Part 1

2.4K 65 0
                                    

Brenda Heather, seorang karyawan di sebuah kafe yang terletak di pusat kota New York baru saja menyelesaikan pekerjaannya yang mengharuskan ia lembur. Ia menggantikan rekan kerjanya yang tak bisa hadir dikarenakan sakit demam. Di luar, langit begitu gelap seolah sedang membendung air hujan agar tak segera membasahi bumi dengan cepat. Brenda harus segera pulang sebelum ia kehujanan, jika sampai ia kehujanan maka seluruh tubuhnya akan basah kuyup.

Biasanya Brenda akan selalu membawa payung ke mana-mana sebagai bentuk antisipasinya bila terjadi hujan. Untuk tiba di apartemen sederhananya, Brenda harus memakan waktu sekitar 45 menit. 30 menitnya ia habiskan diperjalanan dengan menggunakan bus, dan sisanya ia habiskan untuk berjalanan kaki dari halte bus sampai menuju apartemennya.

Tempat tinggal Brenda berada jauh dari pusat kota New York, semua itu ia lakukan demi menghemat biaya pengeluaran agar tak membengkak. Di pinggiran kota New York, banyak sekali rumah-rumah, apartemen atau rumah sewaan lainnya yang cukup murah. Tetapi, tentu saja tak akan sebagus dengan tempat sewaan yang membutuhkan biaya yang mahal.

Brenda hanya tinggal berdua bersama kakak kandungnya, Brandon Heather. Kedua orang tuanya sudah meninggal sejak dua tahun yang lalu akibat sebuah kecelakaan lalu lintas. Kedua orang tuanya meninggal dalam perjalanan menuju Manhattan, bertujuan untuk menjenguk saudaranya yang jatuh sakit. Sialnya, mobil tua milik ayahnya harus kehilangan kendali akibat rem mobil yang tidak bisa bekerja dengan semestinya.

Selama dua tahun inilah, Brenda dan Brandon bekerja keras demi mencukupi segala kebutuhannya. Menekan segala pengeluaran agar tak terlalu memakan banyak uang, mereka akan mengurangi keperluan yang menurutnya tidak terlalu penting dan tidak terlalu dibutuhkan.

Brandon sendiri, ia bekerja di sebuah minimarket yang letaknya lebih jauh lagi dibanding ke pusat kota New York. Butuh sekitar satu jam lebih untuk sampai di tempatnya bekerja, ia harus berangkat lebih awal dari seharusnya agar bisa sampai tepat waktu di minimarket itu. Brandon begitu menyayangi Brenda, ia selalu memanggil adik kesayangan satu-satunya dengan sebutan bear. Panggilan itu sudah tersemat sejak mereka masih kecil, sejak kedua orang tuanya masih ada.

***

Brenda baru saja turun dari bus di halte terakhir, ia harus berjalan sekitar 15 menit untuk sampai menuju apartemennya. Brandon sudah berulang kali meneleponnya menanyakan keberadaan Brenda yang tak kunjung pulang juga. Sesuai dengan perkiraannya, hujan turun dengan derasnya. Mengguyur tubuh mungil Brenda, seluruh pakaiannya basah karena tak memakai payung.

Ia berlari kecil agar segera sampai di apartemennya. Ia harus melewati jalanan yang sudah sepi, mengingat jam sudah hampir tengah malam. Jalanan yang sepi dan hujan yang turun deras membuat tubuh mungil Brenda harus bergidik ngeri, entah karena memang cuaca yang mendukung atau karena hal lain.

Saat Brenda melewati gang yang semakin sepi dari pada gang-gang yang lainnya, Brenda merasakan ada seseorang yang berjalan di belakangnya. Mungkin itu orang yang baru saja pulang bekerja sama seperti dirinya, tak ada pikiran buruk tentang itu. Brenda hanya terus berlari kecil, tubuhnya semakin basah kuyup karena hujan yang tak kunjung reda.

Saat Brenda hampir saja keluar dari gang yang sangat sepi itu, sebuah tangan membekap mulut Brenda dari belakang. Tubuh Brenda menegang untuk sesaat, kemudian ia meronta dan mencoba untuk berteriak meminta pertolongan pada siapa pun yang berada di sekitarnya.

Sayangnya, semua usahanya terasa sia-sia setelah beberapa orang lainnya datang menghampiri Brenda dan juga orang yang telah membekap mulut Brenda. Awalnya, Brenda pikir mereka adalah segerombol orang yang mendengar teriakannya yang tak jelas itu. tetapi, semua harapannya harus ditelan secara pahit saat ia menyadari bahwa segerombol orang itu adalah rekan dari orang yang sedang membekapnya.

Meskipun air hujan membasahi seluruh tubuhnya, Brenda masih bisa melihat dengan jelas wajah-wajah dari segerombol orang itu.

"Kau terlalu lama bertindak, bawa dia masuk ke dalam mobil! Tuan sudah menunggu kita di mansionnya." Salah seorang yang mungkin saja itu adalah ketua dari segerombol orang itu segera memerintahkan agar Brenda segera di masukkan ke dalam mobil yang mereka maksudkan.

Brenda semakin meronta-ronta dengan air mata yang sudah siap untuk meleleh.

"Diam kau, jangan banyak bergerak jika kau ingin selamat sampai kau bertemu dengan Tuan kami!" seru orang yang membekap mulutnya itu.

Brenda pikir, setidaknya ketua dari segerombol orang itu akan bersikap lebih baik dari pada orang yang membekap mulutnya. Nyatanya, orang itu malah memukul tengkuk leher Brenda sampai ia kehilangan kesadarannya.

Setibanya di mansion yang menjadi Tuan segerombol orang itu, tubuh Brenda di bawa ke sebuah kamar yang cukup luas hanya untuk ditinggali oleh seorang diri. Tak banyak perabotan yang terpajang di kamar itu, karena kamar yang akan menampung tubuh Brenda sangat jarang digunakan.

"Panggilkan seorang pelayan wanita untuk membersihkan tubuhnya, dan ganti bajunya!" titah seorang pria yang menjadi Tuan segerombol orang itu.

"Baik, Tuan."

Pria itu memandangi tubuh mungil Brenda yang masih basah dengan seksama, memperhatikannya secara menyeluruh tanpa ada yang terlewat sedikit pun. Bibirnya menyeringai kejam, kemudian pandangannya teralihkan saat suara ketukan pintu dari luar.

"Masuk!" seru pria itu cukup keras.

Pintu kamar itu pun terbuka, seorang pelayan wanita datang dan masuk ke dalam.

"Selamat malam, Tuan!" sapa pelayan wanita itu.

"Bersihkan tubuh gadis itu dan ganti pakaiannya dengan yang sudah aku siapkan di dalam lemari!" titahnya tanpa mengalihkan pandangannya dari tubuh Brenda yang sedang berbaring dengan tubuh basahnya.

"Baik, Tuan."

Setelahnya, pria itu keluar dari kamar dan berjalan menuju ruang kerja pribadinya. Di sana, sudah ada seorang pria yang sering kali menemaninya ke manapun itu pergi. Sedangkan pelayan wanita tadi langsung mengerjakan tugasnya setelah pria itu keluar.

"Kau sudah mendapatkannya?" tanya pria itu saat si pemilik mansion itu masuk ke dalam ruang kerja pribadinya.

"Tentu. Butuh waktu yang cukup lama agar aku mendapatkannya, semua harus berjalan sesuai dengan rencana." Jawabnya sambil berjalan melewati pria itu menuju kursi kerjanya.

"Di mana dia sekarang?" tanya pria itu lagi.

"Kamar. Pelayan wanita sedang membersihkan tubuhnya dan mengganti pakaiannya." Jawabnya lagi.

"Kau membuatnya pingsan?" tanyanya penuh selidik. Sementara si pemilik mansion itu menatap jengah mendengar pertanyaan pria yang ada di depannya itu.

"Bukan aku yang membuatnya pingsan, tapi Jacoblah yang melakukannya." Elaknya.

"Cih. Jika bukan kau yang menyuruh, Jacob tidak akan melakukan hal itu. Aku sangat tahu sifatmu." Ejeknya telak.

Pemilik mansion itu hanya menyeringai lebar dan terlihat mengerikan. Wajahnya yang tampan tak membuatnya terlihat seperti malaikat, saat pria itu menyeringai seperti itu. Ia seperti terlahir sebagai malaikat pencabut nyawa. Aura gelap menyelubungi mengelilingi tubuhnya, seolah debu pun tak bisa mendekatinya.

***
READY NOVEL TERLARIS

Hay, readers ku tersayang 😘
Aku belum bisa update seperti biasa tapi aku usahakan buat update secepatnya 😁

Buat readers yang masih belum order dua buku novelku 👉 MY BASTARD EX-BOYFRIEND & MY LOVE STORY...
Sekarang kalian udah gak perlu nunggu PO dulu, karenaaaaaa dua buku novel di atas udah ready dan kalian bisa order langsung lhooo...

Caranya gimanaaaaa???
Kalian bisa chat langsung ke nomor aku 087772715648 atau kalian bisa langsung chat admin Novelindo Publishing 0818331696 😉😉😉

Kenapa harus beli? Karena versi cetak dan e-book lebih lengkap, ada extra part nya, lebih rapi karena udah masuk editing dulu😘😘😘

Cuuuss buruuuaaann order sekarang juga sebelum stock kehabisaaaaann!!

BRENDA HEATHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang