🐧Chapter12🐧

1.2K 89 0
                                    

SELAMAT MEMBACA

"Mas David!" panggil Yaya saat mereka berdua tidak sedang melakukan apapun di ruang tamu.

"Kenapa, Yank?" tanya mas David sambil menoleh ke arah istrinya.

"Mas, uang kita diambil mbak Lala," jawab Yaya to the point.

"Uang apa?" tanya mas David lagi dengan wajah bingung.

"Uang yang selama ini Mas tabung buat beli motor," jawab Yaya pelan.

"Apa!? Berapa!?" Mas David langsung berdiri dengan kilatan amarah di matanya.

"Tenang Mas, tenang." Yaya mendudukan suaminya lagi.

"Gimana aku bisa tenang!? Kalo uang itu udah aku kumpulin sejak 4 tahun lalu!?"

Mas David benar-benar marah kali ini, tetangganya itu benar-benar bersikap semena-mena.

"Iya Mas, aku tahu. Tapi tenang ya, Olga takut kalo denger suara keras," balas Yaya yang membuat David mmenstabilkan amarahnya pelan-pelan .

"Berapa ratus ribu yang mbak Lala ambil?" tanya mas David setelah lumayan tenang.

"Ti ..., tiga juta,"

"Ti-tiga juta!?" beo mas David dengan sangat tak percaya.

Yaya hanya mengangguk.

"Gila! Kita harus ambil uang yang diambil tetangga tak tau diri itu," mas David bersiap pergi namun suara Malampir dan mas Stiven tiba-tiba terdengar dari arah teras depan rumah.

"Ibu udah pulang Mas, tenang. Jangan libatkan dia dalam masalah ini, aku nggak mau nanti tambah runyam," ujar Yaya dengan wajah sangat was-was namun menenangkan.

"Ibu dari mana? Kenapa bisa bersama mas Stiven?" tanya mas David bingung.

"Lapangan merdeka ngikut mas Stiven ambil hadiah kupon jalan sehat kemarin,"

Mas David mengehala nafas panjang untuk merilekskan pikiran dan tubuhnya. "Peluk, Yank. Bingung aku," pinta mas David pada istrinya.

Yaya mengangguk lalu memeluk mas David untuk waktu yang cukup lama sebelum Malampir masuk mengganggu aktivitas mereka.

"Ck-ck, gak usah meluk-meluk anak aku!" ketus bu Mala sambil memisahkan anaknya dari menantunya.

Mas David tak membantah, dia menerima ikhlas apa yang dilakukan ibunya, karena ia, takut durhaka terhadap orang tua satu-satunya yang masih ia punya.

Sementara Yaya, wanita itu memilih bangkit dan memisahkan diri dari anak dan ibu itu dengan masuk ke dalam kamar. Ia sudah tak mau lagi mendengar kalimat menyakitkan yang keluar dari mulut Malampir, walau nanti pastinya ia akan terus mendengarnya setiap harinya

Resiko punya mertua sulit bersyukur.

"Ibu udah makan?" tanya mas David pada ibunya.

Mala menggeleng, "belum,"

"Yaudah Ibu makan dulu ya, nanti sakit."

"Temani," rengek bu Mala yang membuat siapapun orang yang melihat wajahnya ia menampol detik itu juga.

Mas David hanya mengangguk mengiyakan walau ia masih ingin membicarakan perihal uang tadi dengan istrinya. Tapi lagi, karena ia takut durhaka, ia tahan sejenak keinginannya.

~~~

Jam 2 siang, waktu yang benar-benar sepi, mas David gunakan untuk berdiskusi dengan istrinya perihal masalah tadi.

Lama berdiskusi, mereka berdua akhirnya mengambil keputusan untuk menanyakan masalah tadi pada mbak Lala secara langsung selepas salat asar nanti.

Tak mau terus kepikiran, mereka berdua langsung tidur sambil berpelukan, lelah menjalani hari yang penuh kesialan terus menerus ini.

Sementara itu di rumah tetangga, mbak Lala menata rapih semua emasnya di atas meja rias. Sejenak ia ingin membanggakan diri sendiri atas keberuntungan yang selama ini ia alami sejak bertetangga dengan Yaya.

"Kalo punya tetangga sok kaya kayak mbak Yaya itu enak ya, apa-apa tinggal minta, apa-apa tinggal ambil, hihihi." ucapnya pada diri sendiri.

***

Aku nggak tau, nih cerita gimana jadinya kok bisa kayak gini, hihihi. Tapi bentar lagi tamat kok😂😂😂

Cepat update di cerita ini karena cerita ini hanya butuh 500- 650 kata. Nggak kayak GUSMU IMAMKU, Butuh 1000 kata dulu baru bisa up😅😅

Lelah √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang