesana kemari mencari jalan keluar, ia juga sempat menengok ke bawah gedung dan mempunyai pikiran akan loncat, namun tentu saja itu tak mungkin.

“Nggak usah panik kali,” seru Rasi diakhiri kekehan. Cowok itu tak bisa menahan tawa melihat tingkah Sea yang panikan.

“Nggak usah panik gimana sih? Mereka udah mau kesini, kalau aku maksain turun ngelewatin 5 tangga nggak bakalan sempet! Terus aku harus keluar lewat mana dongg?!”

Rasi menghela napasnya panjang. Cowok itu mulai berjalan ke ujung gedung yang ada banyak tumpukan-tumpukan kardus. Perlahan ia menata kardus-kardus itu supaya bisa dijadikan tempat bersembunyi.

“Kamu sembunyi disini!” ujarnya seraya menatap Sea yang tengah berjalan menyusulnya.

What? Tetep bakal ketahuan Rasii!”

“Enggak, Sea...” Rasi menarik tangan Sea. Mengajak gadis itu untuk duduk dibalik tumpukan-tumpukan kardus.

Sea menghela napasnya lega. Cukup aman juga. Tumpukan kardus yang ditata Rasi terasa cukup aman untuk dijadikan tempat sembunyi. Namun tetap saja ia merasa was-was.

“Kamu ikut sembunyi?” Sea menatap Rasi ragu. Bukannya bersiap menemui teman-temannya cowok itu malah ikut duduk disampingnya. Padahal tempat mereka sembunyi itu cukup sempit.

“Aku nggak mau ninggalin kamu. Nggak tega.”

Senyuman yang mengembang tak bisa ditahan lagi dari bibir Sea. Kenapa Rasi manis bangett? Lagi-lagi cowok itu berhasil membuat pipi Sea merah merona. Kata-kata sederhana itu berhasil membuat jantungnya berdetak tak karuan.

“Tapi kamu harus temuin temen-temen kamu, Rasii...”

tringg...tringg...

Rasi kembali mengangkat panggilan dari ponselnya yang berdering. Suara dari dalam ponsel lagi-lagi membuat raut wajahnya berubah. Alhasil ia pun mematikan panggilan itu karena kesal.

“Aku mau turun sekarang. Temen-temenku udah dateng. Kamu disini ya? Aku bakal jaga kamu supaya tetep aman.”

Sea cemberut. Kali ini ia akan ditinggal sendiri. Dibalik tumpukan-tumpukan kardus, dan di basecamp anggota gangster. Kurang mengerikan apa coba?
Tetapi setidaknya ada Rasi, ada Rasi yang manis.

“Udah nggak usah khawatir.” Rasi menepuk atas rambut Sea. “Aku nanti kesini lagi kok. Tenang aja, mereka nggak bakal kesini. Percaya sama aku.”

“Beneran ya, Rasi?”

“Iiya.”

Rasi tersenyum tipis. Sejenak membuat hati Sea merasa tenang. Perlahan cowok itu keluar dari tumpukan-tumpukan kardus dan meninggalkannya pergi.

🌻🌻🌻

“Loh? Lo kok udah disini aja sih, Ge?” Razka mengajukan tanya. Seraya menyerahkan satu botol minuman cola yang langsung diterima oleh Rasi.

“Males dirumah. Jadinya gue udah disini daritadi.”

“Gilee. Berani juga lo di tempat ini sendirian? Nggak takut ada Mbak Dini lo?” lontar Arya dengan tawa meledek.

“Mbak Dini apaan? Cuma mitos kali,” tukas Bruno seraya menghisap rokoknya.

“Jangan bilang mitos, bos! Davin aja kemarin bilang kalau kek gitu-gituan tuh cuma mitos eh terus ditampakin pas di kamar mandi.”

Helplessly Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang