68 : вєrkunjung kє rumαh [ln]

1K 195 86
                                    

Setelah sesi penentuan nama pahlawan, Aizawa selaku wali kelas langsung mengambil alih. Midnight yang sudah selesai ijin pamit dan kembali keruang guru. Beberapa lembar kertas dipegangnya. Diangkatnya tinggi-tinggi untuk menunjukkan.

"Ini adalah daftar draft pahlawan kalian. Di dalam kertas ini sudah tertulis nama-nama agensi pahlawan yang menawari untuk kesepuluh orang tadi. Sementara untuk yang belum mendapatkan tawaran, kami—Yuuei sudah menyiapkan untuk kalian. Ada sekitar empat puluh lebih agensi yang bekerjasama dengan Yuuei. Kertas ini—kumpulkan kertas ini pada Iida. Aku tunggu di ruanganku besok, jam istirahat." Tumpukan kertas itu ditaruh di atas meja Ojiro.

Aizawa kemudian meninggalkan kelas tanpa basa-basi lanjut. Seisi kelas yang semulanya duduk rapi di kursi masing-masing langsung berhambur. Tumpukan kertas itu segera dibagi oleh Ojiro dan dibantu oleh Hagakure. Mereka berdua langsung membagikan kertas itu hingga habis tak bersisa.

Beberapa anak mulai berkumpul dan membicarakan tentang pemilihan agensi kepahlawanan. Sambil melihat kertas yang berisi beberapa agensi kepahlawanan.

"Hey hey." Asido datang dan menimbrung di meja Midoriya. Kau langsung mengubah arah kursimu dan duduk berhadapan dengan Midoriya. Bekal yang kau bawa tadi sudah rapi di atas meja. "Kalian nanti mau magang dimana?" Tanya Asido dengan riang. Gadis pink itu pun mengerakkan tangannya naik turun, sangking semangatnya.

"Aku ... uhm mungkin Best jeanist? Atau gak di agensi kakakku, mungkin." Kau membuka tutup bekalmu, menatapnya dalam-dalam. Rasanya masakan kakakmu selalu terlihat mewah dan berkilau-kilau, membuat beberapa anak yang ikut nimbrung menyipitkan mata mereka karena cahaya silau yang terpancar dari bekalmu. Konyol, bagaimana bisa sebuah makanan bisa terlihat bercahaya seperti itu. Mungkin bisa, bagi sebagian orang yang 'terpandang'.

 Mungkin bisa, bagi sebagian orang yang 'terpandang'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Wah banyak banget." Kau langsung mengeluarkan sumpit. "Pilih yang mana dulu ya~." Kau tatap satu persatu isi bekalmu. Terlalu banyak, pikirmu. Meski kau sendiri tahu, makanan sebanyak ini bahkan bisa kau habisi walau seorang.

Sumpit ditanganmu pun bergerak mengarah pada sushi, mengangkatnya dan langsung melahapnya. "Kawlaw kawian mawu." Sushi yang terkunyah di dalam mulut, langsung kau telan dan lanjutkan omonganmu. "Kalau kalian mau ambil aja, enggak apa."

Mata Asido dan Uraraka berbinar mendengar tawaranmu. Dua gadis itu langsung mengambil sumpit yang entah kau ambil darimana dan mencomot makananmu secara acak. "Enak banget~ [Yn]-chan! Ini siapa yang masak?! Kamu sendiri atau White king-san?" Tanya Asido kelewat cepat.

Kau hanya terkekeh dan mengambil tisu di laci. Mengambilnya selembar lalu mengelapkannya di sudut bibir Asido yang tampak belepotan. "Bukan aku, aku enggak pintar masak. Taunya sih cuman masak yang instant doang mah. Yang buat bekalku ini kakakku, hebat kan dia?"

Uraraka mengangguk menyetujui, ia kembali menyumpit, kali ini telur gulung. Saat menyuapnya mata Uraraka langsung melebar, tambah besar. "Wahh~ sekali-kali aku boleh dong kerumah [Ln]-chan buat main. Enak banget sumpah, aku rasanya mau menangis."

Road to be HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang