CHAPTER 9. Let's Kiss

12.1K 703 61
                                    

Ponselnya terus saja bergetar, dan Ava merasa enggan untuk mengangkatnya. Ia membiarkan getaran ponselnya berada di bawah bantalnya. Tidak ada yang bisa ia lakukan selain memejamkan matanya. Rasa kantuk yang memaksanya untuk bermalas-malasan di ranjangnya.

Tunggu! Ranjangnya?

Ava membuka matanya. Ia bangkit dan memandang ruangan di sekitarnya. Ini buka kamarnya. Kamarnya tidaklah seindah dan semewah ini. Kamar ini mengingatkan dirinya saat berada di rumah Damian. 

Damian? Oh, shit!

Benar. Ava sedang berada di rumah Damian. Bagaimana dirinya sampai lupa?

Ava menyibakan selimutnya dan mengambil mencari-cari pakaiannya yang semalam di gunakannya. Lagi-lagi dirinya terbangun hanya dengan gaun tipis yang membalut di tubuhnya saat bersama Damian. Ava tidak tahu apa pria itu yang melepaskan pakaiannya, ia lupa. Akan tetapi—

Ava menyentuh bibirnya.

Ava tidak lupa jika dirinya baru saja berciuman dengan Damian pagi tadi. Ia juga ingat bagaimana lidah Damian menelusup mencoba memasuki rongga mulutnya. Pria itu begitu mahir dan begitu menguasai dirinya. Sehingga Ava tidak bisa mengendalikan dirinya seperti seharusnya. Iya, seharusnya Ava berontak atau bahkan menendang Damian saat pria itu mengambil ciumannya lagi. Akan tetapi Ava tidak bisa, ciuman Damian seperti membawa Ava pada gairah yang tidak pernah ia bayangkan.

Ava memeluk dirinya setelah memakai piyama terusan yang tergeletak di lantai. Ia menggigiti kukunya dengan mondar-mandir di depan ranjang berukuran besar di belakangnya.

Pintu terbuka dan Damian berdiri di sampingnya. "Kau sudah bangun?" tanyanya datar. Damian berjalan ke arah Ava dan mengambil bantal yang terjatuh dari ranjangnya. Dengan kemeja dan jas yang melekat di tubuhnya, Damian terlihat seperti akan bepergian. Pria itu terlihat sangat rapi.

"Kau—"

"Aku akan pergi bekerja," seolah tahu apa yang akan ditanyakan Ava padanya Damian memotong ucapan Ava. Damian menyelipkan rambut ke belakang telinga Ava dengan tenang. "Apa kau mau ikut bersamaku?"

"Ke kantor?" gumam Ava. Ava melirik sofa di dekat ranjangnya. Meja di sampingnya terlihat cukup penuh dengan banyak minuman di atasnya. Apa Ava yang meminumnya semalam?

Damian terdiam, ia mengambil langkah untuk duduk di sofa. Sambil menepuk pahanya, Damian seolah sedang meminta Ava untuk duduk di pangkuannya saat ini. "Kemarilah..." katanya.

Ava ragu, akan tetapi kakinya melangkah dengan pasti kea rah Damian. Dan ia berdiri di depan Damian. Dengan satu tarikan dari Damian, Ava berhasil terlempar ke tubuh pria itu. Damian memangkunya dengan pergelangan tangan yang melingkar di sekitar pinggul Ava.

"A-apa aku mabuk semalam?" Tanya Ava memberanikan diri.

"Kupikir begitu." Jawab Damian tenang. Ia mulai menggoda Ava dengan membelai rambut Ava. Mereka saling menatap dalam diam. Sementara Ava mulai menelan salivanya saat Damian mencoba melepaskan piyama yang melekat di tubuhnya sebatas lengan. "Kau terlihat cantik hanya dengan pakaian semacam ini,"

"Tuan—"

"Damian." Bantah Damian tegas. Ia ingin Ava memanggilnya dengan namanya tanpa embel-embel apapun di belakangnya. Sepertinya Ava begitu sulit untuk mengucapkan namanya.

"Damian. Maksudku Damian..." Ava mencoba mengambil napasnya. Ia menopang dada Damian dengan tangannya. Terlalu dekat dengan Damian membuat pikiran Ava tidak terlihat normal. Ia merasa tidak seperti dirinya saat bersama Damian. "Soal semalam, aku pikir..."

"—"

Ava menggigit bibirnya, dan memberanikan menatap mata Damian yang sedalam lautan. "Aku pikir aku sedang mabuk, jadi—"

LITTLE SUGAR (21+)| ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang