Hadirnya ia memulai semuanya menjadi indah.
Pagi itu bukan pagi seperti biasanya, awan tampak gelap ditemani gemuruh langit. Membuat seorang perempuan yang masih nyaman di dalam selimut itu malas untuk bangun dan bersiap untuk berangkat sekolah. Pelukannya terhadap guling semakin erat, seakan ia memang tak mau lepas dengan guling kesayangannya.
Matanya mengerjap berusaha menetralkan cahaya sekitar, entah siapa dan mengapa selimut tebalnya itu sudah tergeletak di lantai. Perempuan itu berusaha membuka matanya, samar-samar seorang wanita memakai apron berwarna kuning sudah siap dengan sapu yang ada di tangan kanannya.
"Bangun Sella, sekolah. Gak ada izin-izin lagi." Seakan tahu pemikiran anak perempuannya, wanita berusia tiga puluh delapan tahun itu sudah lebih dulu mengelak.
Perempuan yang bernama Sella itu masih setia duduk di kasurnya sambil menyipitkan matanya ke arah bundanya, "Tanggung Bun, lagian badan Sella juga masih demam nih." Sella menempelkan punggung tangannya ke dahinya.
"Jangan beralasan Sella, cepat! Ayah sudah nungguin kamu." Bundanya keluar dengan kesal karena anak gadisnya sangat malas, sedangkan perempuan yang bernama Sella menatap kepergian bundanya hanya mendengus sebal.
Sella mengambil selimutnya yang ada di lantai, ia yakin ini pasti disibak oleh bundanya. Sella melipatnya, lalu diletakkan di kasurnya bersama bantal dan guling yang sudah ia tumpuk. Setelah itu Sella langsung bergegas ke kamar mandi, mengingat kalau ia sudah kesiangan.
Hanya butuh 15 menit bagi Sella untuk siap atas segalanya, maksudnya siap dengan sekolahnya. Sella menuruni tangga dengan tergesah, terlihat ayahnya telah menunggunya dengan secangkir kopi yang di minum dan adik laki-lakinya itu, menatap sinis ke arah Sella.
"Bun, ayah pamit." Ayah mencium kening bunda dan bunda hanya berkata. " Hati-hati."
"Bun Salman berangkat, jangan lupa ya Bun buatin Salman pudding coklat." Anak baru puber itu adalah adik Sella, Salman namanya, ia baru duduk di bangku SMP kelas 9 sedangkan Sella duduk di bangku kelas 12. Sama-sama harus siap menghadapi ujian nasional.
"Bun Sella berangkat ya." Sella bersalaman kepada bundanya lalu memasuki mobil.
Sekitar 10 menit perjalanan, mobil ayah terasa miring sebelah, membuat mau tak mau harus menghentikan mobil ayah di tepi jalan menuju sekolah Sella. Ayah keluar untuk memeriksa apa yang terjadi, Sella juga ikut keluar bersama Salman, ayah menatap ban mobil depan sebelah kiri yang terlihat kempes. Ayah melirik kedua anaknya, dipastikan mereka akan sama-sama terlambat terlebih jalur sekolah dan kantor yang berbeda.
"Bocor ya, Yah?" tanya Sella yang bersender di pintu mobil menatap ayahnya yang hanya mengangguk pasrah.
Ayah mengeluarkan napas berat, ia menyesalkan diri kenapa tak mengecek mobil sebelum berangkat. "Kalian, pesan ojek online aja ya? Nanti kalian telat." Ayah berucap sembari mengelus kepala Salman yang ada di sampingnya.
"Ayah gimana?" tanya Salman.
"Ayah nanti minta bantuan sama teman ayah. Udah sana pesan dulu, udah mau telat nih kalian." Salman mengangguk ia langsung mengeluarkan ponselnya untuk memesan ojek online .
Sella hanya melirik adiknya yang sedang memesan, "Sekalian dong, Dek." Salman hanya melirik kakaknya.
"Gak bisa. Ojeknya udah mau sampai, kalau Salman nungguin kakak mesen Salman terlambat." Sella menatap tajam adiknya itu, pelit sekali ya ampun. Keturunan siapa sih? Pengen baku hantam rasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stratus
Teen Fiction"Lo itu seperti awan stratus Sell." Sella memandang Daren bingung, lelaki itu sedari tadi tersenyum sembari menatapnya dengan tatapan tak bisa diartikan. "Lo bisa membawa kebahagian di saat gue lagi merasa gerah sama semua masalah." Sella langsung m...