Prolog

147 10 12
                                    

Aku meringkuk kedinginan di dalam kamar mandi. Tubuh ku mengigil, keringat dingin mengalir deras dari pelipis ku. Aku menyeka keringat dari dahi ku dengan tangan gemetar. Sisa air mata yang mengering tercetak jelas di wajah ku. Ketakutan dari kejadian barusan masih mengerogoti jiwaku. Kejadian dimana aku hampir mati itu mengalir lewat pembuluh darahku. Aku sudah terbiasa mengalaminya. Tak ada niatan untuk membalas perbuatan mereka. Jika itu ku lakukan masalah pelik itu tak kan pernah selesai sampai kapan pun.

Berjam-jam aku habiskan dengan merenung di kamar mandi. Otak ku bekerja keras untuk mencari jawaban, mengapa mereka melakukan itu padaku. Apa salahku. Apa pun kesalahnya apakah semua harus diselesaikan dengan cara kekerasan? Aku pun bangkit dari duduk ku. Merangkak perlahan menuju keran air untuk membasuh wajahku yang berantakan dan merapikan rambutku. Mengabaikan rasa nyeri yang terasa di sekujur tubuh. Kedua tangan aku tempelkan di keramik samping wastafel. Setelah merasa badan ku  sudah baik-baik saja, aku pun berjalan perlahan keluar dari kamar mandi menuju kelas tempat dimana tas dan barang-barang ku berada. Halaman sekolah tampak sepi karena para murid sudah banyak yang pulang mengingat matahari sudah mulai menuju peraduaannya.

Dengan langkah gontai aku berjalan memasuki kelas. Setelah kakiku menginjak kelas aku dikejutkan dengan suara teriakan nyaring yang menerobos indra pendengaran ku, aku hafal betul dengan suara ini. Suara seseorang yang selama ini menemani hari-hari  disekolah. Dimana disaat banyak orang memilih untuk menjauhiku. Mereka malah membela dan menyayangi ku. Mereka bilang aku adalah orang yang sederhana dan apa adanya dan itu yang membuat mereka menyukainya.

" Ya ampun Raaaaaa, lo kemana aja sih dari istirahat kedua sampe pulang gini baru keliatan, gue dari tadi nyariin lo, guru-guru juga pada nanyain. Lo kemana aja sih?" Tanya shafia.

"Maaf bikin kamu khawatir, tadi kepala ku  pusing, jadi aku pergi ke uks." Bohongku.

" Yaampun lo sakit apa?" Tanya shafia panik. Reflek dia pun memegang dahiku.

" sshh, panas, kok ngak bilang gue sih. Kalo gitu kan nanti gue temenin ke uks nya." Kata shafia.

"Tadi aku udah ga kuat jalan ke kelas, hp aku kan di tas. Kalian kenapa masih disini? Jam pulang sekolah udah dari tadi kan?" Ucapku.

"Kita nunguin lo lah, lagian nanti kalo tas lo ilang gimana?" Kata Shafia.

"Makasih ya udah nunguin aku, mending sekarang kita pulang ya, aku capek mau istirahat." Lirih ku dengan suara serak  sambil berjalan tertatih menuju meja ku dengan tangan terulur untuk mengambil tas.

"Nes-nes bangun zaura dah ada tuh yuk kita pulang." Kata Sahfia pada Agnes yang dari tadi menutup matanya, dan menjadikan lengannya sebagai bantalan. Rambut nya yang tergerai panjang menutupi sebagian lengan nya. Namun agnes tak kunjung bangun. Saking lelapnya Agnes tak terpengaruh ketika bahunya di goyang-goyangkan Shafia. Tak ada cara lain, Shafia pun meneriaki telinga Agnes dengan suara nyaring nya.

"BANGUUUUNNNNN." Teriak shafia.

Di posisinya Agnes terkejut bukan main, hingga tubuhnya terjengkang dan terjatuh dari kursi. Dengan kesadaranya akhirnya ia membuka matanya.
"Astagaa. Shafiaaaaa biasa aja dong banguninnya emang dikira suara lo gak ngrusak telinga gue apa? gue kaget tauk." Omel Agnes dengan tangan yang tak berhenti memukul lengan Shafia.

"Aduh-aduh ampun nes, sakit nih udah dong  mukul nya kenceng banget sih. Lagian  kalo tidur tu jan kek kebo dong." Ujar Shafia.

"Enak aja kayak kebo, lo tuh kayak toa masjid, kalo teriak nga kira-kira. Kalo gendang telinga gue rusak gimana? Elo mau tangung jawab haaa?." Pekik Agnes dengan suara meninggi.

"Eh malah nyolot ngajak berantem hah! Sini gue ladenin." Kata Shafia sambil melinting lengannya sampai ke siku.

Zaura yang sedang sakit pun mengelengkan kepalanya sambil menepuk keningnya.          "Udah-udah kok malah berantem sih, mending kita pulang aja yuk, aku mau cepet-cepet istirahat." Lerai ku.

"Tuh kan gara-gara lo nih, Zaura yang lagi sakit kena imbas nya kan." Hardik Shafia.

"Udah lah yuk Ra kita pulang, kita tinggalin aja si Agnes." Ujar Shafia.

Lengan ku Shafia kalungkan ke pundak nya dan mulai memapahku perlahan keluar ruang kelas.

"Kurang ajar emang, udah bikin telinga gue sakit sekarang malah ningalin. Awas aja kalo besok butuh bantuan, ga bakal gue tolongin." Ketus Agnes geram.

Perlahan tapi pasti aku dan Shafia mulai berjalan di lorong kelas. Suasananya sudah sangat sepi hanya tinggal kita saja. Guru-guru pun mungkin sudah pada pulang. Lorong terlihat temaram dengan disinari siluet orange khas matahari terbenam.

"Ra lo nanti pulang sama siapa? Mau bareng gue gak?Tanya shafia

"Gausah fi aku pulang naik angkot aja, rumah kita ga searah tapi malah tambah jauh kan, aku gamau ngrepotin kamu." kata zaura.

"Gapapa Ra gak ngrepotin kok." Kata Shafia.

" ga mau bareng gue aja ra?" Tanya agnes yang sudah menyusul, dan berjalan di belakangku.

" ga usah deh nes takut ngrepotin kamu." Ujarku.

" Yaudah kalo gitu  gue duluan ya ra, bayy." Kata agnes melambaikan tanganya kemudian melangkah menuju parkiran.

" iya ati-ati." Kata zaura.

"Ra gue anterin sampe gerbang ya." Kata Shafia.

"Makasih safi."

Zaura pun berjalan sambil dipapah Shafia menuju gerbang. Sesampainya di gerbang Shafia pun pamit untuk pergi ke parkiran.
Tak lama angkot yang biasa ditumpangi zaura pun datang. Zaura pun naik dan pulang kerumahnya.

 

#awasbanyaktypo

Bad CoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang