81 : kísαh чαng tєrungkαp

827 165 111
                                    

Ujian praktek hari itu telah berakhir. Tepat pada petang hari. Seluruh anak kelas satu A kembali kekelas. Sedangkan yang terluka akan dirawat di ruang rawat bersama Recovery Girl.

Kamu memandang kosong kedepan selagi Recovery memeriksa tubuhmu. Keadaanmu bersih, sama sekali tidak ada luka satupun. Meski kostum pahlawanmu sudah robek sana-sini. Midoriya yang ada diruangan rawat itu juga menatap dirimu dengan gelisah. Ia sedari tadi menatapmu meski kamu tidak menyadarinya.

"Seperti biasanya kondisimu baik-baik saja [Yn]. Regenerasi yang diciptakan dari quirk leonel-mu itu benar-benar membantu." Recovery menepuk pelan punggung belakangmu. Ia turun dari kursi dan mengambil sesuatu dari meja kerjanya. "Aku jadi tak terlalu repot untuk menyembuhkanmu. Setelah ini kau boleh pulang nak." Recovery memberikan dua buah permen yang berbentuk pil pada [Yn].

[Yn] hanya mengangguk, menerima permen pemberian Recovery dan langsung memakannya. "Makasih Recovery-san." Gadis itu langsung turun dari ranjang kosong setelah mengenakan kembali jubah kostum pahlawannya. Kakinya melangkah pelan hendak keluar, melewati Midoriya yang sedari tadi memperhatikan. Suaranya tertahan saat hendak memanggil nama sang gadis. Tangan kanannya tergantung diudara saat [Yn] sudah sepenuhnya keluar dari ruang rawat.

Midoriya turun dari kursi yang diduduki. Berdiri dan sedikit merapikan baju pahlawannya yang agak berantakan. "Recovery-san terima kasih atas kerja keras anda hari ini." Midoriya menunduk 90°. Dan mengangkat kepalanya kembali, menegakkan tubuhnya. "Kalau begitu aku permisi dulu ya, Recovery-san." Midoriya pun melangkah keluar, meninggalkan ruang rawat yang hanya menyisakan Bakugou yang masih pingsan dan Recovery Girl.

Pintu ruang rawat ditutup dengan rapat. Iris hijau gelapnya mengedar, mencari sosok seorang gadis yang membuat dirinya penasaran sejak beberapa puluh menit yang lalu. Namun, yang ditemukan adalah kekosongan yang menyapa. Lorong panjang tanpa ada satupun manusia selain dirinya yang berdiri, terlihat sepi. Hanya cahaya sore senja yang terlihat merambat dari jendela.

"[Yn]-san ... kemana?" Kedua kaki Midoriya melangkah. Ia pun berlari menyusuri lorong sekolahnya yang panjang ini. Hanya suara derap langkahnya yang terdengar dari ujung kemudian memantul ke ujung belakang. Membuat suara sepatunya menggema indah.

Tiba-tiba indera pendengarannya menangkap sebuah suara tangisan yang tak jauh. Midoriya memelankan larinya lalu berhenti. Mencoba menajamkan telinganya. Pelan-pelan ia melangkah, berusaha untuk tidak menimbulkan suara. Midoriya coba mencari asal suara dengan mengikuti arah suara dari terdengar. Asalnya tak jauh dari depannya.

"[Yn]-san?" Panggil Midoriya. Suara tangisan itu langsung berhenti. Tidak terdengar lagi. Midoriya semakin curiga, kalau suara itu adalah milik [Yn]. "[Yn]-san?" Panggil Midoriya lagi. Tapi tak ada sahutan.

Lelaki itu melangkahkan kedua kakinya dengan cepat. Semakin dekat dengan arah suara tangisan berasal. Ketika kepala Midoriya muncul dari balik tembok, netranya tak menemukan siapa-siapa. Hanya jalan lorong yang kosong dan sebuah perekam suara dan secarik kertas yang Midoriya temukan. Midoriya langsung mengambil carik kertas itu dan perekam suara yang tergeletak.

Midoriya membolak-balikan carik kertas yang tak ada isinya sama sekali. Alis sebelahnya terangkat dan menatap bingung kertas kecil itu. Sementara itu perhatiannya kembali beralih pada perekam suara yang ada di sebelah tangannya. Ia menatap dalam perekam suara itu dan memencet salah satu tombolnya.

Perekam suara itu aktif, seketika suara tangisan yang terdengar semenit yang lalu terdengar lagi. Suara yang sama.

"Ah, astaga aku pikir [Yn]-chan yang akan menemukan perekam suara itu." Midoriya kaget dan ia tidak sengaja menjatuhkan perekam suara yang digenggam. Badannya langsung berbalik, menoleh pada seseorang yang berbicara padanya. "Padahal kalau dia yang menemukannya aku mau ngasih kejutan."

Road to be HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang