15/Di Ajarin Renal

33 6 1
                                    


Jika dilihat secara niat, wajahnya lebih terlihat cantik.

Daren dan beberapa teman kelasnya sedang duduk di depan kelas, beberapa siswi berdiri untuk melihat kelas yang sedang melaksanakan olahraga di lapangan upacara. Daren tertawa bersama teman-temannya, kelasnya sedang tidak ada guru. Katanya gurunya sedang sakit. Dan kelas Daren malah bersyukur, padahal mereka sudah akan melaksanakan ulangan tengah semester dan latihan ujian.

Terlihat dari koridor anak IPA yang berbondong-bondong dengan buku yang di tenteng di tangan dan berjalan ke arah koridor kelas IPS.

"Woy minggir woy, keluarga bangsawan mau lewat!" itu suara salah satu teman Daren, namanya Ucok. Ya, lelaki yang pernah di hukum membersihkan toilet bersama Daren karena ketahuan merokok.

Beberapa temen Daren langsung ada yang menyingkir dari jalan dan ada juga yang bergeser ke pinggir tanpa mau mengangkat tubuhnya sendiri untuk berdiri.

"Silakan yang mulia, kami persembahkan halaman kami untuk kalian lewati." itu suara lelaki bernama Burhan, ia sedang duduk di samping Daren di depan pintu. Tangannya menepuk lantai yang pasti akan di lalui rombongan anak IPA.

"Maaf yang mulia, kami lupa membeli karpet merah." kali ini Daren, dengan tawa yang ia tahan sambil menatap wajah murid kelas IPA yang mulai melewati mereka.

Daren mengeluarkam senyumannya ketika matanya menangkap sosok perempuan yang membuat hatinya langsung merasakan getaran aneh. Ia Sella, perempuan itu hanya menatap lurus arah depan tanpa memperdulikan sekitar.

"Anak unggulan mah beda. Gak asik. Berasa bercanda sama robot gue." cibir Ucok tangannya ia taruh di atas lututnya yang tertekuk.

"Calonnya kok." sahut Burhan sembari mengupil.

"Jorok lu ih." Ucok mendorong Burhan ketika Burhan memperlihatkan hasil galiannya.

"Emas ini bro." Burhan masih berusaha mendekatkan upilnya ke Ucok yang tampak jijik.

"Mam Sarah! Masuk woy, otw ulangan kita." perempuan dengan rambut tergerai indah itu berlari panik bersama teman-temannya.

"Daren, jangan di pintu. Ada Mam Sarah di tangga." perempuan itu berusaha mengeser tubuh gagah Daren yang masih terlihat nyaman duduk di depan pintu.

"Badan lo nutupin Sya." Daren malah kembali menggeser perempuan itu, karenanya ia telah kehilangan pandangan untuk melihat Sella yang semakin menjauh.

"DAREN MINGGIR LO!" teriak perempuan itu galak, ia berkacak pinggang menatap sangar seorang Daren yang hanya tersenyum menatap wajah perempuan tersebut.

"Mam, mam, mam!" murid kelas Daren yang di luar langsung heboh karena sosok wanita berambut pendek dengan buku yang ada di tangannya sedang berjalan anggun menujuk kelas XII IPS 3.

"Minggir Daren!" kini yang lain ikut marah dengan Daren yang masih tak mau pergi dari pintu.

"Gak mau, salah siapa keluar-keluar." tolak Daren ia sudah berdiri tangannya di rentangkan agar menutupi celah.

Mam Sarah sudah terlihat guru itu terlihat melambaikan tangan sebagai isyarat agar yang di luar masuk, tapi dengan sekuat tenaga Daren menghalangi mereka. Dengan kesal mereka yang ada di luar mendorong Daren sampai lelaki itu terjungkal ke belakang, punggungnya menghantam lantai yang dingin.

StratusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang