Part 18

794 48 7
                                    

Langit yang mulai mengguyur bumi dengan salju yang begitu lebat membuat sebagian orang ingin segera menyelesaikan semua urusannya dan mengurung diri mereka dikehangatan rumah mereka yang menjadi pelindung dari guyuran salju itu. Dengan cepatnya, sebagian ruas-ruas jalan mulai tertutupi oleh salju yang terus mengguyur bumi tanpa ampun. Menyadari jalanan mulai tertutupi oleh salju, Jack melajukan mobilnya dengan hati-hati tetapi matanya menelisik ke setiap penjuru jalanan yang ia lewati berharap menemukan Brenda.

Nyatanya, wanita yang ia cari kini nyaris tidak bisa bernapas dengan benar. Setelah wanita itu tersadar dari pingsannya, ia menyadari bahwa tubuhnya terkapar di jalanan yang begitu sepi dengan di kelilingi pohon-pohon yang lebat dan gelap di sisi kanan dan kirinya. Kendaraan yang melewati jalanan itu hanya bisa dihitung dengan jari-jemarinya saja. Sudah beberapa jam Brenda di sana, dan hanya dua atau tiga mobil yang baru melintasi jalanan itu tanpa mereka melihat bahwa ada seseorang yang membutuhkan pertolongan mereka.

Brenda sudah tidak bisa merasakan lagi yang namanya kedinginan karena tubuhnya mulai mati rasa karena sebagian tubuhnya mulai tertimbun oleh salju. Kulitnya mulai membiru nyaris pucat seperti mayat. Warna salju yang seharusnya putih bersih nan indah berubah menjadi kemerahan warna darah yang dihasilkan karena darah-darah kering dari tubuh Brenda kembali mencair. Ditambah Brenda yang berulang kali memuntahkan darah dari mulutnya semakin merubah warna putih salju itu sendiri.

Matanya memaksa untuk tetap terbuka walau sebenarnya ia sudah tidak sanggup untuk menatap dunia, kepalanya berdenyut kesakitan seakan ditikam dengan ribuan pisau berulang kali sehingga menyebabkan Brenda berulang kali pula memuntahkan darah melalui mulutnya karena tidak sanggup menahan rasa sakit itu sendiri. Keinginan untuk bertemu dengan Brandon dan memulai hidup barunya itu lebih kuat dan menjadi penyemangat agar ia tidak menyerah saat ini juga. Tetapi semuanya terasa sia-sia saja mengingat sedari tadi belum ada lagi kendaraan yang melewati jalanan itu. Jalanan yang menjadi pembuangan tubuh Brenda merupakan jalanan yang menjadi batasan antara kota yang satunya dengan kota yang lain.

Erangan putus asa bercampur rasa sakit keluar begitu saja dari mulut mungil Brenda. Tangannya mencoba menggapai sesuatu di depan sana tetapi sama sekali tidak bisa digerakkan dengan leluasa seperti biasanya. Brenda sudah tidak sanggup lagi menahan semuanya. Tubuhnya benar-benar sudah mati rasa. Tetapi, sorot cahaya lampu yang begitu terang membuat Brenda memejamkan matanya dengan paksa menghindar dari cahaya itu sendiri. Suara deru mesin terdengar mati dan berganti dengan suara pintu yang tertutup.

Ia menebak bahwa saat ini sebuah mobil yang menepi tak jauh dari posisinya berada. Entah itu orang yang memang sengaja berhenti karena menemukan tubuh Brenda atau hanya sebatas berhenti karena beristirahat dari perjalanan yang orang itu tempuh. Suara derap langkah semakin mendekat di mana Brenda saat ini.

Suara terpekik yang begitu kencang samar-samar masih dapat ditangkap oleh pendengaran Brenda.

"Astaga. Dia seorang gadis. Tubuhnya mulai memucat, denyut nadinya mulai melemah. Kita harus membawanya ke rumah sakit terdekat!" wanita itu memeriksa keadaan tubuh Brenda.

"Bantu aku menyingkirkan salju-salju ini dari tubuhnya!" kali ini suara seorang pria yang sepertinya memerintah kepada wanita tadi.

Suara pekikkan kembali terdengar dari mulut si wanita itu.

"Dia telanjang. Cepat ambilkan kain atau apa pun itu dari mobil!"

Pria itu mengambil jaket tebal dari mobilnya dan segera kembali arah Brenda dan di mana wanita yang datang bersamanya sedang mencoba menghangatkan tubuh Brenda dengan cara memeluk tubuhnya. Pria itu menyampirkan jaket tebal itu ke tubuh Brenda dan menutupinya dengan jaket itu.

BRENDA HEATHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang