"Senyum yang sering muncul itu bukan berarti senyum tanda kebahagiaan, melainkan bentuk rasa syukur atas rahmat tuhan"
_______________________________________
Kringg......kringg.....kringg....
Waktu istirahat tiba, para murid pun berhamburan keluar kelas, rata-rata dari mereka memilih ke kantin untuk mengisi perut mereka, tapi Zaura lebih memilih ke perpustakaan untuk melanjutkan novel yang beberapa hari ini dia baca.
"Ra lo yakin ga ke kantin? Ngak laper apa lo?" Tanya Agnes.
" iya yakin 100 %, aku tadi udah sarapan." Kata Zaura.
"Beneran nih? berani kan sendirian ke perpus?" Tanya Shafia."
"Berani lah, yaudah aku duluan ya."
Zaura pun melangkahkan kaki nya menuju perpustakaan Redmount, perpustakan disini bisa dibilang luas, banyak menyediakan spot ruang untuk membaca,jendela panjang dan lebar yang langsung menyuguhkan pemandangan taman yang asri dan tentunya ber AC, menambah hawa sejuk bagi pengunjung perpustakaan. Tak heran banyak murid yang mengunjungi perpus.
Setelah sampai di dalam perpus Zaura berjalan mendekati rak buku yang berjejer rapi. Zaura berjalan ke rak buku kelima. Mata nya mulai menelusuri setiap buku yang ada. Ketika Zaura menemukan buku yang akan ia baca Zaura segera mengambilnya tetapi sedetik sebelumnya sudah ada tangan kekar yang mendahuluinya. Zaura langsung menolehkan kepalanya pada pemilik tangan. Secara tidak sengaja tatapan mata mereka bertemu. Tubuh Zaura menegang, jantung nya berdetak tak terkendali, mata nya seakan terpaku padanya. Pria dengan alis tebal, hidung mancung, bola mata hitam berkilau, bibir tipis berwarna pink, sorot mata teduh, messy hair nya.Dalam hati Zaura berkata."Ya tuhan, mengapa kau bisa menciptakan makhluk sesempurna ini. Heh sadar ra, ini mimpi kan. Ini kok bisa ada malaikat tanpa sayap di depan mata ku. Kalo ini beneran mimpi, ngak usah bangun lah." Batin Zaura.
Setelah tersadar dari lamunannya Zaura cepat-cepat mengalihkan pandanganya dari pria itu. Bisa gawat kalo pria di depannya ini tau dia sedang mengagumi wajah tampannya.
" Maaf kak saya permisi dulu." Pamit Zaura
Belum selangkah ia berjalan tangan kekar pria itu menahan lengannya."Lo mau baca buku ini?" Tanyanya.
"Eh..iya tadi mau baca, sekarang engak kok kakak aja yang baca aku bisa cari yang lain." Kata Zaura sambil melepaskan tangannya yg digengam seniornya itu.
"Nih mau baca kan. Gua udah selesai baca kok, cuman mau baca ulang aja." Katanya sambil menyungingkan senyum manisnya.
"Yaampun manis banget." Batin Zaura sambil memandang pria itu tanpa kedip. Lagi-lagi Zaura tidak bisa mengalihkan pandangannya dari pria didepannya ini. Pria ini memiliki pesona yang luar biasa, mampu membuat setiap kaum hawa meleleh melihat seyum manisnya. Bak madu yang membuat candu.
Pria itu lantas mengibaskan tangan nya didepan muka Zaura.
"Hei..jadi gak?" Tanyanya."Eh-eh iya jadi kak, makasih." Kata Zaura tergugup karena untuk kedua kalinya ia dipergoki oleh sang malaikat madu ini. Zaura pun segera mengambil buku itu.
" iya sama-sama." Katanya.
" Btw, kenalin gue Arion Reifan panggil aja Arion.""Zaura humaira panggil aja Zaura atau Rara."
" okey Zaura."
"Kalo gitu aku permisi dulu kak." Kata Zaura seraya pergi meninggalkan Arion. Dan duduk di salah satu kursi di perpus yang membelakangi keindahan taman. Dan segera membuka lembaran-lemabran novel itu.
Tiba-tiba kursi di depan Zaura ditarik oleh seseorang.
Kreit...
Zaura pun mendongkakkan kepalanya. Arion duduk sambil membaca buku. Matanya pun fokus pada lembaran-lembaran buku tersebut.
Dahi Zaura mengernyit sambil memandang pria di depannya ini.
"Aduh mati aku, ini si madu ngapain sih pake segala duduk disini. Bikin ngak fokus aja. Ngak sadar apa kadar kengantengan nya itu bikin jantung ku berdisko ria kek gini. Gimana mau fokus baca buku, kalo fokus ku aja ada didepanku." Batin Zaura."Kak Ario ngapain duduk disini?" Tanya Zaura.
" Panggil Ari aja." Kata Arion.
"Oh oke kak Ari."
"Kak Ari ngapain duduk disini?" Tanya Zaura mengulangi.
"Emang kenapa kalo gue duduk disini." Tanya Arion.
"Ya... ya kan tempat duduk banyak. Tuh disebelah kanan masih banyak, tuh sebelah kiri apalagi." Kata Zaura sambil membenarkan letak kaca matanya.
"Males ga ada temen, disini kan ada lo." Kata Arion.
"Kan apa aku bilang, jadi ngak fokus nih otakku nunjuk ke dia mulu. Aduh Ra sadar ra, jangan karena ada madu-madu di sini, kamu ngak bisa fokus, fokus ke buku dong Ra jangan ke dia." Batin Zaura.
"Serah lah." Kata Zaura lalu melanjutkan membaca nya yang tadi sempat tertunda.
Ditempatnya Arion tersenyum tipis memandagi wajah imut Zaura.
****
"Ih abang mana sih lama banget deh." Kata Zaura kesal, karna abangnya yang tak kunjung keluar.
Kebanyakan murid sudah pada pulang, hanya tinggal Zaura sendiri di depan gerbang. Karena abangnya tak kunjung keluar Zaura pun memutuskan untuk menjemput abangnya ke kelasnya. Zaura segera melangkahkan kakinya menuju lorong sekolah. Setelah menemukan kelas 12 IPA 3 Zaura segera masuk ke dalam kelas. Dahi Zaura mengernyit.
"Loh kok sepi sih?" Tanya Zaura." Kalau nga ada dikelas abang ada dimana dong." Tanya Zaura bingung.
"Mana mendung lagi, aku harus cepet-cepet ke depan gerbang nih sebelum hujan deres."
Karena tak menemukan abangnya akhirnya Zaura memutuskan untuk pulang sendiri. Yang diperkirakan oleh Zaura benar hujan turun dengan derasnya. Zaura yang sudah setengah jalan pun terpaksa berhenti karna terhalang oleh derasnya hujan.
Sudah lima belas menitan dia menunggu hujan tak kunjung reda, ia pun memutuskan untuk menerobos derasnya hujan agar bisa cepat pulang.
Zaura pun berlari dengan tangan yang melindungi kepala. Lagi-lagi langkahnya harus terhenti ketika tiba-tiba kilat menyambar di udara. Zaura ketakutan ia langsung duduk sambil memeluk lututnya berharap suara kilat tak terdengar lagi. Ia tak berani melangkah lagi, membiarkan baju seragamnya yang sudah basah kuyup ia tak peduli Zaura terlalu takut untuk melangkah lagi.
Untuk sesaat Zaura tak merasakan lagi tetesan air hujan di atasnya. Seperti ada yang menghalangi derasnya air hujan agar tak mengenai tubuh nya. Zaura pun mendongkak kan kepalanya. Ia melihat sebuah payung bewarna biru dongker yang di pegang oleh seorang pria. Zaura menolehkan pandangan nya. Pandangan mereka bertemu. Zaura menatap mata hitam pekat sang pria, pandangan yang sangat tajam, seperti belati.
Sang pria memandagi mata hazel Zaura lekat, mata yang akhir-akhir ini selalu ia ingat, mata yang membuat tidurnya tak nyenyak."Kak Renio." Kata Zaura parau.
Renio mengulurkan tanganya kepada Zaura.
Zaura menatap tangan kekar didepannya ini. Ia ragu apakah ia harus menerimanya atau mengacuhkannya. Zaura menatap mata Renio lagi. Renio pun mengisyaratkan Zaura agar menerima uluran tangan nya dengan gerakan wajahnya.
Dengan ragu Zaura menerimannya dan mulai bangkit dari duduknya. Ketika Zaura sudah berdiri dengan Zaura. Renio mendekatkan tubuhnya ke Zaura. Agar mereka berdua dapat terhalangi air hujan dan berlindung di bawah payung.Entah mengapa ketika berdekatan dengan Renio seperti ini Zaura merasa nyaman walaupun jantung nya seperti meledak-ledak tak terkendali.
Renio menuntun Zaura menuju parkiran.
"Loh kak, kok ke sana sih aku mau ke gerbang depan."
Renio tak menjawab pertanyaan Zaura. Ia tetap menuntun Zaura menuju parkiran. Ia tak akan membiarkan gadis ini pulang dengan basah kuyup seperti ini.Renio membuka pintu mobil dan mendorong Zaura agar masuk ke dalam mobilnya. Ia pun berputar menuju pintu kanan mobil, membukannya lalu masuk kedalam.
Gimana-gimana? Seru gak? Ini dah panjang ya.
Sweet banget sih Renio, ada yang baper kek Zaura tadi? Author aja baper hehe.
Jangan lupa voment. Jangan jadi SILENTDERS oke. Seengaknya kalo suka vote kalo ga suka komen udah gitu aja. Ga ribet kan. Btw makasih yang udah nyempetin baca. Lop you❤#awasbanyaktypo
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Cover
Teen FictionSalah satu yang paling menyebalkan di dunia adalah bertemu orang-orang yang dengan mudah menilai diri kita dari penampilan. Jika kita berpenampilan buruk mereka akan mengangap kita hal sepele. Teruntuk mereka yang gampang mendeskripsikan seseorang...