Bos Sialan

40 3 0
                                    

Farah Punya

Sesampainya didalam ruangannya, Farah langsung mendudukkan dirinya di kursi kebesarannya. Mengambil kotak obat didalam laci mejanya. Kemudian melepas sandal jepit yang dia pakai agar mudah dia mengobati kakinya yang terluka. "Aauuu..perih". Farah merasakan rasa sakit ketika dia meneteskan obat merah tepat diatas lukanya. "Ngapain Far". Pratama yang baru beberapa langkah memasuki ruangan melihat Farah yang meringis dibalik meja kubikelnya. "Kamu gak lihat...sakit nih kakiku". Farah menggunakan tangannya untuk mengipasi lukanya. "Oh...aku kira lagi bakar sate". Pratama melenggang menuju meja kubikelnya yang berada di pojok ruangan ini. "Resek Lo". Ucapan Farah cukup keras, hingga seisi ruangan ini mendengarnya, tapi untungnya hanya dia dan Pratama yang berada diruangan ini.

Rasa sakit di kaki Farah kini tak terasa lagi. Luka itu mulai mengering. Manjur betul itu obat merah. Tapi jika tergores sesuatu, masih sedikit nyeri. Seperti saat ini, ketika dia sedang asyik-asyiknya bergelut dengan data-data penjualan di komputer, luka dikakinya tak sengaja tersentuh dinding meja. "Aduuuuhh". Karena terbiasa bersuara keras, reflek pun keras suaranya, hingga seluruh manusia yang berada di ruangan yang sama dengan dirinya mendengar suaranya. "Weyy, manusia toa, bisa diem gak". Tresno berseru dari balik meja kubikelnya, dia masih fokus dengan monitor komputernya. "Iya nih, kita semua lagi konsentrasi Far". Wayan ikut menimpali. Rania yang berada di samping kubikel Farah, mendorong kursinya kebelakang, menatap Farah yang sedang meniup-niup kakinya."Kamu kenapa Far". Terbesit rasa ingin tahu pada diri Rania. "Kaki ku kejedot dinding meja...aduuh". Rasa sakit dikakinya tiba-tiba terasa lagi. "Lha itu darahnya keluar lagi Far". Rania melihat darah menetes dari luka Farah. "Ran, tolong dong, kamu beliin aku pembalut luka". Rania nampak berfikir, setelah melihat darah dikaki Farah cukup banyak, dia berdiri, "oke". Rania melangkahkan kakinya menuju pintu keluar.

Ketika Rania hendak melangkah keluar dari ruangan, Sari, sekertaris pak Rudi memasuki ruangan. Alhasil, Rania mengurungkan niatnya. "Hello Gaes pa kabar". Sapanya pada seluruh penghuni ruangan. "Weh Sar, dah masuk kerja aja, kapan sampai???.". Tresno mengalihkan perhatiannya kerah Sari. "Tadi jam tujuh. Kalian gimana sih, si bos datang kalian malah ndekem disini. Anak-anak Accounting dan Bengkel aja, pada nyambut". Sari mengungkapkan kekesalannya pada anak-anak pemasaran yang tak satupun menyambut bos nya. "Ya sorry Sar, kita itu sibuk, banyak banget nih kerjaan kita". Pratama mengangkat dokumen-dokumen yang berada diatas mejanya, untuk ditunjukkan pada Sari. "Oh". Respon yang cukup singkat dan menjengkelkan. "Oh iya Gaes, siang ini pak Rudi minta kita semua untuk rapat. Dia akan menyampaikan hasil rapat pimpinan di Bali". Jeda sebentar, kemudian menoleh kearah Farah. "Oh iya Far, nanti kamu diminta presentasi". Farah yang dari tadi sibuk dengan luka dikakinya, mendongak keatas menatap Sari. "Whattt...kok mendadak benget sih Sar". Wajah kusut Farah semakin kusut-kusut deh, mendengar presentasi kaya buat tahu bulat itu. Sedangkan Sari hanya menjawab. "Entahlah, mana aku tahu, aku cuma menyampaikan", sambil menaikkan pundaknya. Kemudian Sari melenggang meninggalkan ruangan ini. "Gila sih Rudi, pulang dari Bali bukannya balik kerumah, malah di kantor, mana kita disuruh rapat lagi, bukannya bagi-bagi oleh-oleh", Gerutu Wayan. Sudah menjadi rahasia umum bahwa anak-anak bagian penjualan tak suka pada pimpinan cabang mereka, yaitu siapa lagi kalau bukan Pak Rudi.

Kusut-kusut sudah wajah Farah. Perhatian penuh yang sedari tadi dia berikan kepada kakinya, kini dia alihkan pada layar monitornya. Rasa sakit dikakinya, dicoba untuk tidak dihiraukan. Alhamdulillah nya, darah yang menetes sudah berhenti sepenuhnya setelah dia tetesi lagi obat merah. Tangannya dengan gesit menekan tombol keyboard, bibirnya komat-kamit membaca tulisan dilayar.

Waktu telah menunjukkan waktu makan siang, tapi laporan Farah masih belum selesai. Rapat akan dimulai nanti setelah jam makan siang habis yaitu sekitar pukul satu siang. Masih ada waktu satu jam bagi Farah untuk menyelesaikan laporannya jika tidak mau kena semprot Rudi. Bunyi mesin keyboard komputer Farah beradu dengan hembusan suara AC di ruangannya. Ruangan yang tadi riuh ramai, kini telah sepi, setalah semua penghuni ruangan ini keluar untuk makan siang. 'Far kamu gak makan siang, Far semangat ya..., Far makan siang dulu aja, apa mau titip sama aku'. Itu adalah beberapa kalimat yang taman-taman Farah lontarkan ketika melewati meja kubikelnya. Aduhhhh benar-benar ingin murka sebenarnya Farah, tapi dia tahan. 'Sabar-sabar, ini cobaan dia dalam mengahadapi bos sialannya itu', ucap Farah pada firinya sendiri.

Laporan yang Farah buat hampir selesai, tinggal satu bagian saja. Sebenarnya Farah itu otaknya cerdas, dan cekatan, tapi sayangnya penyakit malasnya itu lho...yang kadang membuat dia seperti orang tolol plus blo'oon. "Alhamdulillah, tinggal masukin ini, dah selesai dah". Ucapnya sambil menunjuk layar komputer yang tengah menampilkan dua slide laporan. Ketika Farah ingin melanjutkan pekerjaannya, pintu ruangannya tiba-tiba dibuka. Muncullah sosok Maya yang menenteng tas plastik. "Far, kaki mu masih sakit". Maya menarik kursi milik Rania, kemudian duduk disamping Farah. "Sedikit". Farah masih fokus dengan pekerjaannya. "Nih, nasi plus ayam geprek pesenam mu, cepet gih dimakan". Maya melekatkan bungkusan plastik pesanan Farah yang dia pesan pada dirinya tadi lewat telepon tepat disamping keyboard. "Bentar". Tangan kanan Farah masih sibuk menggerakkan mouse. "Kamu ngerjain apaan sih, gak biasanya kamu mau sampai lembur buat selesain pekerjaan". Maya mencondongkan tubuhnya untuk lebih dekat kearah monitor. "Laporan penjualan, nanti buat presentasi. Resek banget itu si Rudi, selalu aja nyusahin aku", kuluh Farah. Maya tersenyum mendengar ucapan Farah, mungkin ini adalah keluhan yang ke berapa kian kali yang Farah ucapkan tentang pak bosnya itu. "Namanya juga bos, sukanya ya seenaknya sendiri".

Maya membuka bungkusan nasi yang tadi dia letakkan, dia memutuskan akan menyuapi sahabatnya ini. Pasalnya saat ini waktu telah menunjukkan pukul satu kurang seperempat, mana ada waktu lagi buat Farah untuk makan kalau bukan sekarang. "Nih Far makan dulu, buku mulutmu". Maya mendekatkan tangannya yang memegang sendok kemulut Farah. "Apaan sih, udah kamu taruh aja, aku bisa makan sendiri". Farah mencoba menolak. "Kamu gak lihat, itu udah jam berapa?". Mulut Farah langsung melahap makanan yang disuapi Maya, ketika matanya menatap waktu di sudut katkan layar komputernya. "Ostogfirulloh, kook odah jom sogono soh". Ucapnya tak jelas karena mulutnya masih sibuk mengunyah. "Ya udah cepet kamu selesain sambil aku suapin". Aduh perhatiannya si Maya, mau dongs punya sahabat kayak gitu. Mata Farah berbinar, dia selalu mendapatkan sahabat yang selalu pengertian dengan dirinya. "Makasih Mau". Ucapnya tulus. "Iya, udah, cepet kamu kerjain". Farah mengangguk, kemudian dia kembali fokus dengan pekerjaannya.

Laporan Farah selesai bersamaan dengan habisnya makanannya. Lega plus kenyang, itulah yang Farah rasakan saat ini. "Terimakasih ya, temanku yang paling cantik dan pengertian". Farah mencubit dua pipi milik Maya dengan gemas. "Hedeh...iya Farah si comelss, kita kan sahabat". Maya merenggangkan kedua tangannya. Farah yang tau maksudnya langsung menghambur memeluk tubuh sahabatnya itu. "Sahabat sejati selamanya, walaupun kita suka suka cek-cok". Ucap dua sahabat itu bersamaan. Jadi terharu aku :'-). Acara peluk-pelukan dua sahabat itu berakhir ketika, jam istirahat telah selesai, dan beberapa teman Farah sudah mulai masuk keruangannya. "Far, aku cabut dulu ya, mau prepare buat presentasi juga". Maya menepuk pundak sahabatnya itu, seolah memberikan kekuatan padanya. "Thank ya May". Farah tersenyum. "Gaes, aku pulang kekandang ya...,titip sahabatku jangan buat nangis". Pamit Maya pada beberapa teman seruangan Farah  yang sudah duduk dikubikelnya.

~••~
Hai Gaeskuhh Semua....🖐️🖐️🖐️
Apa kabar...
Kabar Baikkan semuanya...
Semoga kita selau senantiasa dalam lindungan Allah SWT....
Aamiin........

Selamat menikmati updetan ceritaku ya....
Salam bahagia untuk kita semua...
Love you alll.....💖💖💖

Kembar Beda GenerasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang