to victory
______________
I knew I did from that first moment we met. It was ... not love at first sight exactly, but - familiarity. Like: oh, helo, it's you. It's going to be you. Game over. - Mhairi McFarlane
Karena aku merasakannya, tepat saat kedua mata kami saling bertatap kembali, jiwaku yang cukup lama merasakan kehilangan segera berbisik lembut pada hatiku, ... oh, look who's finally coming, it's him.
"Hai ..."
Kakiku masih terpaku untuk beberapa saat, bertanya-tanya apakah yang kusaksikan ini nyata atau hanya ilusi semata. Namun ketika angin berdesir lembut menerpa kulitku, aku terbangun kembali, senyumku terkembang.
"Hai, Mas."
Senyum Reno makin melebar ketika melihatku berjalan ke arahnya. Lalu ia sedikit bergeser dan menepuk tempat kosong di sisinya. Ketika aku benar-benar duduk di sampingnya, ia menggigit bawah bibirnya, menahan apa pun yang ingin segera ia utarakan.
"Sehat?" tanya Reno singkat, memulainya dengan basa-basi ringan.
"Sehat, alhamdulillah. Mas kurusan ya kayaknya?"
"Kamu juga. Cantikan kayaknya, apalagi rambut pendek gitu."
Aku spontan merapikan sisi rambutku ke belakang telinga, sedikit merasa salah tingkah akibat tertangkap basah memotong rambutku hingga sebahu dua hari lalu.
"Ah iya ... panas soalnya di Lombok."
"Oh ya? Aku ngerasa adem-adem aja padahal sekarang," Reno mengangguk-anggukkan kepala sambil tersenyum simpul, "atau mungkin tergantung sebelahan sama siapa dulu, ya."
Aku memutar bola mataku dan mendengus tertawa, memilih untuk tidak menghiraukan gombal isengnya itu. Aku segera menanyakan hal lain untuk mengalihkan perhatian.
"Whatsapp aku nggak dibales sih kemarin?"
"Iya, kaget soalnya handphone aku. Udah lama nggak dihubungin kamu, sekalinya kontak langsung nge-hang."
"Nyindir, ya?"
Reno tertawa, dan dari sudut mataku kulihat telapak tangannya yang tiba-tiba mengepal. I know ... Reno sepertinya juga menahan diri untuk mengacak rambutku, seperti dulu. And I really respect that.
"Mending aku bales atau aku ada di sini sih emangnya?"
"Mending ngomong dulu yang jelas, akunya jadi nggak kaget banget."
"It's called a surprise for a reason, Nay ..."
Deg.
Nay.
I'm still his 'Nay'.
Aku diam-diam mencuri pandang ke arah Reno, yang kali ini memperhatikan sebuah taman kecil di depan rumah. Taman yang di sudutnya terdapat pot-pot kecil berisi tanaman yang sangat familiar, the lucky bamboo.
Ya, itu adalah 'anak-anak' dari lucky bamboo yang diberikan oleh Reno kepadaku dulu. Ketika lucky bamboo pertama telah tumbuh tinggi, sehingga batangnya harus kupotong dan kutanam satu persatu di media tanam yang baru.
Reno menoleh ke arahku lalu tersenyum simpul penuh makna dan dadaku berdesir kembali dibuatnya.
You know what? Dapat bertemu dengan seseorang yang sangat cocok dan sehati denganmu adalah satu hal terbaik dalam hidup. Ketika kamu tidak hanya menjadikannya seorang kekasih atau yang tersayang, tetapi juga menjadikannya sahabatmu. Seseorang yang mengerti apa yang ada dalam kepalamu bahkan ketika kamu belum menjelaskan apa pun. Dan kamu merasa berada 'di rumah' ketika bersamanya, so comfortable.
![](https://img.wattpad.com/cover/128913330-288-k170093.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Primum, Non Nocere (First, Do No Harm)
Chick-Lit"Kenapa dokter seringnya berjodoh dengan dokter juga?" "Karena dosisnya sesuai." - unknown, medical quotes.