Tujuh, Tenda Tengah Malam

472 17 0
                                    

Putra POV

"sial hujan.e makin deres ae, tau gitu ndak naik keatas tadi" ujarku kesal sambil berlari dari pos akhir anak-anak kegiatan menuju basecamp.

Jam 2 pagi kulihat, saat sampai basecamp malah reda hujannya, bukannya daritadi kek, udah basah gini, sial. Kuperhatikan siswa sudah tidur tadi di bivak mereka, ada dua danton yang berjaga di dekat bivak mereka.

saat masuk ke dalam basecamp niatku untuk tidur malah ternyata sudah penuh barang dan satgas yang lain tidur di sana sini

"lah mo tidur dimana gini penuh semua" ujarku sendiri di keheningan, kudengar beberapa ada yang mendengkur pelan, kemudian aku ingat bima bilang kalau bawa tenda tadi, eh tapi tunggu,

"bima dimana,.? kok gaada disini" ucapku saat menyadari dirinya tidak ada, saat aku berjalan ke arah kamar mandi dan melewati pintu belakang, sekilas kulihat ada tenda berdiri, apa dia disana ya, pikirku.

Setelah selesai urusan kamar mandiku, kuhampiri tenda itu, dan benar saja dia tidur disini.

"pantesan gaada di dalam, menyendiri disini kau rupanya" ujarku pelan sambil tersenyum, yang lucu adalah dari berjalan menuju tenda ini sudah kudengar suara dengkurannya, memang keras sekali.

Kuperhatikan seksama, manis sekali anak ini kalau sedang tidur, mirip dengannya, tak terasa mataku mulai berembun mengingat dia yang sudah meninggalkanku dan dunia ini.

Entah bagaimana aku punya keberanian untuk mengusap dahinya, sepertinya dia benar-benar kelelahan hari ini, tanpa kusadari kukecup keningnya cukup lama membuat dengkurannya berhenti, lalu ku menjauhkan kepalaku darinya, takut kalau dia bangun. Masih kupandangi dirinya terlelap, manis sekali, bagaimana bisa kalian benar-benar banyak kemiripan, beberapa lama aku masih memandanginya akhirnya kuberanikan mendekatkan bibirku ke bibirnya dan sedetik kemudian bibir kami bersentuhan, kulumat lembut bibirmanisnya, Gila, aku sudah tidak waras sepertinya, tapi masabodoh aku merindukannya, dan anak ini benar-benar memenuhi kepalaku hingga tak kurasakan rasionalnya pikiranku malam ini. Setelah beberapa lama aku masih mencium bibirnya kemudian Kulihat matanya sedikit terbuka, dia hanya menatapku heran beberapa saat, hingga akhirnya menjauhkan diri dariku.

Kulihat dia agak terkejut dengan aksiyang kulakukan barusan,

"abang ngapain, abang ngapain disini" ucapnya terbata-bata agak ketakutan.

"ma..maaf bim, abang khilaf" ucapku tertunduk menyesali diriku sendiri yang hilang kendali.

"kenapa abang cium saya tadi, dan sejak kapan abang di sini" ucapnya menyelidik, sambil semakin menjauh ke pojok tenda.

"maaf bim, abang hilang kendali" kembali kuucapkan kalimat itu, aku bingung harus berkata apa kepadanya, dan harus menjelaskan apa padanya.

"kenapa bisa.?" tanyanya, ah kenapa musti banyak tanya sih bim, aku harus jawab apa sama kamu kalau begini, sial.

"itu,. karena kamu, kamu memiliki kesamaan dengan sesorang" ucapku lesu, sudah kepalang tanggung, dia sudah menangkapku basah yang benar-benar sedang basah sedang mencium bibirnya, alasan apa yang masuk akal untuk dikatakan, mau tidak mau akupun harus jujur.

"maksutnya, dengan sesorang.? kan saya laki-laki bang" ucapnya kembali masih mencerna yang kukatakan tadi.

"iya, kamu mirip dengan pacar abang dulu, sebelum meninggal, banyak sekali kemiripan kalian, sampai saya kehilangan kendali seperti tadi, maaf" ucapku lesu yang masih tertunduk,

Aku malu pada diriku sendiri, bodoh, sembrono, "ta tapikan saya laki-laki bang" jawabnya kembali, "iya abang tau itu, dan pacar abang juga laki-laki, maaf bim abang yang salah, bagaimanapun kalian orang yang berbeda meski banyak kemiripan" ucapku agak menaikkan suaraku, dia sedikit terkejut,

entah dengan siapa aku marah, dia pun tak salah apa-apa, kulihat dia agak terkejut, sepertinya aku ingin pergi saja, entah kemana aku sangat malu sekarang dengannya, dengan diriku sendiri.

ketika ku beranjak meninggalkan tenda ini, tangannya meraih pergelangan tanganku "Bang, tunggu" ucapnya cepat lalu menarikku cepat.

aku yang tidak siap, dan tiba-tiba di tarik, lalu kehilangan keseimbangan dan selanjutnya aku jatuh mendarat diatasnya, mata kami beradu pandang dengan jarak mungkin hanya 15 centi.

"ada yang mau bima akuin, ke abang" ucapnya pelan,

"sebenarnya, bima suka sama abang, dari awal ketemu di pos jaga waktu itu" ucapnya pelan sambil memandang ke arah samping, sepertinya dia agak malu saat mengucapkannya,

"aku menyukaimu bang, maaf" ucapnya kembali lebih pelan malah, "jadi tolong jangan pergi dulu" lanjutnya.

aku yang entah kenapa menjadi bahagia, ku kecup kembali bibir lembutnya dan keningnya, dia sepertinya ragu untuk membalas ciumanku di bibirnya, tak apa aku bahagia.

"abang juga bim, abang mulai menyukaimu sejak kulihat kemiripan kalian, maaf jika alasan abang begini, tapi ada beberapa hal darimu yang tidak kutemukan di dirinya yang membuat abang makin menyukaimu" ucapku pelan,

kemudia dia menggeser posisinya kini sudah tiduran menghadapku, lalu merapatkan tubuhnya ke arahku, menenggelamkan kepalanya di dadaku.

"Bima sayang bang putra" ucapnya sambil masih memelukku makin erat.

"iya abang juga, jangan pergi ya bim, temani abang dimanapun, jadilah rumah buat abang yang akan selalu abang tuju" balasku semakin memeluknya, seakan takut kehilangannya.

"tidur ya bim, nanti subuh harus ke pasar kan.?" ucapku smabil mengusap kepalanya dan bahunya,

"iyabang, siap." begitu jawabnya, dan kami pun terlelap dalam tidur.

--o0o--

Salam, Hi readers semua, terimakasih sudah mampir di ceritaku, semoga suka. Kutunggu saran dan masukannya di kolom komentar ya, jangan lupa di Vote Juga, Terimakasih.

Putra & Bima si Baret Ungu dan si Baret HijauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang