Jika kau perempuan maka kau akan mengerti seberapa mudahnya hati perempuan dimasukkan oleh perasaan.
Sella menunggu angkutan umum di halte, tangannya memainkan jari-jarinya tak lupa erophone yang terpasang di telinganya. Sekarang ini sudah jam 17.00 Sella tau di jam segini sudah jarang angkutan umum yang melintas di jalur sekolahnya, ia pulang larut sore bukan tanpa alasan. Ia di suruh datang ke eskul musik untuk menghadirkan pemilihan ketua baru yang akan menggantikan jabatan Yuma.
Sella sekarang sudah duduk di bangku kelas 12 ia harus memfokuskan diri terhadap pelajaran. Cita-citanya ingin sekali menjadi dokter, Sella sendiri tak punya alasan untuk memilih gelar tersebut.
Langkah kaki seseorang membuat Sella mendongak, postur tubuh lelaki tinggi dengan tas yang di sangkutkan ke bahu kanan dan berdiri di pinggir halte dengan kepala mencelinguk melihat apakah ada angkutan umum atau tidak. Atau mungkin hal lain.
"Renal? Ngapain?" tanya Sella, ketika ia sadar kalau orang tersebut adalah Renal.
Renal yang merasa namanya di sebut berbalik, ia memakai baju dengan lengan sebahu dan nomor di dada yaitu angka 7. Tubuhnya sangat terlihat atletis di tambah dengan peluh keringat yang mengalir di wajah Renal. Membuat Sella mengakui kalau Renal benar-benar tampan, jelas ia berhak menjadi idaman para fans nya.
"Ngapain?" tanya Sella mengulang.
"Nunggu jemputan. " jawabnya singkat lalu ia duduk di samping Sella sambil mengeluarkan ponselnya di dalam tas.
"Tumben?" tanya Sella bingung, bukankah setaunya kalau Renal berangkat dan pulang sekolah menggunakan kendaraan beroda dua? Lalu kenapa ada di hadapannya?
Renal tak bergeming sedikit pun ia mengacuhkan ucapan Sella.
"Lo abis Voli? Bukannya kelas 12 harusnya gak wajib lagi aktif eskul?"tanya Sella sabar berusaha mencairkan suasana, lelaki itu hanya asik dengan ponselnya.
"Jawab kali Ren, lo punya mulut kan?" kesal Sella karena Renal menghiraukan ucapannya, Sella menopangkan kepalanya dengan kedua tangannya, tubuhnya membungkuk sikutnya di tompangkan ke pahanya lalu pandangannya membelakangi Renal.
"Pemilihan perangkat."
Sella yang mendengar ucapannya di tanggapi langsung menengok ke Rebal. "Ooo jadi Voli juga toh." dengan wajah polos.
Tak lama dari pembicaraan tersebut sebuah mobil berwarna hitam berhenti di depan halte. Sella sempat bingung, apakah mobil tersebut angkutan umum? Atau hanya parkir sembarangan? Sella menatap kesal mobil tersebut, karena mobil tersebut menghalangi tempat pemberhentian angkutan umum.
Renal bangkit. "Duluan." ujarnya datar lalu ia membuka pintu penumpang yang ada di depan memasuki mobil hitam tersebut.
"Gak ada embel-embel tawar menawar apa?" sungutnya saat melihat mobil tersebut mulai menjauh.
Sella tersenyum lebar saat mobil berwarna biru muda yang ia tunggu selama hampir 10 menit lamanya muncul, mobil tersebut berhenti tepat di depan halte membuat Sella bangkit dari duduknya.
" Ayo neng, keburu maghrib gak baik buat anak perawan."
Sella membelo saat melihat sang supir dari jendela. "Daren! Lo supir angkot!" Sella histeris saat melihat Daren dengan celana seragam dan kaos berwarna abu-abu yang melekat di tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stratus
Teen Fiction"Lo itu seperti awan stratus Sell." Sella memandang Daren bingung, lelaki itu sedari tadi tersenyum sembari menatapnya dengan tatapan tak bisa diartikan. "Lo bisa membawa kebahagian di saat gue lagi merasa gerah sama semua masalah." Sella langsung m...