Sembilan, Malam Yang Cerah

369 13 3
                                    

Malam itu kami bersiap untuk kembali ke kampus, pasukan satgas di bagi menjadi 3 kelompok, satu kelompok mendampingi siswa yang akan longmarch ke kampus, satunya adalah kelompok berisikan 6 orang bersepeda motor berboncengan sebagai pembuka jalur dan untuk menggantikan kelompok satu apabila lelah berjalan, dan satunya adalah kelompok P3K yang membawa logistik yang akan ikut dalam mobil sebagai tim darurat, lalu aku.? aku harusnya ikut di kelompok P3K namun nanda memutuskan menyuruhku untuk ikut mobil pickup ke kampus membawa semua perlengkapan kami, dan mempersiapkan untuk memasak di acara anjangsana.

Anjangsana adalah salah satu tradisi kami selepas pendidikan dilaksanakan, berupa makan bersama semua satgas, pelatih, dan alumni, serta siswa-siwa.

"abang lagi apa.? dingin nih" begitu kira-kira pesan yang kukirim padanya malam itu, sembari duduk di pinggir jalan menunggu mobil pickup kampus datang.

"lagi habis mandi sayang, kamu dah berangkat belum.?" balasnya beberapa menit kemudian,

"belum bang, nunggu pickup jemput dulu," balasku kembali

"loh gak ikutan jalan.? masih lama pickupnya.?" balasnya kembali,

"engga, soale harus langsung masak ke kampus buat anjangsana nanti, jadi langsung akunya," balasku, "kayaknya masih lumayan lama, soalnya baru 5 menitan bapaknya bilang on the way tadi" sambungku,

"owh, pantesan, kamu nunggu dimana memangnya.?" balasnya lagi

"di jalan depan lapangan dekat basecamp itu, abang dah makan.?" jawabku lagi,

"owalah iya-iya, belum nih, yang masakin jauh, belum pulang hahahaha" balasnya kembali, dan aku hanya tersenyum sendiri membacanya.

"wah nungguin istrinya masih kerja yah bang, makan dulu gih, kan abang juga bisa masak kayaknya" jawabku padanya,

"Istri dari hongkong, ada-aja kamu dek",
"iya ini mau pergi beli makan di luar aja, dah lapar, dah dulu ya nnti abang wa lagi." balasnya yang kemudian hanya kubalas "iya hati2, makan yang banyak hahahah" begitu, dan tak ada lagi balasan darinya.

Kurang lebih 20 menitan aku menunggu akhirnya mobil pickup dari kampus pun tiba, lalu kunaikkan semua perkap kami di bantu pak sopirnya, yang tak bukan juga sebagai staff rumah tangga di kampus,

"udah semuanya mas.?"tanyanya memastikan apakah ada yang tercecer apa tidak,

"udah kayaknya pak, balik sekarang aja gimana.?" jawabku, belum sempat dia menjawab kami menoleh ke arah lampu motor yang menyorot ke araah kami, menyilaukan sekali dan ternyata motor itu berhenti di seberang jalan kami berdiri.

"ayok aja mas, biar gak larut banget, jadi bisa istirahat dulu." jawabnya,saat tengah berjalan menuju pintu pickup, Kulihat pengendara motor tadi membuka helm fullface nya lalu datang menghampiri kami, dan ternyata dia bang putra.

"Loh, abang.? ngapain disini.?" tanyaku keheranan, "jemput tuan putri lah ngapain lagi, tar di culik om-om lagi" bisiknya di telingaku nyaris tak bisa kudengar jelas, tapi aku paham yang dia katakan. Karna gemas kutinju saja pinggangnya,

"adugh, di jemput malah kena bogem" ujarnya mengaduh yang kayaknya gak sakit samasekali, gimana kerasa sakit, orang badannya di lindungi otot-otot padat begitu.

"emm, pak maaf ini, kayanya bapak langsung ke kampus sendiri bagaimana.? saya nyusul di belakang sama dia naik motor, ada keperluan sebentar juga soalnya" ucapku beralasan kepada pak sopir pickup,

"oh iya mas gapapa, hati-hati ya, saya duluan kalo begitu" ujarnya lalu memasuki mobilnya dan melajukan mobilnya menjauh,

"yuk naik, pakai dulu" ucapnya menghampiriku dengan sudah diatas motornya, dan memberikan helm padaku. Kami berkendara ke arah kampus tapi tidak terlalu cepat, entah mungkin dia sengaja agar lebih lama.

Putra & Bima si Baret Ungu dan si Baret HijauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang