Farah Punya
Teman-teman Farah berbondong-bondong keluar dari ruangan menuju tempat diadakannya rapat. Farah sendiri memilih keluar ruangan terakhir, takut nanti temannya tak sengaja menginjak kakinya. Masih sedikit nyeri soalnya kakinya. "Far, ayo cepat, ngapain kamu masih duduk". Tresno berseru mengajak Farah yang hanya menatap tamannya keluar dari ruangan. "Bentar, masih ramai". Farah mulai berdiri, tangannya menenteng beberapa benda yang dia butuhkan untuk presentasi. "Yaudah aku temenin". Tresno memutuskan untuk menemani Farah, karena dia tau sahabatnya satu itu kakinya sedang sakit. Walaupun Farah itu cerewet, nyebelin plus berisik, tapi sebenarnya gadis itu baik dan cenderung lebih suka mengalah. Yahh...seperti itulah yang Tresno tahu selama menjalin persahabatan dengan Farah."Yukk Tres". Farah berjalan menyeret satu kakinya yang sakit. Dia saat ini hanya memakai sandal jepitnya tadi, soalnya kalau dikasih sepatu, jempol kakinya masih terasa sakit. "Yuk". Tresno mengikuti langkah Farah yang sangat lamban.
Tresno gemas sendiri melihat cara jalan Farah yang benar-benar sangat lambat, sedikit-sedikit berhenti sambil meringis, kemudian jalan lagi. "Ya Allah Far....sini aku bantu". Tanpa persetujuan Farah, Tresno langsung memapahnya. "Ishhh... apaan sih Tres". Farah mencoba menarik tangannya yang sudah berada diatas leher Tresno, tapi sayang tubuh dan tangan Farah telah direngkuh kuat oleh Tresno. Mau tidak mau Farah membiarkan Tresno memapah tubuhnya hingga sampai di tempat rapat.
Farah membuka pintu menggunakan tangan kirinya, tubuhnya masih dipapah oleh Tresno. Dengan perlahan mereka berdua memasuki ruangan. Beberapa pasang mata langsung menatap kearah mereka, tak terkecuali Si Bos Rudi. Lelaki tiga puluh empat tahun itu menatap Farah dan Tresno dengan tatapan tajamnya yang sulit Farah artikan. Tresno dan Farah memilih duduk di pojok belakang meja bundar ini, kebetulan memang hanya dua kursi itu yang masih kosong. "Thank Tres". Ucap Farah ketika mereka berdua telah duduk. "You are welcome", Jawabnya sambil menarik dua sudut bibirnya.
Beberapa pasang mata yang tadi mengarahkan pandangannya pada Farah dan Tresno, kini telah mengalihkan pandangannya kearah Sang Bos yang mulai membuka acara rapat pada siang hari ini. "Oke teman-teman, kita mulai saja rapat pada siang hari ini, sudah kumpul semua sepertinya". Entah kenapa sedari tadi Farah merasakan pandangan si Rudi mengarah padanya. 'ihhh, jijay banget sih, kenapa sih tu mata selalu melotot kearah ku'. Ucap batin Farah, dengan kepala dia tundukkan kebawah, karena malas banget Farah natap mata melotot bos resenya itu yang sedang bicara. "Farah silahkan anda presentasikan laporan yang anda buat". Pikiran Farah tak fokus mendengar perintah atasannya tersebut. Alhasil, Tresno yang berqda di sampingnya menyenggol lengan Farah dengan cukup keras. "Aduhh...", ucapnya pelan, kemudian Farah memukul tangan Tresno yang menyenggol lengannya. "Apaan sih Tres...". Farah tak sadar bahwa sedari tadi setiap gerak-geriknya ditatap semua penghuni ruangan ini. "Gila...itu loh kamu disuruh presentasi". Tresno menggerakkan kepalanya untuk memberikan kode pada Farah. Farah menoleh, menatap bosnya yang juga sedang menatap kerahnya. "Iya pak, sebentar". Jawabnya sambil memamerkan senyum indahnya.
Farah berdiri, hendak presentasi ditempat dia saat ini. Ketika Farah mulai membuka presentasinya, Pak Rudi berseru, "kamu mau ngapain". Rudi benar-benar heran dengan tingkah salah satu karyawannya ini. "Presentasi pak". Jawab Farah dengan wajah tanpa dosa. "Iya saya tahu, kamu mau presentasi. Cuma yang saya heran, apa iya...kamu mau presentasi dengan ocehan kamu saja. Kamu buat bahan presentasi gak?". Menghadapi gadis ini, selalu saja menguji kesabaran seorang Rudiansyah Hantama. "Iya...saya buat di dalam leptop ini pak". Farah menunjuk-nunjuk layar leptop didepannya. "Ya kenapa gak ditampilkan di layar.... Memang kita semua bisa baca tulisan di leptop kamu". Rudi benar-benar geram dengan tingkah Farah, antara bloon atau o'on sih. "Jadi saya harus kedepan pak". Aduhh Farah.....kenapa pertanyaan seperti itu harus diucapkan sih... itukan membuat seorang Rudi jadi tambah gemas sama kamu.... "Terserah kamu...kalau disitu bisa ya gak papa". Rudi benar-benar lelah menghadapi perempuan satu ini, kadang dia bisa jadi perempuan yang paling smart, tapi kadang dia juga bisa seo'on sekarang ini.
Farah berjalan ke depan dengan kaki pincangnya sambil menenteng leptopnya. Kabel Lcd tidak sampai ditempat dia duduk tadi. Hati Farah begitu kesal dan dongkol dengan bosnya tersebut. Belum juga Farah mulai presentasinya. Bosnya si Rudi sudah berseru kembali. "Sepatu kamu mana..". Rudi menatap kebawah kearah kaki perempuan yang berdiri disampingnya itu. "Diruangan pak". Farah juga ikut menatap kearah kakinya. "Kenapa gak dipakai". Rudi mendongak, menatap manik mata perempuan itu. "Kaki saya tadi kesandung pak, jadi sakit jika dipakaikan sepatu". Farah bicara apa adanya. Farah sempat menggunakan sepatu pantofelnya sebelum berangkatlah ke ruang rapat, tapi ketika hendak berjalan, jempol kakinya yang luka terasa sakit lagi ketika digunakan untuk berjalan. Akhirnya Farah memutuskan menggunakan sandal jepitnya lagi. "Ya udah, gak papa, tapi jangan diulangi lagi. Kalau memang gak bisa pakai sepatu, pakai sepatu sandal kan bisa, biar lebih sopan". Suara Rudi sedikit melembut, lebih baik dia sudahi adu argumen dengan perempuan ini. Akan sangat lama, jika dia tetap meladeni ucapan perempuan ini. "Iya pak". Dua manusia itu sedari tadi menjadi bahan perhatian semua orang yang berada disini. Beberapa kali memang bosnya ini sering terlibat adu argument dengan seorang Farah.
Farah memulai presentasinya. Setiap bagian dari laporannya dia sampai dengan sangat rinci, detail dan jelas. Hanya dengan mendengar penjelasannya pun sebenarnya setiap orang yang mendengar pasti sudah paham, dan itu mungkin salah satu kelebihan gadis cerewet nan ceria ini. Hanya tersisa beberapa bagian lagi yang belum Farah sampaikan. Tapi entah kenapa bos super nyebelinnya ini menghentikan presentasinya. "Bentar, stop dulu". Rudi merasakan ponsel di saku celananya berbunyi, dan benar saja. Satu panggilan masuk dari guru putrinya menelpon. "Iya pak". Farah menghentikan presentasinya, kemudian menarik salah satu kursi untuk dia duduk sambil menunggu bos nyebelinnya yang keluar dari ruangan ini.
Rudi keluar ruangan rapat untuk mengangkat telepon dari salah satu guru putrinya tersebut.
"Hallo.... Assalamu'alaikum pak Rudi". Ucap guru perempuan dari putrinya tersebut.
"Waalaikumsalam. Ini dengan ibu Asri ya...". Rudi pernah beberapa bertemu dengan guru putrinya yang bernama ibu Asri tersebut.
"Iya pak benar. Ini saya ibu Asri guru Bimbingan Konseling putri bapak". Jawab ibu Asri.
"Ada apa ya Bu...apa ada masalah dengan putri saya?". Rudi pernah dipangil untuk bertemu dengan guru tersebut karena sang anak berulah disekolahnya.
"Begini pak, saya mendapat laporan bahwa anak bapak sudah tidak masuk tanpa izin selama tiga hari terhitung sampai hari ini. Dan tadi baru saja, saya mendapat telepon dari teman anak bapak, bahwa anak bapak sedang berada di salah satu pusat perbelanjaan di kawasan Solo. Apakah benar pak?". Ibu Asri hanya ingin memastikan terlebih dahulu sebelum dia mengambil keputusan.
"Maaf ibu sebelumnya. Sebenarnya saya selama tiga hari ini sedang berada di luar kota karena ada kerjaan disana. Dan setahu saya, selama saya berkomunikasi dengan anak saya dan asisten rumah tangga saya, semua baik-baik saja". Rudi sedikit tidak percaya dengan perkataan guru tersebut, pasalnya tadi pagi, mbok Nani melaporkan bahwa semua baik-baik, dan Fey putrinya juga baik-baik. Bahkan saat itu kata mbok Nani, Fey baru saja berangkat sekolah diantar Didi, supirnya.
"Ya sudah begini saja pak, nanti setelah bapak sudah dirumah dan bertemu dengan putri bapak. Bapak bisa tanyakan hal ini kepadanya. Dan saya mohon, sesibuk apapun bapak. Tolong sedikit luangkan waktu untuk memantau putri bapak". Ibu Asri tahu, bahwa Fey hanya hidup dengan ayah dan asisten rumah tangganya.
"Oh, iya buk, baiklah. Nanti akan saya tanyakan", jawab Rudi.
"Iya pak, terimakasih atas waktunta. Assalamu'alaikum". Ibu Asri mengakhiri pembicaraan diteleponnya.
"Iya Bu. Waalaikumsalam". Rudi menyeka wajahnya. Dia sadar memang selama ini dia sangat jarang sekali ada untuk putrinya, tapi semua ini dia lakukan juga untuk kebahagiaan putrinya. Supaya dia mampu memenuhi semua kebutuhan putrinya.Rudi memasuki kembali ruangan rapat. Ruangan yang semula agak berisik akibat dia tinggal keluar sebentar, kini menjadi hening kembali. Dan setelah itu presentasi dilanjutkan kembali. Semua peserta menyimak dan mendengarkan dengan seksama setiap kata yang keluar dari mulut perempuan itu. Berbeda dengan dirinya yang tidak terlalu fokus seperti sebelumnya. Tapi Alhamdulillah, presentasi dan diskusi pada rapat hari ini berjalan dengan baik dan lancar. Dan hasil rapatnyapun juga maksimal.
~••~
Terimakasih ya gaes...
Sudah mau menyempatkan waktunya untuk membaca.Selamat menjalankan ibadah puasa ya....
Dan tetap sehat serta selalu di rumah aja.
Love you all💖💖💖💖💖
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembar Beda Generasi
General FictionFarahana Magatra, seorang staff manajemen pemasaran di salah satu showroom mobil di wilayah Solo raya. Dia adalah orang Jawa Timur tulen yang lebih memilih hidup di kota yang terkenal dengan putri Solonya yang lemah lembut dan gemulai. Bukan lemah l...