d u α p u l u h s α t u

1.5K 263 35
                                    

"Wah wah ternyata kalian membawa teman kalian kesini, aduh jangan salahkan aku kalau teman baru kalian pingsan lagi loh~." Banyak sekali penjahatnya. Aku meneliti sekitar dan tidak menemukan celah sama sekali. Penjahat-penjahat yang dibilang Jiro-san tadi benar-benar sudah bangkit berdiri dan kini mengepung kami berempat. Mereka sama sekali tidak membiarkan kami pergi sebelum menghabiskan kami semua.

Aku berdiri tegap dan maju selangkah. Aku harus bisa mengalihkan perhatian mereka semua dan membiarkan Jiro-san, Yao-san dan Kaminari-kun pergi meninggalkan tempat ini tanpa terluka. Aku tersenyum menyeringai dan mendengus remeh. Kedua tanganku terlipat di depan dada dan menatap mereka dengan remeh.

"Duh gimana ya kalian mau buat aku pingsan? Eh apa aku salah liat kalau kalian babak belur gini, gara-gara dikalahkan sama tiga bocah di belakangku." Aku melirik kebelakang dan tertawa dalam hati. Lihatlah tampang Jiro-san yang tidak terima dengan ucapan kalimat terakhirku.

Aku maju selangkah lagi. Dan menatap penjahat yang berdiri beberapa meter tidak jauh dariku. Aku mengangkat tangan kanan ku. Mengacungkan jempol dan mengarahkannya ke bawah. "Kalau kalian bisa ngalahin kami tidak maksudku ngalahin aku. Aku akan mengabulkan satu permintaan dari kalian, tapi kalau aku yang menang kalian mau tidak mau harus mundur. Bagaimana?"

Penjahat yang berdiri di depanku menggeram kesal. Kedua tangannya mengepal dengan keras dan ia juga menatapku nyalang. Sepertinya aku berhasil memancingnya hingga emosi. Aku tersenyum kecil dan menaik-turunkan alis mataku. "Gimana nih setuju gak paman, kalau setuju aku siap tempur nih. Tapi..." Aku menyeringai lagi dan tertawa kecil. "... kalau gak setuju aku harus habisin paman, mau gak mau. Karena aku udah janji sama kakak ga boleh gebukin anak orang. Haha"

Seketika atmosfer suasana di sekitarku berubah. Aku tidak tahu apa penyebabnya yang pasti bukan karena aku. Aku tidak pandai sekali menekan lawan atau mengintimidasi. Yang bisa kulakukan ya cuman memancing emosi lawan dan saat itu juga aku bisa menghabisi mereka karena terbawa emosi.

"Baiklah! Aku ikuti permainanmu bocah. Jangan kira aku ini lemah, sialan!" Bagus paman penjahat di depanku mulai terpancing. Aku harus bisa memancing lagi sampai ia muak dan maju menyerangku. Dan saat itu tiba aku akan maju menyerang.

"Heh~ Apa lemah? Aku gak bilang paman lemah loh, bahkan nganggap paman lemah. Oh! Atau paman memang sadar diri makanya bilang 'jangan kira aku ini lemah'. Wah~." Paman penjahat itu tiba-tiba maju menyerangku. Ia melancarkan tinju dengan tangan besarnya yang mengarah tepat ke arah wajahku. Aku menghindar kesamping dan berjongkok. Tanpa pikir aku menarik kaki kirinya dengan santai hingga suara gedebuk jatuh terdengar.

Paman penjahat itu terjatuh kehilangan keseimbangan gara-gara aku menarik kakinya. Aku langsung berdiri dan membersihkan menepuk-nepuk tanganku menghilangkan debu. Aku menoleh ke samping kiri dan menatap penjahat yang berdiri menyaksikan salah satu rekan mereka dirubuhkan dengan cara yang tidak terduga.

"Kaget ya, gak nyangka aja gitu rekan kalian bisa dikalahkan sama trik aneh gini." Aku berjalan mendekati penjahat-penjahat itu. Mereka semua memasang tampang tidak percaya dan terkejut. Astaga... mereka semua ini penjahat loh, tapi kaget melihat rekan mereka jatuh dengan tidak elit. Tapi sepertinya ini kesempatanku untuk maju dan menyerang.

Dengan cepat aku berlari kedepan dan meluncurkan pukulan kosong kearah salah satu penjahat. Dan berhasil! Penjahat itu terlempar beberapa meter kebelakang. Mereka terkejut dengan serangan yang kuberikan. Penjahat-penjahat itu mengeram kesal.

"Serang bocah congkak ini semuanya!" Titah seseorang yang entah dari mana. Mereka berbondong-bondong mengerubungiku hingga atensi Jiro-san, Yao-san dan Kaminari-kun tidak kelihatan. Aku menyeringai (lagi) dan menatap mereka satu-persatu.

Tidak aku sama sekali tidak meremehkan mereka. Tapi ini sebuah jackpot untukku. Lihatlah sekarang, penjahat-penjahat ini justru mengerubungi ku. Hampir setengah penjahat-penjahat ini berkumpul di hadapanku, termasuk paman penjahat tadi yang ku jatuhkan.

Road to be HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang