Hari itu seakan takdir berusaha mendekatkan kita.
Sella memasukkan barang-barangnya ke dalam tas, bel pulang sudah terdengar 5 menit lalu. Dan guru mata pelajaran baru saja keluar, tanpa mau berlama di sekolah Sella langsung membereskan barang-barangnya.
Melda masih duduk memainkan ponselnya, tanpa berminat memasukkan buku-buku yang ada di mejanya. Sella melirik teman sebangkunya itu dengan heran, tidak biasanya Melda terlalu fokus dengan ponselnya.
Sella menepuk bahu Melada. "Lo gak ada niatan mau pulang?" tanya Sella.
Melda menengok, "Lo duluan aja deh Sell, gue di ajak bareng sama Naufal." Melda mulai membereskan barang-barangnya.
Melda kembali menengok ke arah Sella, "Sel, soal Daren itu lo hati-hati ya." Melda menggenggam lengan Sella.
Sella memang sudah menceritakan semua kepada Melda, Melda yang mendengarkan aksi pertolongan seorang Daren sedikit terkejut. Melda menjelaskan ke Sella kalau Daren bukanlah lelaki yang baik, dalam artian ia adalah cowok nakal. Melda tidak tahu nakal dalam hal apa, karena kelas mereka adalah kelas unggulan yang anti dari peradaban pembahasan gibah angkatan. Membuat Melda tidak tahu pasti seorang Daren yang sering sekali menjadi topik pembicaraan sekolah. Katanya. Dengar-dengar.
Sella hanya tersenyum. "Lo cuma bilang hati-hati tapi lo sendiri gak tau dalam hal apa gue harus hati-hati." Sella menggeleng pelan.
Melda menggaruk tengkunya tak gatal. "Iya namanya cowok bisa jadi buaya darat."
Sella menggeleng sembari tersenyum. "Ya udah gue duluan ya Mel." ucap Sella mengambil tasnya lalu pergi meninggalkan Melda.
"Jangan lupa tugas lo Sel di kumpul!" Sella hanya mengacungkan jempolnya.
Sella mulai berjalan melewati koridor kelasnya, tak sengaja ia melihat koridor kelas IPS. Kelas IPA dan IPS hanya terhalang tangga sebagai batas tengah, Sella mulai menuruni tangga dengan langkah santai membuang pikirannya tentang Daren yang sempat melintas.
Sella mengambil jalan alternatif lapangan agar lebih cepat sampai ke kantor dari pada harus melewati koridor setiap kelas, terlebih masih banyak siswa siswi yang nongkrong di depan kelas dengan gelak tawa yang melegar.
"Hoy!" seseorang menepuk pundak Sella membuat Sella kaget, dengan sepontan Sella menengok ke belakang. Sebelum ia menengok ke belakang, wajah orang tersebut sudah ada di samping Sella membuat Sella diam terpaku menatap mata indah orang tersebut.
"Hayooo buru-buru banget." nadanya seperti menggoda Sella.
Sella manaikkan sebelah alisnya, "Daren? Ngapain?" tanya Sella bingung, ia merasa hari ini di setiap saat Sella keluar kelas pasti bertemu Daren padahal sekolah yang ia tempati cukup luas.
Daren membenarkan rambutnya, tubuhnya ia tegapkan bajunya ia rapikan. Di tengah lapangan. Membuat beberapa siswa yang melihatnya terpana kecuali Sella yang masih bingung dengan apa yang Daren lakukan. Beberapa siswa mencibir Sella karena Sella berada di depan Daren sangat dekat dengan jarak beberapa senti. Membuat beberapa pendangan beberapa murid tertuju kepada mereka.
"Lo mau ngapain Dar?" bingung Sella.
"Lo sendiri mau kemana?" Daren balik bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stratus
Teen Fiction"Lo itu seperti awan stratus Sell." Sella memandang Daren bingung, lelaki itu sedari tadi tersenyum sembari menatapnya dengan tatapan tak bisa diartikan. "Lo bisa membawa kebahagian di saat gue lagi merasa gerah sama semua masalah." Sella langsung m...