Part 35

1.4K 51 18
                                    

Betapa terkejutnya ketika Cheryl terbangun di pagi harinya, matanya bersirobok melihat luka-luka di buku-buku jari-jemari Nicolas dengan darah yang sudah mengering. Tanpa bertanya apa yang sudah terjadi dengan tangan Nicolas, Cheryl langsung mengambil kotak P3K untuk mengobati luka-luka Nicolas yang sudah mengering. Pria itu tak berkomentar ketika Cheryl melakukan bagiannya, ia membiarkan Cheryl menyelesaikan apa yang wanita itu kerjakan.

Matanya menatap datar Cheryl yang pagi ini terlihat seksi dengan penampilan ala kadarnya saat bangun tidur, tetapi keseksian itu tidak membuatnya merasa bergairah sama sekali. Kepalanya berputar ke adegan di mana Jack memukulnya setelah membeberkan kebohongan yang dilakukan kekasihnya itu kemarin siang. Dengan bersabar ia menanti Cheryl berkata jujur menceritakan semuanya kepadanya, dengan begitu Nicolas akan memaafkan dan melupakan kebohongan yang kekasihnya lakukan.

Cheryl menyimpan kembali kotak P3K itu ke tempatnya dan mengambil posisi duduk di samping Nicolas yang sejak tadi hanya berdiam diri saja tanpa berkata sepatah kata pun kepadanya, untuk mendesiskan rasa perih dilukanya pun mulut itu seolah terbungkam oleh lem yang merapatkan kedua bibirnya untuk berucap. Ia tidak curiga jika Nicolas kini telah mengetahui kebohongannya, merasa aman-aman saja karena pria itu bersikap seperti biasanya sampai kemarin malam. Cheryl menyentuhkan tangannya, menggenggam tangan Nicolas yang tidak terluka penuh kasih seperti biasa.

Nicolas menoleh ke samping, kedua alisnya menukik tajam. Cheryl seketika merasa gugup dan punggungnya terasa panas dingin di tatap seperti itu oleh Nicolas. Mungkinkah Nic mengetahuinya? Tapi, bagaimana dia bisa tahu tentang apa yang aku lakukan kemarin? Apakah dia melihat isi ponselku saat aku tidur?

"A-apa yang terjadi dengan tanganmu?" Cheryl menelan air ludahnya dengan susah payah menyelesaikan kalimat tanyanya.

Pria itu melengos, bangkit dari duduknya dan meninggalkan Cheryl di sana dengan keterkejutannya karena Nicolas tiba-tiba bersikap dingin seperti itu, padahal semalam pria itu baik-baik saja kepadanya dan masih bersikap hangat. Cheryl langsung bangkit dan mencegah Nicolas yang sudah menyambar jaket kulitnya dan melangkah ke arah pintu kamar. "Kau mau pergi ke mana, Nic, dengan tanganmu itu?"

Nicolas bergeming, tidak menggubris pertanyaan yang ditanyakan oleh Cheryl. Ia marah dan merasa terkhianati oleh kekasihnya karena telah bersikap tak jujur kepadanya. Andai saja, andai Cheryl mau berkata jujur dan menceritakan apa yang terjadi kepadanya kemarin siang tanpa ada yang ditutupinya walau sejengkal saja meskipun kenyataannya bisa saja melukai harga dirinya, dengan senang hati Nicolas akan bersabar dan lebih memilih memaafkannya meskipun tak akan sepenuhnya percaya kepada kebohongan wanita itu. Tetapi, melihat tingkah laku kekasihnya seolah semuanya baik-baik saja pagi ini telah menjelaskan bahwa wanita itu lebih memilih berpura-pura tidak terjadi sesuatu kepadanya dan lebih mementingkan kebohongan yang ia tutupi dari Nicolas.

"Nic, tanganmu terluka. Kau tidak bisa pergi dengan tanganmu itu!" Cheryl menggenggam tangan Nic dengan mata sendunya menatap luka di tangan Nicolas.

Nicolas melepaskan genggaman tangan Cheryl begitu saja dan menjawab ketus. "Tanganku yang terluka dan bukan kakiku."

Brakk!

Nicolas membanting pintu kamar begitu kencangnya, Cheryl terperangah terkejut mendengar bantingan pintu yang begitu kencang. Matanya mengerjap beberapa kali sebelum ia kembali sadar bahwa Nicolas sedang merajuk tak jelas kepadanya. Dengan segera, tangannya membuka gagang pintu itu dan menyusul Nicolas yang sudah hampir memasuki lift yang terbuka mengabaikan pakaian tidurnya yang cukup seksi.

"Nic! Nic! Kau tidak bisa pergi dengan luka di tanganmu!" teriakannya tidak membuat Nicolas menghentikkan langkah kakinya. Ia langsung memasuki lift dan menekan tombol di panel lift itu. Matanya bertemu tatap dengan Cheryl yang sedang berlari ke arahnya.

BRENDA HEATHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang