16/Nasi Goreng

16 3 0
                                    

Tak ada kata paksaan di dalam sebuah perasaan.

Bell istirahat terdengar jelas di telinga masing-masing murid, membuat mereka bersorak bahagia. Sella yang masih asik dengan catatannya sembari mendengarkan musik menggunakan erophone langsung meletekan pulpennya di atas buku saat samar-samar ia mendengar suara bel.

Renal menghampiri Sella yang masih bersender di kursi. Ketika Sella menyadari adanya seseorang disebelahnya Sella langsung mendongak, lalu berdecak kesal ketika wajah Renal yang ia lihat.

"Gue pinjam catatannya." Renal langsung mengambil buku catatan yang baru saja Sella selesaikan untuk dicatat.

Mata Sella langsung membola. "Hss, jangan asal ambil Renal!" Sella langsung menarik baju Renal agar lelaki itu berhenti.

Renal menunduk menatapan perempuan yang baru saja membentaknya, mungkin bukan seperti itu maksdunya. Tapi kesan cara bicaranya terdengar membentak.

"Lo bisakan catat sendiri? Kenapa harus nyontek punya gue sih? Gue nyontek ulangan fisika sama lo aja gak boleh. Ehhh... lo malah mau nyontek catatan gue seenak jidat lo, gak mau gak sudi." Sella langsung merebut kembali bukunya dari genggaman Renal.

Renal menautkan alisnya," Gue kan udah ajarin lo untuk mandiri, jangan dibiasin nyontek. Sayang biaya sekolah lo." Renal langsung kembali melanjutkan jalannya.

"Gue jodohin juga lama-lama." Heboh Melda yang sedari tadi menonton.

Sella langsung berbalik dan berdecak kesal menatap wajah Melda. Sella kembali duduk dan meletakkan bukunya di atas meja, lalu Sella memilih untuk tidur di lipatan tangannya.

10 menit kemudian.

"SELLA!" teriakan dari Wulan terdengar nyaring di telinga Melda, tapi tidak di Sella yang masih terlelap dengan menyembunyikan wajahnya dan mendengarkan musik dengan volume cukup keras menggunakan erophone.

Melda hanya acuh dengan Wulan, terkadang Wulan memang suka teriak tidak jelas. Perempuan heboh yang ada di kelas Sella.

Tak ada balasan dari Sella, Wulan yang berada di ambang pintu terlihat kesal melihat Sella yang masih menyembunyikan wajahnya dilipatan tangan.

"MELDA BANGUNIN SELLA!"

"BERISIK!" itu Vian lelaki itu sedang asik mencatat di meja depan sembari melihat catatan temannya.

Lelaki dengan seragam yang kurang rapi, serta tali sepatu yang berbeda warna masuk ke kelas 12 IPA 1 dengan begitu percaya diri. Tangan kanannya membawa plastik yang berisikan makanan, dan tentu dengan senyuman di wajahnya yang terus tertera sembari melihat Sella yang masih menyembunyikan wajahnya.

Tangan kirinya mengusap kepala Sella, manusia yang berada di kelas menatap dengan wajah tak percaya. Terlebih Melda yang berada disebelah Sella, perempuan itu bahkan sampai lupa menutup mulutnya yang sedikit terbuka.

"Bangun Sell." suara lembut serta usapannya membuat Sella bergerak dan memperlihatkan wajahnya dengan mata yang terpejam.

"Sell." telunjuknya mendorong pipi Sella.

Melda yang tersadar langsung menggoyangkan tubuh Sella kencang. "SELLA BANGUN! BANGUN KEBO!"

"Kenapa sih?! Heboh banget!" Sella langsung menegakkan tubuhnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

StratusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang