“Udah ketemunya?”
Sea tersenyum lebar. Segera mendudukan tubuhnya di kursi lalu meletakkan roti dan susu kotak pemberian Rasi ke atas meja. Sementara Kisa, Ochi, dan Merlyn hanya bisa menatapnya heran.
“Loh kok susu rasa coklat sih? Ini juga roti isi coklat, gusi lo kan lagi bengkak Se! Belum boleh makan yang manis-manis.” Merlyn mengambil roti milik Sea lalu melemparkannya lagi, membuat Sea hampir memekik lalu mengelus bungkus roti itu sayang.
“Iya ih Sea mah. Entar kalau gusi lo ngga sembuh-sembuh lo nangis-nangis lagi!” sahut Kisa dengan tatapan malas. Gadis itu sedikit iba sekaligus ngakak melihat pipi Sea yang masih agak bengkak, walaupun tak terlalu terlihat.
“Buat gue aja deh sini!” seru Ochi seraya mengambil alih susu dan roti itu. Namun segera kembali direbut oleh Sea.
“Nggah boleh! Ini kan pemberian Rasi. Nggak boleh ada yang makan selain gue!”
“Loh dari Rasi? Pantesann.”
“Kok Rasi nggak pengertian banget sih, Se? Gusi lo kan lagi bengkak, malah dikasih yang manis-manis,” omel Merlyn merasa heran.
“Yah soalnya dia tuh nggak tahu kalau gusi gue lagi bengkak. Tadi aja dia nyubit pipi gue, tapi nggak kerasa sakit sih. Malahan kerasa uwu gitu. Kok bisa ya? Aneh kan?”
“Astaga!” Kisa menghela napasnya malas. Begitu pula dengan Ochi dan Merlyn yang langsung buang muka.
“Terserah lo deh, Se. Emang dasar orang lagi kasmaran!” cetus Ochi lalu membalikan kursinya kedepan, sudah tak mau menanggapi Sea yang duduk dibelakangnya.
“Dah yuk Chi ngerjain PR, nanti jam kedua kan pelajarannya Bu Meira dan kita belum ngerjain tugasnya tuh!” ajak Merlyn seraya mengambil sebuah buku dari tasnya.
“Eh anjir ya kalian! Sekarang kan jamnya Pak Adi kok malah digunain buat ngerjain tugas sih?” pekik Sea tak terima. Membuat Merlyn menolehkan kepalanya sedikit.
“Lah biarin dong. Lagian Pak Adi juga belum masuk, palingan jamkos lagi!”
“He,em. Eh by the way pinjem buku lo dong Sa, pasti lo udah ngerjain kan? Hehe,” Ochi kembali menolehkan kepalanya. Menatap Kisa dengan tampang sok manis. Sungguh membuat Kisa ingin menampolnya.
Ah! Sudah biasa. Hanya karena Kisa yang paling rajin diantara teman-temannya, mereka jadi selalu mencontek pekerjaan miliknya. Menyebalkan.
“Dasar. Semalem ngapain aja sih sampai nggak sempet ngerjain?” Kisa mengomel. Namun tetap mengambil buku dari dalam tasnya.
“Ketiduran Sa, Ya ampun.” jawab Ochi beralasan. Merlyn pun ikut menganggukan kepalanya.
“Iya gue juga ketiduran ya ampun ngantuk banget habis dari rumah Sea.”
“Alesan! Nih!” meskipun terkesan tak ikhlas, namun Kisa tetap memberikan buku tugasnya kepada teman-temannya.
“Kisa...”
“Apa lagi?” Kisa menolehkan kepalanya menatap Sea yang baru saja memanggilnya.
“Ternyata gue juga belum ngerjain, pinjem yaaaa!”
“Huuuu! Tadi soksokan negur kita, ternyata sendirinya juga belum ngerjainnnn!” Ochi melemparkan tempat pensilnya kearah Sea. Belum sempat kena karena Sea langsung menangkapnya.
“Kan gusi gue lagi bengkak. Mana sempat ngerjain tugas, wlee!”
“Ah udah ah nih di foto aja, buruan Se!” Kisa menyerahkan buku tugasnya. Membiarkan Sea memotret pekerjaannya dengan ponsel.