Pagi hari ini Alvero tengah berniat mencoba vespa matic terbarunya yang baru ia beli kemarin sore. Katanya sih dia capek memakai moge jadi beralih ke vespa matic, untung saja tabungannya cukup untuk membeli motor itu.
"Mau kemana lo?" tanya Alan dengan secangkir kopi ditangannya, cowok itu baru bangun tidur sehingga pakaian bawahannya masih memakai sarung.
"Nyobain motor dong!" jawab Alvero lalu menyalakan motornya, Alan langsung mendesis ringan.
"Gaya bener lo, entar gue pinjem ya?"
"Dih ogah!" Alvero segera melajukan motornya. Tujuannya sekarang adalah keliling komplek, sekalian pamer motor baru gitu ceritanya.
Tiba-tiba saat sedang asyik mengendarai motor barunya, ada seekor kucing yang menyeberang bersamaan dengan teriakan seseorang. Alvero segera menarik remnya, namun sayang kucing itu tetap tertabrak dan teriakan seseorang itu makin menggema.
"Aaaa kucingg gueeee!" seorang gadis berambut panjang segera menghampiri kucing itu dan memeluknya erat. Alvero tahu siapa dia, tentu saja Sea. Tepat sekali sekarang ia berada didepan rumah Sea.
"Aduh yaampun masalah lagi!" Alvero memarkirkan motornya lalu segera menghampiri Sea. Kalau kucing cewek itu tewas, bisa dipastikan Alvero akan mendapatkan masalah.
"Hikssss....hikss...Kucing gueeee..."
"Oh shit!" kucing itu bersimbah darah, bisa dipastikan kalau hewan itu sudah tewas. Alvero mengusap rambutnya pusing, ia bingung apa yang harus ia lakukan.
"Kucingnya gak papa kan? Meninggal ya?"
"Gak papa mata lo??! Jahat banget sih lo!!!! Kucing gue meninggal gara-gara lo tahu gak?!?! Hikssss..." Sea memeluk kucingnya makin erat. Tak peduli darah yang keluar dari kucing tersebut telah menodai pakaiannya.
"Ya Allah, sori. Gue gak sengaja tadi, lagian kucing lo juga asal nyebrang..." Alvero menggaruk tengkuknya kebingungan. Ia jadi kasihan sekaligus merasa bersalah dengan Sea.
"Bodoamat!!!! Lo jahatt jahatt bangett, hikssss...Kucing bangun cing...Huaaaa nyebelinn...Tanggung jawab lo hidupin lagi kucing gueeee!!" Sea tak pernah menyangka bakal sehancur ini kehilangan kucingnya. Kucing itu adalah kucing yang sudah ia rawat 3 tahun lebih, dan sebenarnya kucing itu adalah kucing pemberian Alan dulu. Yup benar, itu adalah kucing yang ia namai Alvero. Dan sekarang Alvero kucing telah tewas ditabrak oleh Alvero manusia, menyedihkan sekali.
"Eh jangan nangis dong, jangan nangis..." Alvero menoleh kesana kemari, karena kejadian ini banyak tetangga sekitar yang memperhatikan mereka meskipun tidak ada yang mendekat. Alvero jadi bingung sekaligus malu.
"Hikssss...Kucing sayangkuuuu..."
"Kita makamin ya kucingnya? Lo jangan nangis lagi, nanti gue kasih kucing gue yang dirumah deh. Kucing gue yang dirumah bagus-bagus lo lebih bagus dari kucing lo ini. Jadi udah ya gak papa ikhlasin aja?" sebisa mungkin Alvero menenangkan Sea. Meskipun sepertinya hal itu tetap saja sia-sia.
"Lo ngatain kucing gue? Bisa-bisanya ya lo habis nabrak kucing gue sampai tewas terus tambah dikatain!! Jahat lo jahatttt!!!!"
Karena mungkin tangisan Sea begitu keras, Merry alias Maminya keluar dari rumah seraya membawa sapu. Alvero jadi ngeri.
"Ada apa sih? Kamu kenapa Se kok nangis?" tanya Merry heran. Dengan segera Sea pun mendekatinya seraya menunjukkan kucing itu.
"Duh yaampun, kamu ya yang nabrak?" tanya Merry kepada Alvero dengan nada tenang namun terkesan menusuk.
"Eh, emm...Iya tante. Maaf ya tan, tadi saya gak sengaja soalnya kucingnya tiba-tiba nyebrang..."
Merry menghela napasnya panjang.
"Oalah, yaudah kamu bantu makamin kucingnya dihalaman belakang rumah ya? Dan kamu Sea, gak usah cengeng gitu ih cuma kucing juga! Sana cuci muka!!" benar-benar diluar dugaan. Alvero kira Merry akan memarahinya karena telah membunuh kucing milik Sea, tetapi ternyata wanita itu malah memarahi anaknya sendiri karena terlalu cengeng.