Keputusan

19 3 0
                                    

Feye Punya

Tiga orang anak manusia itu makan dengan mode diamnya, sedari tadi hanya ada dentingan sendok dan piring saja. Perempuan tua yang biasanya sedikit cerewet dengan nona kecilnya pun kini juga terdiam. Perempuan tua itu merasakan ada aura yang berbeda dari tuannya, sedangkan nona kecilnya sedari tadi hanya menunduk menatap makanan. "Papa sudah selesai. Fey, setelah selesai makan, papa tunggu kamu di taman belakang". Rudi mengelap mulutnya yang terdapat tetesan air sisa air minumnya, kemudian dia bangkit meninggalkan dua orang perempuan tersebut. Fey yang mendengar ucapan papanya hanya mengangguk dan tetap tertunduk.

Fey menghampiri papanya yang tengah duduk dipinggir kolam. Papanya itu asik memainkan kakinya didalam air. "Pah". Sapanya. "Duduk Fey". Fey mengambil posisi tepat disamping papanya. "Hari ini gimana sekolahnya". Deg. Papahnya itu biasanya tidak pernah berbasa-basi menanyakan keadaan sekolah Fey tanpa Fey terlebih dahulu yang membahas. "Biasa aja pah". Ucap Fey. "Biasanya gimana". Rudi menoleh menatap anaknya. "Yah biasa aja". Fey menatap percikan air efek kaki miliknya. "Biasa aja karena beberapa hari ini kamu bolos sekolah". Rudi to the point. Fey menoleh kearah mata papanya, terdapat kilat kemarahan. "Fey...tadi siang, guru BK kamu telpon papah, katanya kamu udah tiga hari gak masuk sekolah. Kamu kemana Fey, tapi embok bilang kamu berangkat sekolah, yang bener yang mana Fey". Rudi menyeka rambutnya, dia lelah harus bekerja dan mengurus anak semata wayangnya yang entah kenapa beberapa tahun belakangan ini mulai sering membangkang terhadapnya. "Fey jalan jalan pah, Fey malas sekolah". Ucap Fey jujur. "Malas sekolah....maksud kamu apa Fey". Ucap Rudi. "Pah...Fey ingin kita pindah lagi ke Surabaya. Fey gak nyaman disini pah. Fey gak punya teman disini pah". Ucap Fey, air matanya keluar tak bisa dia tahan. "Ya Allah Fey, seharusnya kamu bisa ngertiin papa Fey. Kita disini karena papa dipindah kerja disini". Rudi benar-benar tidak paham dengan jalan pemikiran anaknya ini. "Ya papah kerja aja disini, Fey gak usah diajak, biar Fey sama Aki dan Tante di Surabaya". Fey menyeka air matanya. "Fey, dengerin papa, kamu itu anak papa, jadi kemanapun papa pergi, ya kamu ikut papa. Papa capek Fey debat sama kamu terus, mulai besuk Papa yang akan antar jemput kamu ke sekolah". Rudi bangkit, seraya mengeringkan kakinya yang basah. "Papa mau istirahat, papa capek". Rudi meninggalkan anaknya yang terlihat ingin mengungkapkan penolakan terhadapnya. "Papah emang gak pernah mau tahu tentang perasaan Fey". Teriak Fay, air mata mengalir dari pipi mulusnya.

Pagi kini telah hadir kembali, mereka telah usai melakukan sarapan bersama. "Mbok, kita berangkat ya...". Pamit Rudi pada Mbok Nani. "Iya tuan". Mbok Nani mengangguk sambil menatap wajah tuannya. "Mbok, Fey berangkatnya". Tangan Fey meraih tangan keriput yang selam ini menjaga dan merawatnya. "Iya non, sekolah yang pinter ya...". Mbok Nani mengelus lembut rambut Fey yang di kuncir kuda. Usai berpamitan, anak dan bapak itu segera memasuki mobil yang akan membawa mereka ke tempat tujuan. Dengan kecepatan sedang, Rudi mengendarai mobil keluaran Jerman miliknya. "Nanti kamu pulang jam berapa...". Rudi menoleh sebentar kearah anaknya, kemudian fokus kembali dengan jalanan di depannya. "Jam satu". Jawab Fey judes, dia masih dongkol dengan sikap papahnya kemarin. "Jam satu....". Nada suara Rudi sedikit naik, dia terkejut. Pasalnya jam satu nanti dia ada meeting dengan clientnya dari Semarang. "Aduh...jam satu papah ada meeting lagi...". Rudi memijat pelipisnya, dia sedang memikirkan apa yang harus dia lakukan. "Ya udah Fey pulang sendiri aja, Fey bisa kok". Gadis muda itu, masih saja tak mau menolehkan wajahnya kearah sang papah. "Enggak, papah gak akan biarin itu". Tolak Rudi tegas. "Ya udah, suruh bang Didi lagi aja yang jemput Fey. Fey juga gak mungkin bolos". Pandangan Fey masih tertuju pada rindangnya pepohonan disepanjang jalan yang mereka lalui. "Mas Didi itu cuti, dia pulang ke kampungnya di Jawa Barat sana, istrinya mau melahirkan". Rudi paham, anak semata wayangnya ini, pasti masih dongkol dengan keputusan sepihaknya. Fey diam, dia tak menanggapi ucapan kata yang baru saja keluar dari mulut papahnya. Tetapi batinnya berbicara, 'oh Mas Didi cuti, Syukurlah, kalau dia gak dipecat papah'. Fey akan sangat merasa bersalah kalau Mas Didi dipecat karena kesalahan dirinya.

Akhirnya mobil yang mereka tumpangi sampai juga di depan gerbang sekolah Fey. "Nanti papah jemput jam satu, kamu harus sudah standby di depan gerbang, papah gak mau nunggu". Terang Rudi pada sang anak. "Iya". Fey mengambil tangan papahnya seraya menciumnya. Rudi menatap tubuh anaknya yang terus berjalan memasuki gerbang sekolahnya. Dan begitu tubuh anaknya tak nampak lagi, kakinya langsung sigap menginjak pedal gas. Dan mobil-pun melaju meninggalkan jalanan depan sekolahan Fey.

Rudi meminta sekretarisnya untuk menunda beberapa menit jadwal meetingnya. Meeting yang semula dimulai pukul 13.00, diundur menjadi pukul 13.30. Ada waktu tiga puluh menit untuk Rudi menjemput Fey. "Fey ayo cepat naik....". Rudi berteriak memanggil Fey yang baru saja keluar dari gerbang sekolahnya. Fey yang melihat mobil papahnya, langsung berlari menghampirinya dan segera masuk kedalamnya. "Kok lama banget sih...". Protes Rudi pada anaknya. "Ya Papah tanya aja sama gurunya...kenapa jelasinnya lama". Fey memasangkan sabuk pengaman pada tubuhnya. Begitu sabuk itu terpasang dengan benar, Rudi langsung menancap gas menuju kantornya. Jalanan siang ini tak terlalu ramai, dengan kecepatan sedang dia bisa tepat waktu datang ke kantornya. "Kok lewat sini sih Pah, ini kan bukan jalan ke rumah". Protes Fey. "Kamu nanti di kantor papah dulu, papah bisa telat meeting kalau harus nganterin kamu pulang". Rudi tetap fokus menyetir tanpa peduli dengan wajah anaknya yang cemberut. "Tapi Fey ingin pulang lah, Fey lapar". Fey menatap wajah papahnya yang fokus menyetir. "Nanti papah suruh OB kantor beliin kamu makanan, udah bisa diam gak, sekarang kita harus segera sampai di kantor, tender papah bisa gagal kalau mereka kecewa sama papah". Ucapan Rudi itu mampu membungkam mulut anaknya untuk diam. Pikiran Rudi saat ini benar-benar semrawut, takut-takut clientnya kecewa karena keterlambatan dirinya.

Akhirnya mobil yang dikendarai Rudi sampai juga di pelataran kantor tempat dia bekerja. Tanpa menunggu atau berucap apapun pada sang anak Rudi berlari cepat meninggalkan Fey yang masih sibuk membuka sabuk pengamannya. "Apaan sih, kalau gak niat nganter jemput aku ya gak usah, aku juga bisa pulang sendiri kok". Gerutu Fey, seraya keluar dari dalam mobil sang papah. Dengan pakaian seragam sekolah yang masih lengkap dan tas ransel yang berada di gendongannya, Fey berjalan memasuki kantor papahnya. Begitu sampai di dalam area kantor, Fey menoleh ke kanan kiri, mencari sosok papahnya. Tapi nihil, papahnya sudah tak terlihat. Kemudian dia berjalan kearah resepsionis. "Permisi Bu, Mau tanya, ruangan pak Rudi dimana ya...". Tanya Fey pada resepsionis dengan nametag 'Nadia'. "Adik anaknya pak Rudi". Tanya Nadia, pasalnya tadi bos besarnya itu berkata kalau ada anak kecil yang mencarinya, langsung diajak ke ruangnya saja. "Iya". Fey mengangguk. "Yukk ikut saya". Nadia mengajak gadis kecil yang wajahnya mirip sekali dengan rekannya yang bernama Farah itu ke ruangan pak Rudi. Sepanjang langkah kaki mereka menuju ruangan pak Rudi banyak sekali mata yang menatap Fey, seolah-olah ada yang salah dengan wajahnya. Bahkan ada beberapa orang yang berucap kalau dirinya adik ataupun anak dari seseorang yang bernama Farah. 'siapa sih Farah'. Batin Fey menanyakan pada dirinya sendiri.

~||~

Hello gaes apa kabar....
Semoga kalian kabar baik semua ya.....

Mulai hari ini aku akan update cerita kedua ku ini, aku akan berusaha keras untuk menyelesaikan cerita ini....

Doain ya gaes, semoga semangat terus nulisnya....
Aku sebenarnya juga gak seneng kalau gantung-in setiap cerita yang aku buat, pasti rasanya saat mengecewakan ya buat kalian....
Maaf ya gaes.....

Mulai hari ini aku akan men-challenge diri aku sendiri....
Aku akan berusaha keras untuk mengupdate cerita ini Setiap hari SABTU.

Jadi kelanjutan cerita ini akan update terus setiap hari satu. Jikalau nanti ada kendala atau suatu hal yang menghalangi aku untuk update cerita ini, aku akan menyampaikan pada kalian.....

Sebelumnya saya ucapkan maaf dan terimakasih....

Love you all....

Jangan lupa vote, dan komennya.....

❤️❤️❤️

Kembar Beda GenerasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang