🐧Chapter09🐧

1.1K 100 0
                                    

SELAMAT MEMBACA

Betapa terkejutnya Yaya saat melihat anaknya yang wajahnya tertindih bantal. Di sana ada Mala dan tetangga sok nya itu. Tapi, kenapa mereka hanya diam saja!?

Yaya ingin marah, tapi ia tahan karena suara tangis Olga semakin mengeras. Sementara Mala dan mbak Lala juga mengeraskan obrolan yang mereka bicarakan dengan tema unfaedah.

"Nak, cup-cup. Jangan nangis ya Nak. Anak Mama hebat kok, masa nangis, cup-cup." Yaya berusaha menenangkan anaknya yang pelan-pelan juga ikut tenang.

"Anak itu di jaga, udah tahu masih kecil malah ditinggal ngobrol berdua ama laki tetangga." cibir Mala yang kebetulan tadi melihat menantunya ngobrol asik dengan suami wanita yang ada di depannya.

"Kurang puas Mbak, punya suami kayak mas David!?" sinis Mbak Lala dengan wajah yang sangat tidak enak di lihat.

Mbak Lala sebenarnya tak tahu kalo suaminya tadi sempat ngobrol dengan Yaya. Tapi berkat muncung tak berakhlak milik Mala, ia jadi mengetahuinya.

"Cup-cup, anak pinter." Yaya bersikap bodo amat dengan ucapan 2 wanita toxic di depannya itu.

Ia melangkah ke kamarnya terlebih dahulu untuk menidurkan Olga yang sudah terlelap lagi sebelum pergi ke kamar mandi, melanjutkan sesi mencuci pakaian sekeluarga.

Sip, sudah waktunya. batin Mbak Lala saat punggung Yaya tak terlihat lagi karena terhalang tembok biru muda rumah tetangganya itu.

"Bu, saya ke belakang dulu ya." pamit Mbak Lala lalu segera pergi mengikuti Yaya sebelum mendapatkan balasan dari Mala.

Langkahnya mengendap-ngendap layaknya seorang pencuri. Perlahan ia menarik ke bawah handle pintu kamar Yaya yang tertutup.

"Mbak Yaya!" Suara cempreng miliknya itu mengagetkan sang pemilik kamar yang pelan-pelan meletakan Olga ke ranjang kecil yang berada di dekat ranjang besar tempat tidur Yaya dan sang suami.

"Ish, ada apa Mbak masuk-masuk kamar saya?" Kekesalan Yaya di tahan, sembari melontarkan pertanyaan pada Mbak Lala.

"Santai kenapa sih Mbak, kayak sama siapa aja," balas mbak Lala sambil berjalan mendekati Yaya.

"Iya saya santai. Mbak ada apa masuk-masuk kamar orang?!" tanya Yaya dengan ketus.

"Apaan sih, kalo santai itu slow dong nada bicaranya!"

"Ya ya ya, ada apa Mbak?" tanya Yaya lagi dengan lebih lembut dari ucapannya tadi. Ia kesal, dan ingin tetangganya itu segera keluar dari wilayah privasinya.

"Saya cuma mau pinjam uang 700 ribu dulu sama Mbak Yaya," jawab Mbak Lala dengan wajah santai tanpa dosa.

"Pinjam uang?" tanya Yaya dengan sangat tak percaya dengan sikap percaya dirinya si tetangga sok yes itu.

"Ya, pinjam uang." jawab Mbak Lala sambil tersenyum lebar.

Terkutuk lha kau wahai pengutang tak tau diri!

Yaya menggeleng. "Saya akan meminjamkan uang kalo hutang 12 juta Mbak Lala yang buat beli banyak emas itu di bayarkan kontan malam ini juga pada saya," kali ini Yaya akan bersikap tegas dengan apa yang dilakukan orang sok yes itu.

Wajah Mbak Lala berubah tak percaya dengan ucapan wanita di depannya. "Kalo saya punya uang segitu, saya juga nggak akan hutang Mbak malam ini, pelit amat sih sama tetangganya sendiri," cibir Mbak Lala yang benar-benar tak tau diri.

"Yaudah, jangan pinjem lagi. Saya nggak mau beban Mbak Lala di akhirat nanti sangat besar lantaran kebanyakannya hutang," balas Yaya dengan sangat santai.

"Mbak Yaya apaan sih!? Jangan pelit gitu dong, cuma 700 ribu aja, pelit banget!" Kesal Mbak Yaya. "Pinjam kenapa sih!" sambungnya.

"Mbak kenapa nggak ada akhlak banget sih waktu mau minjem uang? Mbak hellow, sadar diri kenapa? Selama ini saya baik bukan berarti bodoh ya, yang bisa Mbak Lala kibulin terus-terusan." balas Yaya lalu keluar dari kamarnya.

Wajah Mbak Yaya memerah marah. Ia ingin mengamuk tapi diurungkan sejenak, saat melihat brankas kecil di pojok kamar di dalam lemari kotak yang terbuka. Brankasnya tertutup, tapi ia akan mencoba membukanya dengan tanggal lahir Olga, yang siapa tahu benar.

Dia tahu tanggal lahir Olga karena dia kepo dengan kehidupan siapapun, termasuk anak kecil yang belum ada dosanya itu.

Berhasil!

1 kata yang terucap dalam hati mbak Lala saat berhasil membuka brankas tadi. Ia segara mengambil uang senilai 3 juta dari kotak besi tadi sebelum keluar dari kamar Yaya.

Mbak Lala tersenyum senang. Tapi tanpa dia ketahui, Yaya telah lama lama memasang cctv tepat mengarah ke brankasnya.

~~~

Lampung, 07 Maret 2020

Lelah √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang