Feye Punya
Melihat gerbang sekolahnya telah kosong tidak ada lagi siswa dan siswi yang sedang menunggu jemputan, Fey kemudian meminta Mas ojol untuk mengantarkannya pulang. "Mas, ke jalan Merpati ya...". Tanpa menjawab ucapan Fey, mas ojol langsung melajukan motornya ketempat yang diucapkan penumpangnya.
Selama dalam perjalanan Fey hanya diam melamun, membayangkan atau lebih tepatnya mempersiapkan alasan yang tepat yang akan dia ucapkan pada Mas Didi ataupun mbok Nani, ketika dua orang itu bertanya padanya. "Dik, sudah sampai dik". Mas ojol itu membuyarkan lamunan Fey. "Eh..eh..iya, berapa mas". Fey turun dari motor yang dia tumpangi. "25 ribu dik". Fey merogoh tas yang dia letakkan di depan tubuhnya, kemudian dia ambil dompet didalam. "Nih mas". Fey memberikan uang 50 ribuan pada mas ojol tersebut. "Dik kembalinya...". Mas ojol itu berteriak memangil Fey yang telah berjalan beberapa langkah menjauh dari tempat mas ojol tersebut. "Ambil aja mas". Teriak Fey sambil memegang pintu gerbang rumahnya. Mendengar jawaban Fey, Mas ojol girang, kemudian dia pergi meninggalkan Fey yang masih setia menempelkan tangannya di gerbang pintu. 'aduh...masuk gak nih'. Fey bimbang, dia belum menemukan alsan yang tepat untuk dia sampaikan. Ketika Fey masih sibuk dengan pikirannya, sebuah sedan merah yang biasa digunakan untuk mengantarkanya berhenti tepat disampingnya. Pengemudi mobil itu turun, berjalan mendekat kearahnya. "Non Fey kemana aja...". Mas Didi menatap wajah nona kecilnya yang telah membuat dia sangat khawatir. "Ehmmmm...Fey....tadi kerumah.... teman sebentar". Hanya alasan yang sangat umum itu yang sedari tadi Fey pikirkan. "Non Fey jangan bohongin mas Didi, tadi teman Non Fey bilang, katanya Non Fey bolos". Wajah Fey langsung memerah padam, Mas Didi mengucapkan sesuatu yang telak membuat Fey tak mampu berkutik. "Maaf mas, Fey tadi benar-benar malas sekolah". Fey tertunduk lesu, terkuak sudah borok yang selam ini Fey tutupi. "Non...memangnya Enon itu gak kasihan sama Papah Enon, dia itu banting tulang lho, buat nyenengin enon". Kenapa harus kata-kata itu yang orang lain ucapkan ketika menasehati Fey, emang gak ada kata-kata lain. Fey aja jenuh, benar-benar jenuh mendengar nasihat itu diulang-ulang untuknya. "Maaf mas, Fey janji deh, Fey gak akan ulangi. Tapi tolong ya mas...Plisssss jangan beritahu Papah sama mbok Nani ya....". Fey memohon sangat-sangat pada supirnya itu. Mas Didi sebenarnya sangat iba dengan nona kecilnya itu, tapi sayang kelakuan nona kecilnya itu memang kadang sangat keterlaluan. "Ya udah oke, tapi kamu beneran harus janji gak akan bolos lagi". Mas Didi menekankan janji yang tadi diucapka Fey. "Janji". Fey mengangkat jari kelingkingnya. Mas Didi yang tahu maksudnya langsung menyatukan jari kelingking miliknya dan milik nona kecilnya. "Terimakasih mas". Fey membuka pagar rumahnya, masuk dan meninggalkan mas Didi yang tengah berjalan kearah pintu mobil.
Sampai di dalam rumah, Fey langsung melangkah menuju dapur, dari aroma-aromanya, Fey yakin saat ini Embok sedang asik memasak di dapur. "Assalamu'alaikum mbok". Fey menampilkan senyum cerianya. Senyum yang sering dia berikan pada perempuan tua tersebut. "Waalaikumsalam non". Mbok Nami menatap sebentar wajah ceria nona kecilnya, kemudian dia fokus lagi pada masakan didepannya. "Mbok lagi masak apa sih". Fey menatap masakan yang saat ini tengah diaduk oleh mbok Nani. "Mbok lagi masak sayur bayam kesukaan enon sama papah Enon". Mbok Nani masih fokus dengan masakan didepannya. "Heeemm, baunya enak banget Mbok". Fey menghirup bau asap masakan yang mengepul. "Ya enak dong...siapa dulu ya masak.... Embok". Mbok Nani berbangga diri. Memang sih...masakan mbok Nani selalu bisa untuk menggoyang lidah Fey dan Pak Pak Rudi. "Iya deh...mbok memang jhoss". Fey mengakat dua jempol tangannya. Sedang mbok Nani hanya menjawabnya dengan cengiran. "Ya udah ya mbok, Fey ganti baju dulu ya...". Fey berjalan menjauh menuju tangga rumah ini.
Kegiatan memasak mbok Nani sepertinya harus terganggu lagi. "Assalamu'alaikum Mbok". Laki-laki tinggi tegap itu berjalan dengan cepat memasuki kediamannya. "Waalaikumsalam tuan". Mbak Nani berteriak dari daerah kekuasaannya. Mendengar jawaban tersebut, laki-laki itu langsung melanjutkan langkahnya ke sumber suara tersebut. "Mbok...". Pandangan Rudi menatap punggung wanita tua yang tengah fokus dengan sesuatu didepannya. "Iya nak..". Mbok Nani menoleh menatap wajah majikan yang telah dia anggap sebagai anaknya sendiri (mbok Nani itu terkadang gak konsisten ya Gaes, kadang manggil Rudi Tuan, kadang Nak, kadang Bapak, udah biarin aja ya Gaes maklum udah tua., Heheheh..) "Mbok, Fey mana". Rudi mengendorkan dasi yang semenjak pagi hingga saat ini melingkar sempurna di lehernya. "Di Kamar nak Rudi. Lagi ganti baju". Rudi manggut-manggut, tangannya kanannya sibuk melepas kancing lengan panjangnya. "Fey udah makan siang mbok". Rudi masih berusaha melepas kancing lengannya. "Belum sepertinya...". Mbok Nani kini kembali sibuk dengan lauk yang telah matang di penggorengan. "Ya udah mbok, mbok siapin ya...aku juga belum makan siang". Akhirnya satu kancing lengannya berhasil terlepas. "Siap nak". Mbok Nani meletakkan tempe goreng kedalam piring saji. Rudi berjalan meninggalkan mbok Nani yang sibuk mondar-mandir menata makan-makan di meja makan.
Fey berjalan menuruni tangga dengan antusiasnya, dia tidak mengetahui kalau papanya telah pulang. "Hello mbok". Fey menarik satu kursi makan, untuk dia tempati. "Mau makan sekarang". Fey menganggukkan kepalanya. "Gak nunggu papah enon". Fey mengernyitkan dahinya. "Papah sudah pulang mbok". Jantung Fey berpacu sedikit cepat, mungkin ini efek rasa bersalah. "Iya, beberapa menit, setelah non Fey pulang". Mbok Nani meletakkan piring didepan nona kecil kesayangan. "Tumben papah jam segini sudah pulang ya mbok". Hati Fey bertanya-tanya, karena tak biasanya lelaki sibuk alias papahnya itu pulang dijam-jam kerja seperti ini. "Papah mungkin kangen banget sama enon, jadi buru-buru pingin pulang". Fey mengangguk-angguk tak yakin dengan kalimat yang baru saja mbok Nani katakan pada dirinya. Tapi dia percaya dan mencoba mempercayainya, semoga apa yang diucapkan tadi benar-benar adanya. Lelaki tua yang notabene sebagai ayahnya itu pulang cepat karena rindu dirinya, bukan karena ada alasan lainnya. "Nih non, makanan-makanan kesukaan Enon sama pak Rudi sudah siap". Mbok Nani menata letak masakan-masakannya sehingga nampak rapi dan menggiurkan. "Terimakasih mbok". Fey memeluk pinggang perempuan tua yang tengah berdiri disampingnya seraya menuangkan segelas air.
Rudi berjalan mendekat ke Maja makan yang telah ada Fey dan mbok Nani. "Hei Fey, gimana sekolahnya". Rudi berusaha belajar menahan amarahnya. Satu tangannya menarik kursi disamping Fey, sedang tangan lainnya membelai lembut rambut sang putri. "Ehmmm........ya kayak biasanya". Jantung Fey serasa dag-dig-dug dengan pertanyaan yang dilontarkan papanya. Rudi hanya manggut-manggut. Saat ini dia tak ingin membahasa masalah terlebih dahulu, dia memberikan kesempatan pada perutnya dan anaknya terlebih dahulu, sebelum nanti mungkin akan ada perdebatan yang sengit antara dia dan anaknya.
~••~
Hello Gaes apa kabar...
Semoga baik-baik aja ya...
Aku ganti gantian ya updatenya...
Soalnya tergantung mood😁😁😁Happy reading ya Gaes....
Ditunggu komen and vote nya....Love you alll❤️❤️❤️❤️❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembar Beda Generasi
General FictionFarahana Magatra, seorang staff manajemen pemasaran di salah satu showroom mobil di wilayah Solo raya. Dia adalah orang Jawa Timur tulen yang lebih memilih hidup di kota yang terkenal dengan putri Solonya yang lemah lembut dan gemulai. Bukan lemah l...