82. Baper

33 6 0
                                    

Sea memasuki kamarnya dengan jantung yang berdegup sangat kencang. Ia sampai dirumah jam 9 tepat, tidak terlambat. Seharusnya ia bisa tenang karena ia tidak akan mendapat omelan dari kedua orangtua maupun abangnya. Tetapi ada hal lain yang berhasil membuat jantungnya begitu terpacu.

"Ya Allah, Ya Robbi..." Sea melempar tasnya ke sembarang tempat lalu berguling diatas kasur. Gadis itu tidak ada niatan untuk mandi atau sekedar bebersih diri dahulu. Entah, belum minat.

Meowwww...

Kucing pemberian Alvero yang ikut ia bawa ke kamar mengeong lembut seraya menatapnya. Seolah heran dengan apa yang babunya itu lakukan. Sea jadi histeris, cewek itu menenggelamkan wajahnya dibalik bantal dengan cepat.

"Alvero, Kucingnya Alvero, hoodienya Alvero. Ihh Alvero kenapa sih!!!!"

Hoodie yang dipinjami Alvero ia remat dengan gemas. Hoodie itu masih ia pakai dan sepertinya tidak ada niatan untuk Sea lepas.

"Yaampun wangi banget AARGGGHHHH!!!" gadis itu mulai berguling kesana-kemari. Ciri khas cewek yang lagi baper. Kalau saja tiba-tiba Sean memasuki kamarnya pasti cowok itu sudah mengira kalau Sea gila.

"Kok bisa sih lo jadi manis banget kayak giniiii?? Lo nyebelin tapi manissss. Kenapasihsvgaha ahhhh jantung gueeee," Sea menekan dadanya dengan kuat. Jantungnya masih terasa berdegup sangat kencang. Gadis itu kemudian beralih memegang perut, seperti ada kupu-kupi disana.

"BISA-BISANYA LO TADI NIUP-NIUPIN TANGAN GUE PAS KEDINGINAN?? KENAPA MANIS BANGET SIH ADCCFVVHKNCDH!!!!"

Sea tak bisa menahan diri untuk tidak berteriak. Wajar dia seperti itu, Alvero yang dulu judes dan menghindarinya sekarang berubah 180 derajad. Sea benar-benar tidak menyangka

MEOWWWW RRRR...

Kucing yang ia berinama Dodo itu meloncat ke jendela setelah gulingan Sea hampir saja melindas tubuhnya. Kalau kucing itu tidak bergerak cepat mungkin ia sudah wafat karena tertindih tubuh Sea yang lagi gila.

"Sumpah ya lo tuh gak bagus banget buat jantung gue!!!! Lo sebenarnya suka gak sih sama gue? Kenapa sikap lo manis banget gini coba," gadis itu mulai menyelimuti seluruh tubuhnya dengan selimut. Hingga saat ia tak sengaja mencium aroma selimutnya, sialan aroma Alvero menempel disana.

"INI BAUNYA KENAPA BISA NYAMPAI SELIMUT SIHHHH? AH MAU GILA..."

ting!

Tiba-tiba ponsel Sea berbunyi. Dengan cepat gadis itu keluar dari selimut lalu menyambar ponselnya untuk melihat sumber notifikasi.

Alvero
Jangan kapok ye kalau besok gue ajak main lagi.

Setelah membaca pesan itu Sea kembali berguling lalu memukul-mukul kasurnya. Jangan kapok kalau besok Alvero mau ajak main lagi? Berarti besok Alvero akan mengajaknya keluar lagi? Oke, Sea benar-benar mau gila.

"OKSIGEN OKSIGEN PLEASEEEE!!!!"

🌻🌻🌻

Alan berdiri didepan kamar seraya mengamati Alvero yang baru pulang dari mengantar Sea. Tadi ia sempat melihat adiknya itu membawa Sea pulang dalam keadaan basah kuyup lalu meminjaminya baju. Untung saja orangtuanya sedang keluar kota jadi tidak akan ada pertanyaan.

"Dimarahin gak?" tanya Alan. Alvero menghentikan langkahnya lalu mengangkat alis heran.

"Sama siapa?"

"Sama orang tuanya Sea."

"Oh enggak."

Alan menghela napasnya lega. Meskipun tidak terlalu dekat dengan Sea atau keluarganya, tetapi Alan tahu kalau orang tua Sea itu strict parent. Kisa pernah cerita kalau dulu saat masih SMA ia pernah keluar dengan Sea sampai jam 10 malam, lalu setelah itu Sea tidak boleh keluar rumah selama seminggu.

Helplessly Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang