Tak ada yang lebih indah selain mengingat kenangan manis yang berujung sakit.
Sella sedang duduk di balkon kamarnya, menatap indah bintang yang sedang bercahaya menemani bulan. Ia meminum susu kotak rasa coklat yang sedang ia genggam, setelah Sella meminumnya sampai habis ia membuang ke tempat sampah kecil yang ada di pinggir balkon.
Tangannya berkutik dengan ponsel membalas pesan dari Melda yang sedang mabuk asmara.
MELDA
Sumpah Sell, gue diperlakuin manis banget elah. Jadi gak pengen ganti hari deh rasanya.
Lo diapain aja sama tuh cowok sampe gila begini?
Di buat jatuh ke dalam lubang cinta.
Bukan temen gue sumpah. Alay banget.
Sella menaruh ponselnya di kursi, lalu tangannya menopang pipinya di besi pembatas balkon. Ia jadi teringat siang tadi, di mana ia dan Daren menghabiskan waktu sampai sore. Sella sendiri bingung, kenapa ia bisa sampai sedekat itu dengan Daren padahal mereka sebelumnya hanya saling menolong. Ralat. Daren yang menolongnya.
"Gue bilang gak usah Daren! Lo modus aja." sentak Sella, Daren hanya ingin mengobati luka Sella namun Sella menolak dengan kekeuh sampai menuduhnya modus.
"Gue bisa sendiri." Sella mengambil tisu basah lalu dengan perlahan mengelap lukanya agar bersih dari pasir-pasir kecil.
"Tau kayak gini mah mending gue anter lo balik." cibir Daren lalu duduk di salah satu kursi yang di tengahi oleh meja.
Sella melirik, toh siapa juga yang membawanya ke rumah Daren. Sella melanjutkan mengobati lukanya dengan meneteskan obat merah, beberapa kali ia meringis. Daren hanya menatap pergerakan tangan Sella yang mentap-tap lukanya itu.
Setelah itu Sella menatap Daren,"Daren sini." panggil Sella.
"Gue udah di sini woy. Gak liat apa?"
"Maksud gue sini berdiri depan gue, itu luka lo di obatin dulu. Nanti kalo busuk terus kepala lo di amputasi kan gak lucu." Daren membelo. Rasanya ia ingin mengubur perempuan yang ada di sebelahnya ini.
Daren menaikkan sebelah ujung bibirnya dan menatap kesal Sella. "Kamvret emang lo nih ya." dengus Daren lalu ia berdiri dan bersimpuh di depan Sella, tanda ia menerima pertolongan Sella.
Sella memeras kain yang sudah di rendam air dingin yang tadi di bawa Daren. Lalu perlahan ia tempelkan ke wajah Daren membuat lelaki itu meringis kesakitan.
"Ini yang ujungnya modus shh elo nih. Pinter shh juga ya curi hati shhh cowok." ucap Daren di iringi desis kesakitan.
Dengan sengaja Sella menekan kuat kain itu membuat Daren memukul paha Sella. "Makanya kalau ngomong itu di pikir." jari telunjuk Sella menusuk-tusuk pelipis Daren.
"Lagian ini muka udah burik nambah burik. Gue berdoa deh siapa tau pas muka lo gue permak bisa cakepan dikit. Walaupun gak akan pasti. Kemungkinan nambah burik. Karena dari awalnya aja udah burik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Stratus
Teen Fiction"Lo itu seperti awan stratus Sell." Sella memandang Daren bingung, lelaki itu sedari tadi tersenyum sembari menatapnya dengan tatapan tak bisa diartikan. "Lo bisa membawa kebahagian di saat gue lagi merasa gerah sama semua masalah." Sella langsung m...