NgeMall

38 4 0
                                    

Feye Punya

Fey telah menghabiskan semangkuk soto beserta tiga macam goreng dan sebungkus kerupuk serta segelas es jeruk. Walaupun tubuh Fey kecil mungil imut-imut, dan tak gendut, tapi porsi makannya luar biasa. Luar biasa banyak maksudnya. "Buk...berapa?". Fey mendekati si pemilik warung yang sedang meracik sesuatu untuk pengunjung warungnya yang baru datang, kemudian dia menyebutkan semua makanan yang telah dia masukkan kedalam perutnya. "Kamu bolos sekolah ya dik.". Bukannya menghitung makan yang harus Fey bayar, Mbak Marni malah melontarkan pertanyaan lain. Fey menghembuskan nafas kasar. "Iya buk". Cukup singkat padat jelas. "Maafin ibu, kalau ibu ikut campur, tapi apa kamu gak kasian sama orang tua kamu yang cari uang buat bayar sekolah kamu". Mbak Marni menasehati Fey dengan suara dibuat sehalus mungkin. Fey hanya diam saja, tak menyahuti sedikitpun ucapan pemilik warung tersebut. "Dik, orang tua itu cari uang susah, mereka bekerja banting tulang siang malam untuk biaya sekolah anaknya, agar anaknya jadi anak yang berguna kelak, jadi anak Sholeh Sholihah. Jangan diulangi bolos sekolah lagi ya dik". Mbak Marni masih nyerocos menasehati Fey, sedangkan Fey hatinya mulai tersentuh dengan perhatian mbak Marni. Ternyata disekelilingnya masih banyak orang yang perduli padanya, bahkan ibu pemilik warung yang sempat Fey tidak sukai, juga perduli padanya. Air mata Fey ingin keluar tapi ia tahan, gak mungkinlah dia nangis didepan ibu pemilik warung yang tidak dia kenal. Fey mengeluarkan uang lima puluh ribu dari kantongnya, meletakkannya dimeja yang berada didepan pemilik warung. Kemudian Fey berlari keluar meninggalkan warung tersebut. Mbak Marni menatap kepergian anak tersebut, ada rasa perasaan bersalah karena telah mengucapkan kata-kata tersebut. Padahal maksud dia baik, hanya ingin menasehati anak tersebut. Karena hati mbak Marni sakit, kalau melihat anak-anak yang bolos sekolah padahal kedua orangtuanya bekerja keras banting tulang mencukupi kebutuhan sekolah mereka. Seperti mbak Marni, banting tulang demi masa depan Janto yang lebih baik dan berguna bagi sesama. Mbak Marni belum sadar, gadis kecil itu meninggal uang lima puluh ribuan dimeja yang berada di depannya.

Fey berjalan menyusuri jalanan, tangannya sesekali menghapus air mata yang turun. Ada rasa bersalah pada papahnya. 'Tapi...,ya sudahlah papahku kan gak perduli pada aku, ucapan ibu itu pasti bukan untuk papahku. Papahku kan gak kerja banting tulang, dia kerja dikantor, bahkan jadi pemimpin malahan'. Ucap batin Fay. Dasar Fey, kalau mata pelajaran bahasa Indonesia hanya tidur, jadi gak tau deh peribahasa...wkwkwkw. Fey tak tau entah kemana dia akan pergi, kalau kemarin dia kelapangan. Nonton pertandingan bola antar klub-klub kampung, tapi masak iya dia mau kesana lagi. Malu lah..., Mana kemarin dia dilihat terus sama penonton bola lain. Fey bingung. Sambil berjalan dia memikirkan tempat yang tepat untuk didatangi. "Ke HM mall aja". Serunya pada dirinya sendiri. Sebelum pergi ketempat tersebut, Fey mengecek isi dompetnya. "Yesss, masih ada uang 200 ribu, plus kartu buat main di King’s Fun HM Mall ". Ucapnya bahagia. Untuk pergi ketempat tersebut, Fey memesan ojol dengan bantuan ponsel pintarnya. Sebenarnya peraturan di sekolahnya dilarang untuk membawa handphone, tapi dasar Fey, dia selalu pandai cari-cari alasan untuk diperbolehkan membawa handphone oleh papahnya.

Ojol yang ditumpangi Fay berhenti tepat didepan tangga masuk pusat perbelanjaan tersebut. Fey mengeluarkan selembar uang seratus ribuan dari dompetnya. "Nih mas". Fey memberikan uang tersebut. "Uangnya gak ada yang kecil ya dik". Mas ojol memegang dua saku celananya sepertinya sedang mencari dompetnya. "Gak ada mas". Mas ojol menerima uang yang diberikan Fey, setelah mengeluarkan dompetnya. "Nih dek kembaliannya". Fey menerima satu lembar uang lima puluh ribuan, dan dua lembar uang dua puluh ribuan. "Makasih mas". Fey berjalan menaiki tangga, meninggalkan mas ojol yang masih ditempatnya, sepertinya mas ojol sedang menghitung pendapatannya.

Fey berhenti tepat didepan pintu utama mall tersebut. "Kok masih tutup sih". Keluhnya pada diri sendiri. Kemudian dia menatap jam digital yang melingkar ditangannya, pukul 09.25. 'Ya Allah, masih lama banget, mall ini kan bukanya pukul 10.00'. Fey nyesel, seharusnya tadi dia tidak memutuskan ke mall, kalau akhirnya masih tutup. Fey mencari bangku yang dapat diduduki sambil menunggu mall buka. Di bangku tersebut Fey hanya duduk melamun sambil sesekali membuka menutup hpnya.

Setelah terkantuk-kantuk dan mulai dilanda kebosanan, akhirnya mall tersebut buka juga. Fey langsung melangkahkan kakinya memasuki bangunan mall tersebut. Kakinya terus melangkah, matanya menatap kanan-kiri toko yang baru mulai buka. Tujuan dia saat ini ke tempat wahana bermain, sembari menunggu waktu pulang sekolahnya. Langkah kaki kecil Fey, sesekali berhenti menatap beberapa mainan yang terpajang disalah satu toko. Naluri dia sebagai anak kecil yang masih suka bermain ternyata belum hilang. Bahkan hingga saat ini di usia 11 tahun Fey masih suka bermain dengan boneka-boneka beruangnya.

Di wahana permainan tersebut, Fey banyak memainkan berbagai permainan. Mulai dari permainan yang mengasah kecerdasan, ketangkasan dan kekuatan. Fey bahagia, walaupun dengan kesendiriannya. Saat ini Fey sedang menikmati permainan Pump It Up. Kaki kecil Fey begitu lincah menginjak panel sesuai dengan arah panah pada layar. Fey melompat-lompat riang gembira. "Ahhh..lelah". Fey telah menyelesaikan tiga sesi permainan itu. Kemudian dia mendekati salah  satu bangku yang telah disediakan di tempat itu. Dia duduk seraya mengatur nafasnya yang terengah-engah, efek bermain pump it up."Segar sekalee". Fey hampir meneguk separuh air mineral dari botolnya.

Hanya lima menit Fey mengembalikan energinya, kini dia bersiap untuk main lagi. Sekarang pilihannya jatuh pada Street Basketball, model simulasi permainan bola basket ala jalanan yang bisa bikin galaumu hilang, katanya. Fey berlari kearah mesin permainan tersebut. "Bruuukk". Fey menabrak orang yang sedang berjalan didepannya. "Gimana sih". Perempuan yang ditabrak Fey menoleh kearah Fey, bersamaan dengan perempuan lain yang berada disamping perempuan yang ditabrak Fey. "Fey....". Seru dua perempuan itu hampir bersamaan. Ternyata dua perempuan itu Ratih dan Putri teman sekelas Fey. "Gilaaa kamu bolos ya Fey...". Perempuan bernama Ratih itu menatap Fey dengan tajam. Sedangkan yang ditatap syok, melihat mereka berdua. Kemudian Fey buru-buru melihat jam dipergelangan tangannya. 'Pukul 13:45'. Fey bahkan telah terlena 45 menit. Fey berlari keluar dari wahana permainan tersebut, meninggalkan dua temannya yang masih ternganga ditempat, menatap kepergiannya.

Sepanjang perjalan keluar dari mall, Fey merutuki dirinya sendiri. "Aduh..Bodoh banget sih aku..., Kenapa bisa sampai terlena selama ini...Mas Didi pasti nyariin aku disekolah...". Fey memukul-mukul kepala. Seharusnya Fey keluar dari pusat perbelanjaan itu pukul satu kurang, sehingga masih ada waktu untuk dia kembali kegerbang sekolahannya. Agar mas Didi tidak curiga kalau dia bolos sekolah. Fey biasanya pulang sekolah pukul satu. Sayang...nasi telah menjadi bubur, bisa jadi saat ini mas didi sudah tau kalau Fey bolos sekolah dari guru-gurunya. Dan efek buruknya lagi mas Didi bakalan melaporkan itu papah. "Aduh gimana nih...kalau papa nanti marah". Fey bahkan tidak mendengar bahwa sedari tadi hp didalam tasnya berbunyi, karena saking paniknya.

Didepan pusat perbelanjaan Fey langsung meminta salah satu ojol yang mangkal di tempat tersebut untuk mengantarkannya kembali ke sekolah. Mas ojol itu diminta Fey untuk ngebut, agar dia bisa segera sampai didepan sekolahnya. Sayang, seribu sayang...sekolahnya telah sepi, bahkan didepan pintu gerbang yang biasa dijadikan tempat menunggu jemputan, kini sudah tak ada siapapun, yang Fey lihat hanya satpam sekolah yang masih berjaga di dalam ruangannya.

~••~
Terimakasih telah membaca😘😘😘

Jangan lupa vote dan komennya ya....💖💖💖

Kembar Beda GenerasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang