Ana uhibukka fillah (2)

73 5 0
                                    

Aku Ahlun Zikri. Kini Rafika dan Ginanjar sudah dewasa. Ginanjar Kini menjadi seorang TNI Angkatan Udara dan Rafika sendiri menjadi Polwan. Ini keputusan keduanya bukan paksaanku. Rafika tumbuh menjadi Anak yang cantik wajahnya seperti ku dan anakku itu sangatlah tinggi , tingginya 185cm lebih tinggi daripada adiknya Ginanjar yang tingginya hanya 175cm. Waktu umurnya 20 tahun dia sempat mengikuti ajang putri muslimah Indonesia dan dia menang. Rafika kini sudah berumur 25 tahun. Ini adalah waktunya. Rafika harus aku nikahkan terlebih usiaku yang sudah hampir kepala 6 membuatku ingin cepat cepat menikahkan Rafika. Aku takut tidak bisa menjadi wali nikah putri ku dan putraku. Ginanjar Kini berusia 24 tahun. Satu tahun lebih muda dari Rafika. Kini berpangkat Letnan Dua. Anakku satu ini wajahnya cenderung mirip Sang ibu. Iya istriku Rara . Yang meninggal 24 tahun yang lalu. Wajah Ginanjar selalu mengingat kan ku pada bidadari surga ku yang telah pergi meninggalkanku bersama Gilang putra ku. Tidak ada yang bisa menggantikan seorang Rara dalam hidupku. Aku membesarkan Putri dan Putraku sendiri. Terkadang di bantu oleh mertua ku. Tapi kini Abi, Umi, dan Mama Caca serta papa Usman . sudah pergi menghadap sang pencipta 6 tahun yang lalu akibat kecelakaan pesawat. Saat mereka ingin pergi liburan ke Bali. Pesawat yang mereka gunakan jatuh di laut Bali. Ini yang membuatku terpuruk saat itu. Tapi masih ada yang  senantiasa membantuku terlebih Rina dan Hendra  adik Iparku tidak memiliki anak. Dialah yang selalu menjaga Rafika dan Ginanjar saat aku tugas keluar kota. Rafika dan Ginanjar mengetahui bahwa ibunya sudah meninggal saat melahirkan.

Rafika POV
Aku Rafika Auliya Maharani Panggil saja Rafika, di kantor ku aku sering dipanggil Fika. Usiaku sekarang 25 tahun. Aku bekerja sebagai polwan berpangkat brigadir polisi satu. Suatu kebanggaan bagiku bisa mengabdi kepada negara. Sejak kecil aku hidup bersama Abi, Mami Rina dan Papi Hendra. Kalian pasti menanyakan dimana umiku. Iyah, umiku telah meninggal 24 tahun yang lalu saat melahirkan adik kembarku. Aku sangat merindukan kasih sayang seorang ibu kandung walaupun Mami Rina sangat sayang kepadaku dan adikku tetapi sungguh aku merindukan Umi. Walaupun aku belum tau apa apa saat umi pergi. Hanya foto umi yang bisa kulihat kala aku merindukannya. Aku ingin seperti yang lain mempunyai umi dan Abi tetapi Tuhan memanggil umi terlebih dahulu. Dari cerita orang , umi adalah wanita Sholehah.  Dia lulusan Al-Azhar di Kairo. Itulah sebabnya aku ingin seperti umi. Namun caraku lain, aku tetap ingin menjadi Sholehah walaupun aku tidak bersekolah pesantren. Aku sejak kecil telah di ajarkan oleh almarhum Omah Zakiyah untuk berhijab. Aku melakukan hal itu dan membiasakan sholat 5 waktu. Kini aku membawa kebiasaan itu hingga dewasa. Aku sempat memasuki ajang putri muslimah saat umurku 20 tahun. Kala itu aku berada di Jakarta sedang menjalankan dinasku di Polrestabes Metro Jaya. Aku hanya iseng saja tetapi aku tak tahu takdir. Aku menang di ajang itu.

Usia 25 tahun. 5 tahun yang lalu sudah bisa diijinkan menikah. Karena aku lulus menjadi polisi saat umurku masih 18 tahun. Namun masih belum kulaksanakan. Tepat di usiaku yang ke 25 tahun aku ingin segera melakukan itu. Terlebih Abi sangat berharap dia bisa menjadi wali nikah ku.  Usia abi yang hampir kepala 6 membuatku ingin membahagiakan nya sebelum terlambat. Aku tidak ingin menyesal kedua kalinya karena dulu aku tak sempat membahagiakan umi sebelum umi pergi meninggalkan dunia ini.

Aku tidak memiliki calon sama sekali. Aku tidak pernah pacaran. Aku hanya pernah dekat dengan beberapa teman kantor tetapi aku lihat mereka hanya modus saja. Aku hanya mencari yang serius dan dapat memimpinku ke surganya.

Namun, aku menemukan hal lain ketika Pak Kasat Intelkam menjabat Disni. Yah, Kasat Intelkam yang baru umurnya masih muda dan terlebih masih lajang, belum menikah. Dia lelaki Sholeh. Aku mulai kenal dengannya saat aku tidak sengaja membantunya dalam proses perkara pidana kasus pembunuhan seorang remaja beberapa waktu yang lalu. Namanya Rian Maulana. Tinggi dan tingginya sama atau mungkin aku lebih tinggi entahlah. Dia sangat baik. Bahkan selalu sholat lima waktu. Yang paling membuatku kagum adalah dia adalah seorang penghafal Alquran. Suaranya sangat bagus ketika dia membacakan ayat Al Qur'an. Entah mengapa dia mulai sedikit mendekat kepadaku. Bahkan dia bertanya alamat rumahku. Aku tidak tau apa yang mau di lakukan dengan pergi ke rumahku.

Cerita Yang Pernah AdaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang