CHAPTER 14. Chance

8.7K 618 77
                                    



Pagi ini Ava melihat sebuket mawar merah saat ia terbangun. Ia mencium betapa wanginya mawar segar itu. Kecintaannya pada mawar merah membuat Ava menghiasi kamarnya dengan segala hal berbentuk mawar. 

Hari ini, ia menyiapkan sarapan paginya sendiri. Taylor telah kembali ke rumahnya bersama David. Mereka belum lagi membicarakan tentang perjodohan yang mereka rencanakan waktu itu. Mungkin karena Av jarang sekali di rumahnya sehingga sulit bagi David dan Taylor untuk mengajaknya berkompromi. Sebenarnya Ava berharap perjodohan itu tidak pernah terjadi. Iya, setidaknya Ava memiliki keyakinan seperti itu.

Sambil menikmati sandwich buatannya sendiri, Ava membuka membuka ponselnya. tidak ada panggilan ataupun pesan masuk di ponselnya. Ia berjalan ke arah lemari pendingin sambil menahan sandwich di mulutnya. Ada banyak makanan yang tersedia di lemarinya. Bahkan di stock penyimpanan makanan sudah terisi penuh. Ini semua pasti karena Taylor. Ava jadi merasa bersalah pada wanita itu karena selama dia berada di sini, Ava mengabaikannya.

"Kenapa Jess?" Ava mengapit ponselnya di antara telinga dan bahunya saat Jesslyn meneleponnya. Tangannya sibuk mengambil sesuatu di sudut ruangan. Sampai akhirnya Ava berhasil mengambilnya, tangannya mengambil alih bahunya.

'Dimana kau sekarang?'

"Kenapa?"

'Hanya ingin tahu,'

"Apa kau berniat mengatakannya pada Heater lagi?"

'Ya Tuhan Ava, apa kau marah padaku?'

"Tidak. Hanya saja aku penasaran bagaimana Heater berada disana waktu itu. Tapi sudahlah Jess, aku tidak apa-apa."

'Memangnya kau harus kenapa jika bertemu Heater? Ayolah, gurl. Kita perlu bicara, bertemu, atau mungkin bersenang-senang?'

Ava tersenyum tipis. "Mungkin lain waktu, jika kau bertanya aku berada dimana. Aku ada dirumah. Dan aku berencana untuk tinggal di rumah seharian ini."

'Mau kutemani?'

"Kurasa tidak. Aku akan menghubungimu jika aku kesepian."

'Sialan! Lihat saja kau tidak akan sanggup berlama-lama tanpaku.'

"Aku meragukannya, Jess."

Ava mengantongi  ponselnya di saku celananya. Ia tidak berencana mempermasalahkan apa yang telah terjadi waktu itu bersama Heater. Meski pertemuannya dengan Heater terbilang cukup mendadak. Sebenarnya Ava teringat dengan pembicaraannya dengan Jesslyn sebelum bertemu dengan laki-laki itu. Ia pikir Jesslyn lah yang merencanakan semuanya agar Ava bertemu dengan Heater.

Ia tidak akan memarahi ataupun kecewa pada Jesslyn. Ava tahu, Heater begitu dekat dengan Jesslyn sebelum ia mengenalnya. Bahkan pertemuan kedua Ava dan Heater terjadi juga karena bantuan Jesslyn. Bisa dibilang Jesslyn adalah penghubung antara Ava dan Heater selama ini. Heater pasti memohon-mohon pada Jesslyn untuk memintanya mempertemukan dirinya dengan Heater selama mereka tidak menjalin komunikasi. Hanya saja, Ava tidak pernah menanyakan hal yang akan membuat lukanya semakin mendalam.

*

Ava berkali-kali menggeliat. Tidak biasanya ia tidur di sofa seperti ini. Badannya akan terasa sakit jika tidur tidak pada tempatnya. Namun, sebelum ia memutuskan untuk mengistirahatkan dirinya, tiba-tiba terlintas di pikirannya untuk berbaring di sofa kecil miliknya. Rasanya nyaman.

Dengan wajah lusuh, Ava menyingkirkan selimut yang membalut tubuhnya. Cuaca hari ini terasa membingungkan. Bagaimana bisa? Bahkan keadaannya saat ini juga begitu sulit untuk dijelaskan. Ada sesuatu yang hilang, dan Ava tidak tahu.

LITTLE SUGAR (21+)| ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang